Rommy Fibri Hardiyanto, Anggota MPI PP Muhammadiyah Nahkodai Lembaga Sensor Film
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pernah dengar teori 1.000 dan 10.000 jam? Jika anda bergelut dalam suatu bidang atau profesi, apapun bidangnya selama 1.000 jam niscaya anda akan menjadi seorang yang ahli dalam bidang tersebut. Dan jika profesi yang anda tekuni tersebut telah mencapai 10.000 jam maka tidak mungkin tidak ada rezeki yang tidak datang. Seumpama ada orang yang bermusik selama 10.000 jam atau lebih, tidak mungkin tidak ada rezeki bermusik setelahnya. Seseorang dengan 10.000 jam terbang sudah menjadi magnet terhadap profesinya dan setelah itu uang akan menempel pada magnet tersebut.
Pada tulisan kali ini kita tidak sedang membahas tentang bagaimana cara mencari uang atau uang yang mencari kita. Namun hal ini berkaitan dengan seseorang yang bergelut pada sebuah bidang dan akhirnya mengantarkan ia pada sebuah profesi yang prestisius di negeri ini. Satu persatu anak tangga terus ia lalui dengan penuh ketekunan.
Rommy Fibri Hardiyanto pria kelahiran 14 Februari 1972 tersebut merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Gigi yang tidak memilih menjadi dokter gigi atau membuka praktik dokter gigi di rumahnya. Ia memilih bergelut dalam dunia jurnalistik. Dalam perjalanan karirnya sebagai seorang jurnalis ia pernah menjabat sebagai wartawan Majalah Tempo, Produser Eksekutif Liputan 6 SCTV, Pimpinan Redaksi Tabloid Mingguan Prioritas, Direktur Harian Jurnal Nasional, serta Direktur News dan Produksi TV Mu.
Pria yang menjabat sebagai Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah tersebut juga telah menorehkan banyak penghargaan, diantaranya Best Expertise Lecturer 2012 LSPR (2013), Anugerah Adiwarta Tabloid Mingguan Prioritas untuk kategori Foto Jurnalistik Feature Terbaik (2012), Jurnalis Jakarta Award Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta untuk liputan Internasional (2003), dan masih banyak lagi lainnya. Selain aktif sebagai seorang jurnalis, Rommy Fibri juga mengajar mata kuliah “Liputan Investigasi” di The London School of Public Relations (LSPR).
Dari segudang pengalaman dan jam terbang yang telah ia lalui dunia jurnalistik mengantarkannya sebagai Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia periode 2020-2024. Rommy Fibri terpilih sebagai Ketua LSF setelah melalui proses voting online pada tanggal 8 Mei 2020. Berdasarkan hasil penghitungan suara yang dilakukan secara terpusat dan terbatas di kantor Lembaga Sensor Film, Rommy Fibri Hardiyanto terpilih sebagai ketua dan Ervan Ismail sebagai wakilnya.
Dalam sambutan perdana sebagai Ketua LSF Rommy mengatakan, “Saya memiliki visi membangun LSF yang independent, akuntabel, kredibel, dan profesional. Hal ini akan kami wujudkan melalui penguatan aspek penyensoran dan optimalisasi lembaga”.
Harapan untuk Rommy Fibri Hardiyanto
Ketua MPI PP Muhammadiyah Dr Muchlas, MT ikut bahagia dan bangga atas terpilihnya Romy Febri sebagai Ketua LSF. “Setahu saya mas Romy adalah sosok yang memiliki komitmen dan dedikasi yang sangat tinggi dalam bidang pertelevisian dan perfilman,” katanya.
Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) tersebut berharap di bawah kepemimpinan Rommy LSF membawa dunia perfilman sebagai tuntunan. “Didukung profesionalisme dan moralitas yang tinggi, saya yakin kehadirannya sebagai Ketua LSF akan mampu membawa dunia perfilman Indonesia menjadi wahana tontonan dan tuntunan,” ungkap Muchlas. (diko)