Oleh: Faozan Amar
Ramadhan tahun 1441 H ini, sepertinya akan kita lalui dengan di rumah saja. Baik itu bekerja, belajar maupun beribadah dan juga aktifitas lainnya yang memang terbisa dilakukan di rumah. Jika selama ini ketiga aktifitas tersebut banyak dilakukan di luar rumah, sekarang semuanya berubah akibat wabah Covid-19. Kini tak ada lagi ; ngabuburit sambal jalan-jalan sore bersama keluarga dan sahabat, buka bersama sahabat, salat tarawih berjamaah di masjid atau mushola, tadarus bersama, iktikaf di masjid, dan kuliah subuh berjamaah. Semua aktifis yang menyertai ibadah puasa Ramadhan itu praktis dilakukan di rumah.
Apakah membosankan? Belum tentu juga. Semua tergantung dari rumah yang kita huni dan para penghuni yang ada di dalamnya. Jika rumah hanya dijadikan tempat tinggal (bait), untuk numpang tidur saja, mungkin akan membosankan. Tapi jika rumah itu menjadi maskan, berasal dari kata sakana yang berarti tenang, tenteram, dan bahagia, tentu rumah tersebut akan menyenangkan para penghuninya.
Oleh karena itu, rumah dalam pandangan al-Qur’an bukan hanya berfungsi sebagai tempat bermalam, beristirahat atau berlindung setelah melaksanakan akfititas bekerja atau belajar. Tetapi lebih jauh dari itu, yakni sebagai tempat mencari ketenangan dan kebahagian batin, sehingga menjadi surga bagi para penghuninya. Itulah sebabnya keluarga sakinah (tenang, tentram) menjadi tujuan utama dalam perkawinan dengan landasan cinta (mawadah) dan kasih sayang (warahmah) bagi setiap kaum muslimin (QS. Ar Rum 21).
Ada beberapa cara untuk menjadikan rumah agar menjadi surga bagi para penghuninya; Pertama, hadirkan dalam rumah aktifitas membaca al Qur’an (tadarus). Sabda Nabi Muhammad Saw “Sesungguhnya rumah yang dibacakan di dalamnya al Qur’an, maka rumah tersebut akan terlihat oleh para penduduk langit sebagaimana terlihatnya bintang-bintang oleh penduduk bumi (HR Ahmad). Jadi mumpung sekarang lagi lebih banyak waktu bersama keluarga di rumah, mari bersama-sama menghiasi rumah dengan membaca al Qur’an. Apalagi di bulan Ramadhan, maka bisa diisi dengan tadarus bersama sehabis salat berjamaah.
Kedua, menjaga dan melaksanakan hak dan kewajiban setiap anggota keluarga dengan baik. Suami, istri dan anak punya hak dan kewajiban masing-masing (QS. Al Baqarah 228). Mari berbagi tugas untuk mengisi waktu luang dengan melakukan kesibukan bersama, bergotong royong membantu sesama, sehingga tinggal di rumah dengan senang dan riang gembira tanpa membosankan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara berbagi pekerjaan rumah seperti mencuci piring, nyapu, ngepel, dan lain-lain.
Ketiga, saling nasehat menasehati dalam melaksanakan kebenaran, kesabaran dan keikhlasan atas dasar kasih sayang dengan cara yang baik (QS. Al Ashr 2-3), sehingga kita termasuk orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Bagus sekali jika sehabis tarawih atau subuh setelah salat berjamaah diisi dengan kuliah tujuh menit. Narasumbernya semua anggota keluarga yang telah mampu. Sehingga bisa sebagai sarana berlatih dan saling mengingatkan antar sesama.
Keempat, seluruh anggota keluarga yang meliputi suami, istri, anak-anak dan anggota yang lain saling berlomba-lomba dalam kebaikan untuk mewujudkan surga dunia dan akhirat (QS. Al Baqarah 148). Baik dalam mengerjakan ibadah kepada Allah Swt maupun muamalah dengan sesama manusia. Sehingga, semua anggota keluarga dapat meraih prestasi terbaik. Sebagaimana firman Allah Swt : “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS Al Mulk 2). Jika ini dilakukan, maka imunitas tubuh meningkat dan insha Allah virus korona akan ditangkalnya.
Tentu saja hasilnya akan maksimal kalau kebutuhan asupan gizi makanan terpenuhi. Hal ini menjadi tanggungjawab utama orang tua. Karena itu, diperlukan manajemen keuangan keluarga yang baik, terutama dalam mengatur pendapatan dan pengeluaran. Apalagi saat musim pandemi korona seperta sekarang ini. Sehingga, semua kebutuhan anggota keluarga tercukupi dengan baik.
Pemerintah harus memastikan rakyat dan keluarganya yang terdampak ekonominya akibat wabah Covid-19, untuk mendapatkan bantuan secara memadai. Pendataaan warga yang terdampak harus akurat dan pendistribusiannya tetap sasaran dengan mematuhi protokoler Covid-19. Sehingga, warga tetap betah tinggal di rumah dengan tercukupinya kebutuhan pangan. Dengan cara demikian, insha Allah wabah korona akan segera berlalu. Wallahualam.
Faozan Amar, Sekretaris Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah dan Dosen Ekonomi Islam FEB UHAMKA