Corona memang tidak pandang bulu. Kaya maupun miskin semua mengalami dampaknya. Paling dirisaukan oleh banyak orang adalah dampak virus menular ini terhadap sektor ekonomi. Mereka yang kaya saja merasakan, apalagi mereka yang miskin. Jelas hal ini mulai menimbulkan banyak kekhawatiran.
Padahal, virus mematikan ini erat kaitannya dengan daya tahan tubuh atau imun seseorang. Imun sendiri, sebagaimana pendapat banyak pakar, kualitasnya sangat ditentukan oleh psikis atau kejiwaan masing-masing individu. Tapi karena berbagai kecemasan dan kekhawatiran, bukan hanya soal bahayanya covid-19, tapi lebih kepada menipisnya peluang mengais rezeki. Maka langsung maupun tidak langsung, psikis yang terbebani ini tentu amat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh.
Jika daya tahan tubuh sudah sangat lemah akibat tekanan keadaan. Kualitas imun menurun seiring dengan tingginya tingkat stres karena memikirkan beban hidup. Bukan sekedar corona saja yang mengancam kesehatan orang tersebut, penyakit mematikan lain juga cepat atau lambat bisa membayag-bayangi fisiknya.
Sebelum pandemi corona muncul, semua orang mengidamkan kegiatan berjamaah. Ibadah berjamaah, kerja berjamaah, hiburan dan liburan berjamaah, dan lain sebagainya. Itulah gambaran manusia sebagai makhluk sosial. Setelah ada corona, semua kegiatan berjamaah dibubarkan dengan alasan sebagai pencegahan. Satu-satunya bentuk berjamaah yang sekarang mulai muncul ialah stres berjamaah. Masyarkat mengalami stres berjamaah.
Untuk meringankan beban stres berjamaah tersebut, sudah semestinya masjid sebagai salah satu perangkat sosial tampil dan menunjukkan perannya. Menggalang dana dan menyalurkannya kepada warga sekitar dalam bentuk tunai maupun sembako (sembilan bahan pokok). Inilah yang salah satunya dilakukan oleh masjid Mujahidin Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Gunungpring, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.
Program penjaga imun warga itu bernama Bataco (Bantuan Terdampak Corona). Sejauh ini program mulia ini sudah berjalan sebanyak 3 kali, yang ditasarufkan setiap dua minggu sekali. Awalnya, menyalurkan 4 kg beras untuk 125 keluarga. Terakhir, penggalangan dana oleh masjid Mujahidin ini bertambah menjadi paket 4-5 kg beras, minyak goreng, dan uang tunai untuk 153 keluarga.
“Kami rencanakan bantuan tersebut disalurkan tiap dua minggu, sampai keadaan normal kembali. Dan alhamdulillah respon penerima sangat baik, mereka merasa teringankan dan terbantu dengan apa yang diberikan,” tutur Ahmad Jaiz Ketua Takmir masjid Mujahidin PRM Gunungpring.
Andai semua masjid yang ada di masyarakat melakukan hal serupa, tentu berbagai kekhawatiran warga sedikit banyak akan teratasi. Apalagi dalam bulan Ramdhan ini, peran masjid mestinya lebih menonjol dan lebih ditingkatkan.
Sedang bagi masyarkat dan warga sekitar masjid. Walau disarankan beribadah dari rumah, namun kegiatan memakmurkan masjid mestinya tetap dilakukan. Yaitu dengan cara berinfak dan bersedekah sebanyak-banyak melalui panitia penggalangan dana masjid-masjid setempat. Anggaran yang biasanya untuk takjil dan buka bersama disumbangkan dalam bentuk tunai kepada masjid. Selanjutnya, kemudian masjid-masjidlah yang menyalurkannya dalam bentuk sembako maupun uang tunai kepada masyarakat yang membutuhkan.
Kalau hal ini berjalan, maka masjid tetap akan makmur walau tanpa kegiatan shalat berjamaah dan masyarakat tetap bisa khusus’ beribadah dan berkegiatan dari rumah tanpa kecemasan yang berlebihan. Mari bersama-sama kita wujudkan kegembiraan Ramadhan di tengah pandemi corona.(deni/sapari/gsh).