“Waktu adalah pedang; kalau kita tidak bisa menggunakannya maka ia akan membunuh diri kita sendiri.”
Demikian nasihat yang disampaikan oleh Ustadzah Novri Hartini Tanius, anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dalam Kajian Online yang diadakan oleh Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA) Malaysia melalui aplikasi Zoom, Jumat 17 April 2020.
Kegiatan yang pertama kali diadakan oleh PCIA Malaysia di masa “lockdown” Covid-19 ini dihadiri oleh sekitar 60 orang peserta dan mengambil tema “Jangan biarkan waktu membunuhmu”.
Dalam sambutannya, ketua PCIA Malaysia Nita Nasyithah, M.Ed memberikan motivasi kepada warga Aisyiyah di Malaysia agar tetap sabar dan positif dalam menjalani masa-masa Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) yang diberlakukan oleh pemerintah Malaysia sejak 18 Maret 2020.
PKP ini mewajibkan warga di Malaysia untuk tidak keluar rumah kecuali untuk urusan mendesak seperti membeli makanan dan obat-obatan.
“Meski kita tidak dapat bersua fisik, namun kita masih dapat melanjutkan aktivitas Persyarikatan melalui inovasi teknologi,” kata Nita dalam sambutannya.
“Ini menandakan bahwa kita siap untuk maju dalam berbagai kondisi walaupun agak menyulitkan.”
Dalam ceramahnya, Novri yang berasal dari Yogyakarta mengingatkan bahwa keimanan seseorang bisa dilihat dari bagaimana ia menggunakan waktunya.
Ini sejalan dengan pesan Allah SWT dalam Q.S. Al-‘Asr: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.”
“Siapapun memiliki potensi merugi kecuali orang yang beriman, kuncinya adalah iman. Tapi iman saja tidak menjadikan manusia itu selamat, kalau tidak beramal soleh.”
Dalam keadaan ‘lockdown’ saat ini, demikian Novri, masing-masing kita memiliki waktu yang sama, sama sama 24 jam, tapi kenapa kita memiliki amalan amalan yg berbeda?
“Banyak sekali amal soleh yang bisa kita lakukan dalam keaadaan lockdown saat ini.
Contoh amal soleh yg bisa kita lakukan adalah
solat berjamaah, sedekah, solat sunat fajar, solat subuh berjamaah,membaca dan menghafal quran, mentadabbur al-Quran, mengkaji hadits dan lain sebagainya.”
Ustadzah alumni Muallimat Yogyakarta itu memberikan beberapa tips bagi jamaah dalam menjalani kehidupan.
“Pertama, kita sering-seringlah meminta ‘fatwa’ pada hati kita. Dalam keadaan kita marah atau stress misalnya, itu berarti kita belum mendapat pertolongan dari Allah.”
“Kedua, kita kembalikan semuanya kepada ketetapan Allah karena semua masalah sudah ada kadarnya, sehingga tidak ada yang sulit jika kita menghadirkan Allah dalam menyikapi segala permasalahan.”
“Jika keluh kesah sudah tidak ada lagi dalam hati kita, maka Allah akan memberikan kabar gembira dan memberikan kita hadiah dari kesabaran kita.”
Apa yang dapat menyingkirkan kegundahan dan menghadirkan bahagia? Tanya Novri. Kita bisa belajar dari perkataan Ibnul Qoyyim, “Tidaklah aku takutkan saat matahari terbenam umurku berkurang, tapi yang aku risaukan adalah jika amalanku tidak bertambah!”
“Kebahagiaan yang ada didalam hati akan lebih abadi karena orang orang yg hatinya bahagia akan mendapatkan pertolongan dari Allah, walaupun disingkirkan dari kebahagiaan yg ada didunia.”
Oleh karena itu, pengusaha studio fotografi di kota Gudeg itu memberikan wejangan.
“Orang yang bergantung akan kebahagiaan dunia maka ia akan terus selalu kecewa. Tapi orang yang beriman menggantungkan kebahagiaannya hanya pada Allah, maka ia akan terus bahagia dimanapun berada. Ia akan merasa selalu ditatap oleh Allah, merasa disayang dan diberi banyak hikmah.”
Forum kajian tersebut dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh Silmi Fitri, MA, Wakil Ketua PCIA Malaysia.
Selain berdialog, Ibu-ibu Aisyiyah terlihat gembira bisa bertegur sapa meskipun dipisahkan oleh jarak dan kesibukan mereka.