KUALA LUMPUR, Suara Muhammadiyah-Kajian Online PCIM dan MDMC Malaysia ke-8 pada Jumat sore (1 Mei 2020) menghadirkan sebagai pembicara Ketua Lazismu Pusat PP Muhammadiyah Prof. Hilman Latief, PhD yang juga adalah Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Dalam ceramahnya via aplikasi Zoom sepanjang 50 menit itu, Prof Hilman menyampaikan tema Peran Lazismu bersama MDMC dan MCCC menghadapi krisis pandemi Covid-19.
Hilman mengatakan bahwa menjalankan sebuah lembaga ZIS yang dinaungi oleh sebuah Ormas Kemasyarakatan (Ormas) seperti halnya Lazismu di Muhammadiyah atau lembaga-lembaga yang serupa di NU dan Persis, memiliki tantangannya tersendiri.
“Hal ini akan memengaruhi pola dan kultur gerak lembaga tersebut, yang notabene sangat berbeda dibanding lembaga-lembaga ZIS yang tidak melekat pada Ormas. Tantangannya adalah bagaimana memastikan Lazismu dapat bergerak secara profesional namun tetap berwarnakan rentak Ormas tersebut.”
Prof. Hilman mengingatkan bahwa landasan dan arah kerja Lazismu adalah berpandukan Alquran Surat Attaubah ayat 60 yang mensyariatkan tentang delapan asnaf yang berhak atas zakat umat. Selain itu, Lazismu juga diamanatkan menjalankan rekomendasi Muktamar terkait tugas dan fungsi Lazismu.
Ketika menyampaikan pekerjaan besar Lazismu, Hilman menyatakan, “Kita perlu mengonsepkan grand design dan strategi khusus Persyarikatan tentang pengentasan kemiskinan. Dengan kata lain, saat ini kita belum memiliki konsep tersebut yang seharusnya didefinisikan menurut Persyarikatan Muhammadiyah melihat kondisi riil masyarakat kita.”
“Lazismu juga perlu merumuskan indikator kemiskinan versi Muhammadiyah. Tanpa indikator, maka tiada akuntabilitas. Hanya semangat saja tidak cukup, karena tidak akan ada dampak riil,” demikian kata Hilman.
Hilman mendorong agar kita bisa menyiapkan lebih banyak lagi program pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan.
“Yang diperlukan sebenarnya adalah proposal-proposal untuk menawarkan program, bukan hanya penyaluran dana semata.”
Untuk penanggulangan pandemi Covid-19, Lazismu sudah berkomitmen dana yang cukup signifikan kepada Persyarikatan melalui Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC). Namun, tambah Hilman, apa yang tak terlihat adalah, Lazismu menyiapkan program pemberdayaan jangka panjang untuk membantu golongan yang krusial seperti para guru dan da’i di berbagai pelosok Indonesia.
“Dalam memberdayakan mereka, kita berusaha agar tidak hanya sekadar memberi bantuan. Namun kita menjaga harga diri mereka dengan menawarkan program pemberdayaan yang bersifat jangka menengah dan panjang,” papar Hilman.
PR yang lebih besar, menurut Hilman, adalah upaya menyusun strategi untuk merawat ‘mindset of giving’ warga dan donatur untuk jangka panjang.
“Ini agak sulit dan tidak menentu, karena kita masih belum tahu apakah setelah ‘panic giving’ yang terjadi di awal-awal pandemi ini akan berlanjut setelah Idul Fitri, atau bahkan beberapa bulan ke depan.”
Untuk mengetahui itu, Hilman berkata bahwa Lazismu sedang melakuksn survey kepada warga dan muzakki terkait trend kesulitan dan sikap terhadap ZIS sepanjang dan setelah situasi Covid-19 ini.
Forum yang dipandu ketua MDMC Malaysia sekaligus Wakil Ketua PCIM Malaysia Ust. Zulfan Haidar diakhiri dengan forum tanya jawab.
Merespon pertanyaan yang diajukan, Hilman mengatakan bahwa Lazismu tidak hanya untuk warga Muhammadiyah. Namun yang lebih penting adalah menggunakan jaringan Muhammadiyah yang memang merupakan aset kita di Persyarikatan. (Sonny Zulhuda)