Faiz Arwi Assalimi
Ucapan syukur patut senantiasa kita haturkan kepada Allah Subhanuwata’alaa, atas segala nikmat serta rahmat-Nya kita masih dipertemukan pada bulan suci Ramadhan pada tahun ini, sekalipun kita semua masih di dalam kondisi yang lara. Gegap gempita menyambut datangnya bulan yang suci yang menjadi momen sekali dalam setahun, seakan sudah menjadi budaya tahunan masyarakat kita. Hampir semua orang mendapatkan kenikmatan berkah dari datangnya bulan suci ini, mulai dari pedagang makanan-minuman untuk berbuka puasa, pedagang pakaian untuk ibadah, maupun para pedagang-pedagang bahan makanan seperti sedang hujan uang saat-saat tersebut.
Harga kebutuhan sehari-hari yang naik seakan sudah menjadi hal yang wajar di tengah-tengah masyarakat dan justru kadang masyarakat justru menikmati akan hal tersebut. Lampion-lampion dan hiasan ala Ramadhan di pelataran dan sekitaran masjid layaknya sebuah simbol bahwa jamaah masjid setempat sudah siap untuk menjalani serangkaian ibadah Ramadhan selama satu bulan penuh. Hal tersebutlah yang terkadang membuat para pelancong yang ada di perantauan rindu akan suasana kampung halaman saat bulan Ramadhan.
Takdir tak bisa dihindarkan, Allah Subhanahuwata’alaa sedang menguji seluruh hambanya dengan adanya Pandemi Covid-19. Wabah ini hampir melumpuhkan seluruh sendi kehidupan manusia di seluruh dunia, sehingga aktivitas di luar rumah pun sangat terbatas dan dibatasi oleh pemerintah. Masyarakat pun masih dirundung ketakutan dan juga kekhawatiran akan terkena wabah ini. Sekalipun prosentase pasien positif Covid-19 yang mengakibatkan kematian kebanyakan dikarenakan adanya penyakit bawaan lainnya, akan tetapi masyarakat masih merasa bahwa virus ini akan membuat masyarakat tak bisa hidup tenang. Entah kebetulan atau memang sudah digariskan di Lauhul Mahfudz oleh Allah Subhanahuwata’alaa, virus ini datang kurang lebih satu bulan sebelum memasuki bulan Ramadhan, sehingga masyarakat sedikit persiapan untuk menjalani rangkaian ibadah Ramadhan di tengah-tengah pandemi.
Berbagai ormas keagamaan termasuk Muhammadiyah sendiri membuat himbauan tentang tuntunan ibadah di bulan suci Ramadhan 1441 Hijiriyah kepada warga persyarikatan. Hal ini tertuang di dalam Surat Edaran PP Muhammadiyah Nomor 03/1.0/B/2020. Ada 5 poin inti yang disampaikan oleh PP Muhammadiyah didalam surat edaran tersebut, (1) Shalat Tarawih dilaksanakan di rumah masing-masing, (2) Takmir tidak perlu mengadakan shalat berjamaah termasuk kegiatan Ramadhan yang lain (ceramah-ceramah, tadarus berjamaah, iktikaf dan kegiatan lainnya, (3) Puasa Ramadhan tetap dilakukan kecuali bagi orang yang sakit dan yang kondisi kekebalan tubuhnya tidak baik, dan wajib menggantinya sesuai tuntunan syariat, (4) Untuk menjaga kekebalan tubuh, tenaga Kesehatan yang sedang bertugas dapat meninggalkan puasa Ramadhan dan menggantinya sesuai dengan tuntunan syariat, (5) Perbanyak zakat, infak, dan sedekah serta memaksimalkan penyalurannya untuk pencegahan dan penanggulangan wabah Covid-19. Kelima poin utama mengenai tuntunan Ramadhan di masa Covid-19 ini diharapkan dapat dijadikan panduan oleh siapapun dalam menjalani ibadah shiyam Ramadhan.
Agama Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, maka di dalam salah satu tujuan dari agama atau Maqashid Asy-Syariah adalah Hifdzu Nafs, yakni melindungi jiwa. Artinya islam sangat menjaga dan merawat nilai-nilai kemanusiaan dalam beragama, maka dari hal tersebut didalam islam terdapat prinsip At-Taisir atau kemudahan didalam menjalankan syariat. Islam tidak pernah memberatkan pemeluknya dalam hal ibadah, bahkan islam menyediakan Diskon atau keringanan dalam beribadah dan beragama dalam keadaan tertentu atau sering kita dengar istilah Ad-dhorurot (Qs. Al-Baqarah:173). Sehingga dalam konteks beribadah saat covid-19 ini, syariat pun menetapkan beberapa ketentuan yang didalamnya ada poin-poin Rukhsoh atau keringanan. Sehingga umat tetap bisa menjalankan ibadah dalam keadaan khusyu’ dan tidak dalam kekhawatirkan seperti halnya pada contoh di dalam Surat Edaran PP Muhammadiyah di atas
Akan tetapi, walaupun Islam menyediakan keringanan ataupun kemudahan dalam menjalankan syariat, kita tidak boleh justru terkesan mengentengkan atau malah meremehkan hal tersebut. Bahkan Allah pun sudah menegur manusia lewat Surat Al-Ma’uun ayat: 4 “Sungguh celakalah orang-orang yang lalai dalam sholatnya”. Jangan sampai dengan adanya Pandemi ini justru kita menggampangkan dan memiliki sikap meremehkan (Tasahul) dalam menjalankanrangkaian ibadah sehari-hari kita selama Ramadhan, terutama puasa wajibnya, justru dengan adanya pandemi ini di saat bulan Ramadhan, menjadi momentum kita semua untuk memperbanyak amal dan semakin mendekatkann diri (Taqarrub) kepada Allah SWT. Ramadhan kali ini menjadi momen emas bagi kita untuk membantu saudara-saudara kita yang terdampak Covid-19, terutama para pekerja harian yang kehilangan pekerjaannya disaat pandemik seperti ini.
Kesempatan pada bulan Suci Ramadhan tahun ini merupakan momentum yang tak boleh dilewatkan dalam rangka melakukan perjalanan spiritual selama kurun waktu satu bulan. Shiyam atau puasa jangan hanya dimaknai sebagai ibadah spiritual kepada Allah SWT Hablun Minallah saja, akan tetapi Shiyam Ramadhan harus juga menghasilkan ibadah sosial Hablun Minannas juga. Sehingga derajat Muttaqiin di saat nanti setelah bulan Suci Ramadhan, betul-betul dapat kita raih, dan pastinya setiap doa yang kita tengadahkan kepada Sang Khaliq semoga dapat mengubah keterpurukan kondisi negeri kita saat ini, Aamiin.
Ponorogo, 2 Ramadhan 1441 H/bertepatan pada 24 April 2020
Faiz Arwi Assalimi, Alumni Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Ketua PD IPM Kota Yogyakarta Bidang Advokasi