Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) mengumumkan bahwa sampai jam 07.00 WIB tanggal 20 Mei 2020 Muhammadiyah sudah mengucurkan dana total Rp. 143.458.606.000,00 untuk penanganan Covid-19, dengan jumlah penerima manfaat 2.322.922 jiwa tersebar di 30 propinsi yang sudah membentuk struktur MCCC. Dana itu di luar yang di luar biaya perawatan di RS Muhammadiyah/Aisyiyah. Sedangkan jumlah pasien covid-19 yang dirawat d Rumah sakit Muhammadiyah/Aisyiyah sejumlah 4.770 pasien. Dengan rincian ODP 3.075, PDP 1.493, dan Positif 202 orang.
Dalam “perang total” melawan covid-19 ini Muhammadiyah memang tidak setengah hati. Hampir semua kekuatan Muhammadiyah terlibat aktif membendung sampar global ini. Mulai dari Perguruan tinggi, sampai struktur Cabang dan Ranting serta ribuan relawan dan tenaga kesehatan semua memberikan konstribusinya.
Di luaran, angka-angka kontribusi Muhammadiyah banyak dikutip dan dijadikan sarana untuk menyindir sana-sini. Tentu saja, pengutipan itu sama sekali tidak menjadi tujuan Muhammadiyah mempublikasikan kontribusinya. Publikasi kontribusi ini tidak lebih sekedar untuk transparansi pengunaan dana belaka. Sekali lagi, yang terpenting bagi Muhamadiyah hanyalah karya nyata untuk keselamatan bangsa.
Namun, dana sejumlah Rp. 143.458.606.000,00 (seratus empat puluh tiga milyar empat ratus lima puluh delapan juta enam ratus enam ribu rupiah) berikut kerja keras para relawan Muhammadiyah di lapangan ini bisa menjadi menjadi amal yang sia-sia.
Pada saat pers conference tanggal 20 Mei 2020 kemarin itu, MCCC juga menyatakan bahwa Muhammadiyah menolak untuk berdamai dengan Covid-19 dengan mengeluarkan slogan baru #BERSATUPERANGICORONA. (https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/05/20/muhammadiyah-menolak-berdamai-dengan-covid-19/)
Deklarasi merupakan peringatan yang ditujukan bagi seluruh rakyat Indonesia, wabil khusus untuk warga Muhammadiyah bahwa ancaman wabah corona ini belum mereda. Ancaman sampar ini sangat nyata, virus ini siap menyergap kita kapanpun dia mau, apalagi kalau kita lengah atau sengaja melengahkan diri dengan alasan apapun.
Untuk itu, semua protokol dasar kesehatan pencegahan covid-19 masih harus terus diterapkan tanpa ada pengendoran, phsycal distancing juga menghindari kerumunan adalah hal mutlak yang masih harus kita lakukan. Termasuk dalam urusan peribadatan. Termasuk saat idulfitri pada hari ahad (24 mei) nanti.
Bagi warga Muhamadiyah yang terdidik dengan rasional, pasti tidak akan sulit menerima argumen pencegahan covid-19 ini. Ini ilmu yang nyata, Muhammadiyah sudah mempunyai banyak ahli kesehatan, ahli epidemologi, juga ahli virus. Muhammadiyah juga mempunyai Majelis Tarjih yang terdiri dari para ulama yang ahli ilmu agama. Kalau para ahli itu semua telah bersepakat bahwa protokol kesehatan itu harus dikerjakan, sungguh sunguh tidak ada ruang lagi bagi warga Muhamadiyah untuk membatantahnya. Semua harus mematuhinya.
(https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/04/06/tuntunan-pp-muhammadiyah-tentang-ibadah-dalam-kondisi-darurat-covid-19/) (https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/05/14/tuntunan-pp-muhammadiyah-tentang-shalat-idulfitri-dalam-kondisi-darurat-pandemi-covid-19/).
Sekali lagi, sampai hari ini, Muhammadiyah masih menyatakan perang total dengan covid-19 ini, perdamaian itu belum ada. Semua masih harus #BERSATUPERANGICORONA, dalam peperangan apapun kesatuan dan kepatuhan warga pada komando mutlak diperlukan, celah pembangkangan sekecil apapun harus ditutup rapat. Biarlah yang lain semborono, tapi warga Muhammadiyah harus terus menjaga akal warasnya. Justeru karena semakin banyak yang semborono, warga Muhammadiyah harus meningkatkan kewaspadannya.
Oleh karena itu tidak ada alasan bagi warga apalagi Pimpinan Muhammadiyah untuk tidak mematuhi putusan persyarikatan untuk tidak menyelenggarakan shalat idulfitri secara berjamaah di tanah lapang seperti biasanya. Atau dana sejumlah Rp. 143.458.606.000,00 (seratus empat puluh tiga milyar empat ratus lima puluh delapan juta enam ratus enam ribu rupiah) berikut kerja keras para relawan Muhammadiyah di lapangan ini hanya berakhir dengan kesia-siaan belaka. (mjr-8)