Data Anggota Muhammadiyah Untuk Melawan Covid-19

Data Anggota Muhammadiyah Untuk Melawan Covid-19

Model KTAM tahun 1985. Idealnya Kartu anggota Muhammadiyah dapat jadi alat pelindung di kala darurat Dok SM

Oleh: Adi Sucipto

Tak pernah terlintas untuk mengalami isolasi atau karantina wilayah akibat Pandemi Covid19. Demikian juga penulis tidak pernah membayangkan untuk menjadi warga di daerah yang harus membatasi warganya untuk keluar dari desanya. Tetapi tidak ada yang menyangka bahwa desa yang cukup jauh dari pusat kota kabupaten harus mengalami pembatasan karena salah satu warganya menjadi pasien positif Covid-19.

Berawal dari pesan ‘whatsapp’ yang menanyakan kabar tentang kebenaran sebuah berita yang sudah menyebar di grup-grup whatsapp bahwa di RT tempat penulis tinggal ada pasien positif Covid-19. Rasa penasaran akan informasi ini akhirnya tidak tertahankan dan langsung berkirim pesan ke tetangga yang aktif di Satgas Covid-19 pedukuhan. Dan beberapa menit kemudian informasi langsung dibenarkan dan dikonfirmasi bahwa salah satu warga menjadi pasien positif Covid-19. Malam itu juga pejabat desa di pedukuhan memberikan himbauan untuk melakukan pendataan warga yang sempat kontak dengan pasien serta memberikan himbauan untuk tidak keluar dari dusun.

Jelang sahur data kontak pasien dengan warga baik langsung ataupun tidak langsung sudah muncul. Dan sebagian besar warga pernah kontak dengan keluarga pengantar dan penunggu pasien. Kemudian, apakah warga berhenti dan saling menyalahkan, tentu tidak, karena baik pasien maupun warga yang terdata kontak adalah tetap sebagai tetangga kita. Tapi sangat disayangkan adalah daftar warga yang kontak dengan pasien ternyata menyebar di banyak grup. Mungkin ini dapat menjadi pengingat, tetapi ketika data beredar tanpa narasi yang tepat menjadikan warga yang ada dalam daftar juga tidak enak hati.

Pelajaran tentang menyimpan data dan informasi di era teknologi informasi ini menjadi sangat penting apalagi ketika data pribadi juga ikut tersebar.

Mitigasi Warga Terdampak

Kembali pada persoalan pasien positif, sebagai warga kita akan ikut untuk melakukan mitigasi. Mulai dari mendaftarkan data diri jika kontak dengan warga yang ada didaftar kontak pasien. Dan kemudian memulai mengikuti prosedur dan peraturan di wilayah pandemi, menggunakan masker dan melaksanakan PHBS dan CTPS.

Sebagai warga persyarikatan muhammadiyah, tidak boleh berhenti hanya menyelamatkan diri sendiri tetapi memikirkan juga warga peryarikatan yang lain dan tentunya warga secara umum. Setidaknya ada beberapa hal yang harus dilakukan warga persyarikatan muhammadiyah, pertama adalah menghubungi Pimpinan Muhammadiyah terdekat dengan lokasi pasien positif Covid-19. Hal ini adalah untuk memberitahukan kepada pimpinan bahwa sudah ada kasus Covid di wilayah dakwahnya, sehingga pimpinan melalui MCCC dapat langsung melakukan mitigasi.

Kedua, mendata warga persyarikatan muhammadiyah yang kita kenal yang berada di lokasi terdampak, sehingga dapat mengurangi dampak pada warga persyarikatan dan juga keluarganya. Ketiga adalah mulai menghitung perkiraan kebutuhan jika warga harus melaksanakan isolasi mandiri, sehingga kita dapat menggerakan warga persyarikatan untuk terlibat dalam penggalangan dana ataupun logistik untuk daerah terdampak, agar tidak ada kekhawatiran warga di lokasi tersebut untuk keluar dan menambah dampak warga terpapar.

Tetapi ada yang menarik ketika kita memulai tahapan mitigasi ini, ternyata banyak pimpinan yang tidak mempunyai data lengkap warga dan anggotanya, sehingga harus menunggu data dikirimkan dari lokasi terdampak ini. Padahal kita mengetahui bahwa tiap anggota Muhammadiyah mempunyai KTAM yang harusnya berisi detail data anggota muhammadiyah yang dapat diakses oleh pimpinan untuk dapat memetakan anggota utamanya ketika menghadapi kasus-kasus seperti ini.

Di LPCR data warga yang dilaporkan oleh Pimpinan Ranting tidak detail ke jumlah anggota tetapi lebih kepada aktifitas warganya, sehingga data utama tetap bergantung pada data KTAM.

Penulis saat ini hanya menggunakan data cabang dan ranting untuk melakukan mitigasi utamanya perkiraan warga terdampak di ranting dan tentunya dapat melakukan kontak langsung dengan ketua atau sekretaris di ranting tersebut. Data awal berupa data warga yang kemungkinan terdampak kemudian dapat kita bandingan dengan data KTAM yang ada sehingga Pimpinan dapat melakukan tindakan langsung yang lebih komprehensif di daerah tersebut.

Muhammadiyah dan Data Anggota

Berkaca pada pengalaman penulis ketika ingin terlibat mitigasi dengan keterbatasan data ini mestinya dapat digunakan untuk bahan evaluasi dalam gerakan lawan Covid-19 ini. Memadukan data anggota dan sebaran pandemi akan memudahkan Pimpinan dalam mengatur strategi dan kebijakan dalam waktu cepat.   Melihat sebaran laporan kasus pandemi ini muhammadiyah harusnya sudah dapat memetakan seberapa banyak anggota dan warganya yang berada di lokasi terdampat Covid-19.

Data pada KTAM menjadi layer tersendiri diatas peta sebaran Covid-19 di Indonesia ini. Sehingga tindakan yang akan dilakukan oleh MCCC dapat terukur dan terarah, jika tidak dapat membantu masyarakat luas setidaknya sudah dapat mengurangi dampak pada anggota dan keluarganya. Pemetaan ini harus detail ke alamat domisili anggota tidak hanya pada lokasi PCM anggota terdaftar. Dalam banyak kasus bahwa anggota muhammadiyah adalah terdaftar saat bekerja di AUM di PCM sehingga pemetaannya menjadi anggota di PCM tersebut.

Dan akhirnya sebagai catatan tentang KTAM, pertama bahwa KTAM didaftarkan di PCM tempat anggota bekerja. Sehingga data yang masuk ke KTAM adalah lokasi PCM, tidak sesuai dengan alamat domisili anggota. Dalam hal ini pengolah data harus jeli membedakan alamat domisili dengan lokasi PCM terdaftarnya anggota.

Kedua, data anggota pada kolom-kolom di KTAM masih banyak yang kosong utamanya pada tanggal lahir sehingga kita tidak dapat memetakan peta kerentanan ketika adanya pandemi ini. Saat ini dua data ini sangat penting karena Covid-19 berkaitan dengan area dan usia kerentanan terhadap virus ini. Tidak ada kata terlambat untuk memperbarui data di KTAM, pastikan semua kolom tidak kosong, karena data dan informasi adalah perangkat utama untuk mengatur strategi dan kebijakan di era informasi saat ini.

Adi Sucipto, koordinator pemetaan cabang dan ranting  LPCR PPM 2015-2020, pegiat mitsociety.id, dan Dosen di Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta

Exit mobile version