Kepompong

Kepompong

Dr. M. G. Bagus Kastolani

Pada suatu hari yang cerah, terdapat kepompong yang menggantung di sebuah ranting pohon. Seorang laki-laki duduk dan mengamatinya selama beberapa jam proses perjuangan kepompong keluar dari lubang selaputnya. Namun nampaknya kepompong itu terhenti dari perjuangannya. Susah payah kepompong itu berusaha keluar dari lubangnya namun tidak bisa. Kemudian orang itu memutuskan untuk membantunya dengan mengguntung dan mengeluarkan kepompong itu dari selaputnya.

Kupu-kupu itu keluar dengan mudahnya. Tetapi ia keluar dengan badan dan sayap yang lemah, tidak bisa bergerak sempurna. Laki-laki itu terus mengamatinya karena ia menginginkan melihat sayap kupu-kuou itu terbuka dan terbang. Ternyata hal itu tidak terjadi!!! Senyatanya kupu-kupu itu hanya berkutat di daun pohon tanpa mampu mengepakkan sayapnya. Kupu-kupu itu menjadi lemah dan tidak mampu mengembangkan sayapnya sebagaimana harapan laki-laki itu.

Apa yang dilakukan orang itu, kebaikan dan iktikad baik justru membatasi kepompong untuk berjuang menjadi kupu-kupu yang kuat dan sempurna. Sementara sebenarnya Allah SWT mempunyai cara yang tepat untuk membuat kepompong supaya mendapatkan kebebasannya. Jika Allah SWT menghendaki kita melalui kehidupan tanpa rintangan atau kesulitan, justru itu memperlemah kita. Dengan rintangan dan ujian kehidupan sesungguhnya kita dilatih untuk kuat menjalani kehidupan ini sehingga kita dapat mengambil hikmah terbaiknya dari ujian itu.

Aku meminta kepada Allah SWT kekuatan namun Allah SWT memberikan aku kesulitan agar aku terlatih kuat menghadapi kehidupan. Aku meminta kepada Allah SWT kebijaksanaan namun Dia memberiku permasalahan untuk aku atasi. Aku meminta kepada Allah SWT kekayaan namun Dia berikan aku otak dan akal untuk bekerja. Aku meminta Allah SWT kesuksesan namun Dia menganugerahi aku kesempatan. Dan aku selalu berkhusnudzon bahwa Allah SWT memberikan aku yang terbaik untuk melatihku menjadi yang terbaik pula. Bukankah Allah SWT akan bertindak sebagaimana prasangka hambaNya?

Huwallahu a’lam bi showab.

Staf pengajar Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya, Kader Muhammadiyah

Exit mobile version