KUALA LUMPUR, Suara Muhammadiyah-Saat ini (21/4/2020) sudah 520 orang meninggal di Indonesia dan 86 orang di Malaysia karena positif dampak Covid-19 ini. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk menekan perkembangan virus ini, diantaranya dengan inisiatif pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan perintah kawalan pergerakan (PKP).
Di tengah-tengah kondisi lockdown seperti ini, Majelis Pendidikan, Seni dan Olahraga (MPSO) Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia berkerjasama dengan LAZISMU Malaysia mengadakan kajian online melalui aplikasi Zoom.
Acara yang dipandu Ust. Fathoni Lc ini menghadirkan dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta Dr. Nurhidayat, S.Ag, M.M. sebagai pembicara yang mengangkat topik solusi zakat untuk dampak Covid-19.
Menurut Nurhidayat, meskipun virus Covid-19 ini tidak kelihatan, tetapi jelas telah memakan banyak korban. Di antara dampak yang sudah terjadi saat ini adalah dampak “Physical distancing” yang menyebabkan pudarnya Interaksi sosial diantara sesama kita (manusia).
“TKI tidak boleh pulang kampung, orang meninggal tidak bisa dilayat, kampus ditutup dan instansi pemerintah diliburkan.”
“Dengan hilangnya media interaksi, maka mulai merambah kepada berkurangnya saling rasa percaya, silaturahmi dan kesulitan bekerjasama. Selain itu, dapat menular kepada peningkatan stress diri dan juga angka kriminalitas.”
Aktivis Dompet Duafa ini juga mensinyalir adanya dampak ekonomi seperti Melemahnya pertumbuhan ekonomi, kelangkaan barang-barang keperluan, penimbunan barang sehingga menyebabkan naiknya harga dan melemahnya daya beli masyarakat.
“UKM sangat merasakan dampak ekonomi ini. Pedagang kaki lima, homestay, warung, biro perjalanan dan hotel semua terdampak.”
Dari keadaan ekonomi diatas, zakat sebagai instrumen sosial ekonomi Islam menjadi solusi terbaik.” Demikian Nurhidayat. “Ini karena zakat mampu mengatasi masalah ekonomi jika dilakukan dengan cara tepat dan maksimal.”
Bisa jadi dengan dampak covid ini orang yang fakir/miskin akan bertambah. Tapi jika semua lini ekonomi lemah, bagaimana kita mau mengeluarkan zakat? Tanya Nurhidayat.
Menurut Syekh Qordhowi, zakat adalah untuk menyelamatkan akidah. Sedang Imam Ghozali mengatakan bahwa zakat dapat dijadikan instrument memelihara agama (hifzhuddin). Banyak agama tidak bisa dijaga karena ekonomi.
Di sini kebijakan pemerintah menjadi penting. Di negara kita, ungkap Nurhidayat, banyak kita lihat kebijakan yang tidak tuntas dalam menyikapi Covid-19. Di zaman khilafah Bani Umayyah (Umar bin Abdul Aziz), zakat dioptimalkan dan dimaksimalkan sehingga hampir tidak dijumpai lagi orang miskin atau yang akan menerima zakat.
Zakat juga berguna untuk membentengi akidah ummat Islam. Menurut Ibnu Hazm, zakat itu dapat menolak bencana ekonomi datang.
Oleh karena itu, dalam konteks kekinian, dana zakat bisa dibelanjakan untuk alat – alat medis yang dibutuhkan seperti saat ini dan menolong kepada mereka yang terkena PHK, bangkrut atau tidak memiliki lagi pekerjaan.
Doktor dalam bidang filantropi ini memaparkan, untuk lebih mempercepat upaya menghimpun zakat ini adalah, negara harus hadir memaksa orang kaya untuk menampung perbelanjaan orang-orang yang tidak mampu disekitarnya. Negara dan lembaga-lembaga zakat harus kreatif dalam mengadakan program ekonomi bagi masayarakat yang terdampak.
Seperti Lazismu, misalnya, yang bisa melakukan penjemputan rumah kerumah atau orang perorang. Ini contoh implementasi ajaean Islam. Karena di dalam Al-qur’an Allah menyebut kata “Khudz” (ambillah), artinya pihak amil zakat harus aktif mengambil atau mendatangi nya (dengan sedikit memaksa).
Bahkan di zaman Khalifah Abu Bakar, beliau memerangi orang-orang yang tidak membayar zakat.
Karena bulan ramadhan sudah dekat dan keadaan masih seperti ini maka kegiatan Ramadhan bisa dilakukan di dalam rumah. Zakat maal pun bisa lebih awal diberikan apalagi jika masa seperti ini terus berlanjut.
Di penghujung kajian, Dr. Nurhidayat menyatakan bahwa pandemi Covid-19 ini bisa mengancurkan atau merapuhkan akidah orang Islam yang berarti dapat menhancurkan masyarakat. Beliau menasihatka agar kita dapat tetap memberi motivasi dan semangat untuk menggalang bantuan ekonomi.
“Kita harus sabar dan syukur dalam setiap kondisi apapun. Hendaklah juga kita Motivasi mereka para orang kaya untuk membantu yang miskin karena itu merupakan perintah Allah dan Nabi.”
Kajian diakhiri dengan dialog bersama peserta kajian online yang jumlahnya 50 orang lebih. Ketua MPSO PCIM Malaysia Muliadi menyampaikan apresiasinya kepada pembicara dan semua peserta yang hadir dan berpartisipasi aktif.
Muliadi yakin bahwa pergerakan persyarikatan tidak akan terhenti meski dalam kondisi darurat Covid-19 ini. Banyak yang bisa dilakukan, termasuk memperbanyak kajian online dan tentunya menggiatkan aktivitas zakat.
(Dilaporkan oleh: Majelis Pendidikan, Seni dan Olahraga PCIM Malaysia)