Intuisi

Intuisi

Dr. M. G. Bagus Kastolani*

Semua orang tentunya pernah dilematis saat mengambil keputusan. Apalagi jika keputusan ini untuk suatu masalah yang bersifat besar, misalnya menyangkut tentang masa depan. Pengambilan keputusan sebenarnya suatu proses mengumpulkan data atau informasi yang mendasari prediksi tindakan dan atau alternatif tindakan dalam memecahkan masalah. Proses pengambilan data atau informasi ini merupakan dasar untuk pengambilan keputusan.

Data atau informasi ini dapat dikumpulkan berdasarkan tiga pendakatan sebagai berikut; logika (reasoning), pengalaman masa lalu (experience), dan intuisi. Bagi orang yang logis, pengambilan keputusan mereka akan lebih banyak menggunakan akal sehat sebagai justifikasi. Contoh logika ini adalah data statistik berupa tabel, kurva, kalkulasi matematis, dimana data atau informasi ini bersifat prediktif untuk melihat polanya di masa mendatang.

Sedangkan bagi orang yang berpengalaman, ia lebih banyak mempertimbangkan pengalaman masa lalunya atau melalui pengalaman orang lain untuk pengambilan tindakan atau alternatif tindakan. Misalnya, sering kali kita ingin membeli produk atau jasa maka kita akan menggali pengalaman masa lalu kita dengan produk atau jasa tersebut. Atau kita melihat komentar dari orang lain yang pernah mencoba produk atau jasa tersebut.

Kedua pendekatan ini (logika dan pengalaman) sering dilakukan untuk permasalahan-permasalahan yang bersifat rasional. Namun ada satu pendekatan yang sering diabaikan dalam pengambilan keputusan, yaitu intuisi. Apakah intuisi itu? Secara mudahnya intuisi adalah kata hati kita untuk menentukan tindakan atau pengambilan keputusan kita. Kadang orang merasa pengambilan keputusan intuitif ini tidak rasional namun dalam prakteknya justru kebenaran pengambilan keputusan datangnya dari intuisi ini. Bagaimana cara kerja intuisi ini sehingga ada kalanya dia justru benar dalam memutuskan? Intuisi diyakini sebagai kata hati yang mengarahkan manusia kepada kebaikan. Namun hal ini dengan catatan apabila manusia dekat dengan Allah SWT. Sebab Allah SWT memberikan petunjuk kepada manusia melalui kemantapan hatinya. Dan hatinya membisikkan kebaikan yang datangnya dari petunjuk Allah SWT.

Apabila hati kita bersih dan semakin bersih dari dosa maka tidak ada penghalang kita mendengar kata hati ini menuntun langkah kita. Namun apabila hati kita banyak ditutupi dengan noktah dosa, maka telinga kita tidak sanggup mendengar kata hati meskipun ia telah berteriak membisikkan kebaikan kepada kita. Kalau kita inginkan intuisi kita dapat menjadi pertimbangan kebaikan maka bersihkan dulu hati kita. Tentunya, orang yang bijak akan mempertimbangkan segala sesuatunya dengan merujuk kepada ketiga pendekatan ini (logika, pengalaman dan intuisi). 

Huwallahu a’lam bi showab.

Penulis Staf pengajar Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya

(Tulisan pernah dimuat pada Majalah Suara Muhammadiyah 04/103, Februari 2018)

Exit mobile version