Positif

Positif

Foto Dok Ilustrasi

Positif

Dr. M. G. Bagus Kastolani

Saya percaya para pembaca yang budiman selalu menghindari ghibah (ngerumpi). Namun ada kalanya kita terpancing untuk menanggapi ghibah yang dilakukan oleh orang lain yang datang kepada kita. Mungkin tiada sengaja kita pun ikut ngerumpi bersama orang tersebut. Bahkan disertai membuka aib orang lain dan berujung kepada fitnah. Terlarut karena kita pun ingin memuaskan rasa ingin tahu kita (need of curiosity) dengan cara mendengarkan, bahkan ikutan menanggapinya. Padahal, Allah SwT dan Rasulullah Saw telah mengingatkan kita terhadap dosa ghibah ini, salah satunya adalah kerugian atas amal shaleh kita yang bisa berpindah kepada orang lain sebagai objek ghibah. Semoga kita terhindar dari perbuatan ghibah ini.

Sesungguhnya, ada beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk menghindari ghibah. Tips ini mudah namun membutuhkan konsistensi (istiqamah) untuk mewujudkannya dalam segala situasi (tanpa pengecualian). Tips itu antara lain; pertama, selalu berpikir positif (positive thinking) kepada siapa pun, termasuk orang yang mengajak ghibah. Berpikir positif kepada orang yang mengajak ghibah ini di antaranya adalah mereka bukan selalu pendosa, namun sebagai makhluk Allah SwT, mereka pun punya kesempatan untuk bertobat. Maka di akhir pembicaraan nanti, ajaklah mereka yang suka ghibah untuk menghindari perbuatan itu agar selamat dunia dan akhirat. Tentu saja dengan pendekatan yang lembut dan tidak menyinggung perasaannya.

Kedua, jika orang yang mengajak ghibah mulai menyebut nama seseorang, maka langsung saja menyebut tiga kebaikan orang yang menjadi objek ghibah. Pada kenyataannya, jika langkah kedua ini sudah dilakukan, maka orang yang mengajak ghibah sudah berhenti tidak ngerumpiin orang tersebut. Dengan menyebut tiga kebaikan objek ghibah inilah yang disebut sebagai implementasi nilai positif kita kepada orang lain. Jika orang yang mengajak ghibah tetap tidak berhenti, maka untuk kedua kalinya kita sebutkan tiga kebaikan orang yang menjadi objek ghibah tersebut. InsyaAllah, ghibah akan berhenti karena kita telah menyatakan kebaikan orang lain untuk menutup perbuatan tersebut.

Apabila ghibah tidak berhenti pula, maka langkah yang ketiga adalah meninggalkan orang yang ghibah tersebut sambil tersenyum dan mengucapkan agak keras istighfar. Langkah pertama dan kedua adalah suatu tindakan aktif kita untuk mencegah orang lain berbuat ghibah. Sedangkan langkah ketiga atau terakhir adalah pencegahan agar diri kita terhindar dari dosa ghibah yang merugikan diri sendiri. Namun sekali lagi, ketiga langkah ini harus dilakukan secara istiqamah dalam segala situasi agar kita selamat dunia akhirat. Bukankah Allah SwT selalu menutupi aib hamba-Nya, termasuk kita?

Huwallahu a’lam bi shawab.

Kader Muhammadiyah, staf pengajar Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya

Exit mobile version