Oleh : Bagus Kastolani
Kapan terakhir kali kita meminta maaf atau memaafkan orang lain? Oh, sebentar lagi lebaran kok… jadi bisa minta maaf atau memaafkan. Jadi minta maaf dan memaafkan hanya setahun sekali. Padahal dosa dan khilaf kita sebagai manusia selalu bertambah dari menit ke menit. Terlalu lama dan terlalu menumpuk kesalahan kita jika meminta maaf hanya setahun sekali.
Atau, saat pertanyaan itu saya lempar kepada seseorang yang pernah disakiti oleh orang lain dan saya tanyakan, “Bisakah kamu memaafkannya?” Hampir sebagian besar menjawab: (1) Enak saja, dia yag menyakiti saya harus menerima balasan yang setimpal dulu, baru saya maafkan; (2) Sudah terlalu sakit hati ini dibuatnya. Biarlah waktu yang akan mengobatinya; (3) Orang lain tidak bisa mengobati hatiku yang terlanjur sakit. Biarlah Tuhan yang mengobati hatiku. Tidak ada gunanya dia minta maaf kepadaku.
Inilah tiga jawaban terbanyak ketika ditanyakan kepada orang lain yang pernah tersakiti oleh orang lain. Rupanya ini gambaran orang yang belum bisa memaafkan orang lain dan move on kepada kehidupan yang lebih baik. Tiga jawaban tersebut juga menggambarkan bahwa memaafkan itu ternyata lebih sulit daripada meminta maaf.
Kenapa orang sulit memaafkan? Seorang tokoh Psikologi yang bernama Sigmund Freud menyatakan bahwa kejadian yang menorehkan luka menyebabkan trauma (traumatic event) yang membekas dan mengganggu kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, seseorang yang tersakiti harus berani kembali kepada kejadian tersebut dan mengakhirinya dengan memaafkan maka ia akan seperti orang yang baru dilahirkan. Coleman (2001) menyatakan bahwa beban berat bagi orang yang pernah tersakiti dan tidak memaafkan karena ia akan selalu terbayangi dengan kejadian masa lalu serta mengganggu aktivitas hidupnya. Sulit memaafkan? Beranilah untuk kembali pada kejadian itu, selesaikan dengan cara memaafkan maka insyaallah Allah SwT akan membalas dengan kebaikan segala ikhtiar kita untuk memaafkan orang lain. Setelah memaafkan, siapakah sekarang yang mempunyai hati paling tenang?
Staf pengajar Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya, Kader Muhammadiyah.