Oleh : Yunahar Ilyas
Ditegaskan dalam Surat Al-Ikhlas bahwa Allah SWT Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Allah SWT berfirman:
قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Q.S. Al-Ikhlash 112: 1-4)
Allah SWT Maha Esa, baik pada zat, perbuatan, nama maupun sifat-sifat-Nya. Tidak ada satu makhlukpun yang setara dengan-Nya. Seluruh makhluk bergantung kepada-Nya. Sedangkan Allah sendiri tidak memerlukan apa pun dari seluruh makhluk-Nya. Dia ghaniyyun ‘anil ‘alamin. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Allah lah yang menciptakan dan menguasai segala sesuatu. Semua tunduk dan memerlukan-Nya. Bagaimana mungkin dia akan mempunyai anak. Jika Allah punya anak berarti bapak dan anak mempunyai kesamaan. Padahal tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. Tidak ada satupun yang sama dengan Dia. Jangankan sama, bahkan atidak ada satupun yang mirip dengan-Nya.
Dalam ayat lain dinyatakan oleh Allah SWT bahwa telah kafir orang-orang yang meyakini trinitas atau tatslits. Allah SWT berfirman:
لَّقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ ثَالِثُ ثَلَٰثَةٖۘ وَمَا مِنۡ إِلَٰهٍ إِلَّآ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۚ وَإِن لَّمۡ يَنتَهُواْ عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya kafirlah orang–orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (Q.S. Al-Maidah 5: 73)
Trinitas adalah keyakinan bahwa Allah terdiri dari tiga pribadi atau oknum yaitu Tuhan Bapa, Tuhan Putera (Yesus Kristus) dan Roh Kudus. Kedudukan Al-Masih dalam dunia Kristen baru ditetapkan pada tahun 325 M di Konsili Ekumenis di Nicea dan dikukuhkan kembali di Konsili Ekumenis di Konstantinopel pada tahun 381. Sebelum ketetapan itu para uskup dan pemuka agama Kristen berbeda pendapat. Ada yang menyatakan bahwa Isa dan ibunya adalah dua tuhan. Ada lagi yang mengatakan bahwa hubungan Isa AS dan Allah bagaikan hubungan kobaran api yang berpisah dari kobaran api yang lain, kobaran pertama tidak berkurang dengan adanya kobaran kedua. Ada juga yang berkeyakinan bahwa Isa AS adalah rasul Allah sebagaimana rasul-rasul yang lain. Ada pula yang mengatakan bahwa beliau anak Tuhan teapi dalamsaa yang sama Al-Masih adalah makhluk-Nya dan masih banak lagi pendapat lain. (Tafsir Al-Mishbah 3:53)
Pada ayat sebelumnya Allah SWT juga menyatakan bahwa telah kafir orang yang meyakini bahwa Allah adalah Al-Masih Ibn Maryam. Allah SWT berfirman:
لَقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ وَقَالَ ٱلۡمَسِيحُ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ
“ Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam”, Padahal Al-Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Q.S. Al-Maidah 5: 72)
Ditegaskan Allah SWT pada Surat yang sama ayat 75 bahwa Al-Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul seperti rasul-rasul terdahulu. Ibunya adalah seorang yang benar. Mereka berdua, sebagaimana manusia biasa juga butuh makanan dan kebutuhan lainnya sebagaimana halnya manusia biasa. Allah SWT berfirman:
قُلۡ أَتَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَمۡلِكُ لَكُمۡ ضَرّٗا وَلَا نَفۡعٗاۚ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ
“Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, Kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).” (Q.S. Al-Maidah 5: 76)
Demikianlah Allah SWT menegaskan bahwa Isa Al-Masih Putera Maryam adalah hamba dan utusan Allah SWT sebagaimana utusan-utusan Allah sebelumnya. Beliau bukanlah Tuhan, bukan Putera Tuhan dan pula satu oknum dari tiga oknum tuhan.
Masa Kecil dan Pertumbuhan Isa
Setelah pariode kelahiran Isa, Al-Qur’an tidak menceritakan lagi kehidupan Al-Masih waktu kecil, remaja dan dewasa. Menurut Syauqi Abu Khalil dalam bukunya Athlas Al-Qur’an (2001: 116), Isa tinggal bersama ibunya di Nashirah (Nazareth) kemudian pindah ke Mesir sampai berumur 12 tahun. Mereka berdua pergi ke Ain Syam Mesir bersama Yusuf an-Najjar. Umur 12 tahun kembali ke tanah Palestina dan bertemu dengan Yahya (Yohanes ) di Sungai Jordan tatkala Isa berumur 30 tahun.
Kenapa Maryam membawa puteranya pindah ke Mesir? Ibnu Katsir mengutip cerita dari Wahab ibn Munabbih dalam Kisah Para Nabi (hlm. 664) bahwa pada saat kelahiran Isa tampak bintang besar di langit yang menyebabkan Raja Persia pingsan menyaksikannya. Lalu Raja bertanya kepada para dukun kerajaan apa yang terjadi, para dukun menjawab inilah kelahiran yang sangat agung di muka bumi. Kemudian Raja mengirim utusan membawa hadiah emas dan barang berharga lainnya untuk bayi yang baru lahir tersebut.
Tatkala sampai di Syam mereka ditanya oleh Raja Syam tentang maksud kedatangan mereka. Para utusan Raja Persia pun menjelaskan maksud mereka. Raja Syam menyuruh menyelidiki siapa yang telah lahir, ternyata telah lahir Isa putera Maryam di Baitulahmin Palestina. Kelahilran Isa waku itu jadi pembicaraan karena kemampuannya berbicara ketika masih dalam buaian.
Raja Syam mengirim beberapa orang untuk berangkat bersama utusan dari Persia mencari bayi yang baru lahir tersebut. Raja Syam mengirim orang bukan untuk mempersembahkan hadiah seperti Raja Persia tapi untuk membunuhnya. Orang-orang suruhan Raja Syam tidak berhasil membunuh Isa. Tatkala mengantarkan hadiah kepada Maryam, utusan Raja Persia menjelaskan bahwa utusan Raja Syam tersebut sebenarnya ingin membunuh Isa tapi mereka tidak sanggup melakukannya. Mendengar kabar itu Maryam segera menyelalamatkan puteranya dengan membawanya pergi meninggalkan tanah kelahirannya menuju ‘Ain Syam Mesir.
Demikianlah kisah kepergian Maryam membawa Isa ke Mesir yang dikutip oleh Ibnu Katsir dari Wahab bin Munabbih. (bersambung)