MEDAN, Suara Muhammadiyah – Sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara menggelar silaturahim Syawal 1441 H secara virtual bersama keluarga besar Muhammadiyah Sumatera Utara, Sabtu (13/06).
Hadir sebagai penceramah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nasir M.Si. Turut hadir, Ketua PW Muhammadiyah Sumut, Prof. Dr Hasyimsah Nasution, MA dan para pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah se Sumatera Utara
Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Dr. Agussani MAP dalam sambutannya merasa bersyukur atas terlaksanaya kegiatan ini, dengan kondisi yang dihadapi saat ini tak menyurutkan semangat untuk tetap melakukan silaturahim secara virtual. Tentunya ini semua tidak mengurangi kekhidamatan dari momentum silaturahim syawal tersebut.
Dia berharap nantinya melalui kegiatan ini seluruh peserta mendapatkan pembekalan dalam hal menjalankan amal usaha sehingga menimbulkan semangat untuk maju bersama dengan amal usaha Muhammadiyah khususnya Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Ujarnya.
Dalam Ceramahnya Haedar Nasir menyebutkan silaturahim seyogyanya atau normalnya ialah mempertautkan persaudaraan, namun dalam peraktinya ada pula silaturahim up normal yang dikarenakan suatu hal sehingga mengakibatkan silaturahim menjadi renggang dan terputus. Tentunya untuk menyambung dan menautkan Kembali persaudaraan tersebut di butuhkan keikhlasan hati didalamnya.
Dia mengatakan, silaturahim pada titik substantive bukan hanya mempertautkan hal yang sudah tersambung saja, akan tetapi juga yang sudah terputus. Mari Kembali kita rajut silaturahim yang mulai retak dan renggang tersebut dengan hati yang ikhlas, karena sejatinya keikhlasan tersebut berkaitan dengan Taqwa. Taqwa yang dimaksudkan sebagaimana tertera pada firman Allah sejatinya orang bertaqwa “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Qs Ali ‘Imran, Ayat 134).
Haedar menegaskan jadikan jiwa Taqwa sebagai bentuk Revolusi Rohani (Mi’raju rohani) agar bisa mempertautkan persaudaraan yang kita tahu dasarnya ada pada taqwa dan ikhlas.
Dalam suasana pandemic sekarang ini banyak aspek kehidupan yang ikut terdampak khususnya dalam aspek agama dan pelaksanaan ibadah, ada kehilangan yang dirasakan dalam hal pelaksanaan ibadah karena harus dilaksanakan dirumah dengan tujuan memutus mata rantai covid-19. Tindakan ini tentunya menjadi jihad fisabilillah untuk kita semua karena tidak egois dengan diri kita pribadi dan tetap memperhitungkan kepentingan, keselamatan dan Kesehatan orang lain, ini yang di sebut dengan jiwa ukhuwah dan ta’awun yang harus kita miliki sebagai warga persyarikatan. Sebagaimana tertera dalam hadis yang menyebutkan “tidaklah beriman (dengan iman sempurna) seorang muslim sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim), Ujarnya.
Diakhir penyampaian Haedar mengatakan banyak hal yang harus kita korbankan sehingga membutuhkan semangat kebersamaan dan rasa kepedulian terhadap sesama, juga dengan UMSU dan Persyarikatan. Menguatkan dan meningkatkan semangat ukhuwah sangat juga sangat penting dalam kondisi ini, karena semangat ukhuwah di uji Ketika ada musibah dan ketakutan, maka dari itu sudah sepantasnya kita harus memiliki keyakinan bahwasanya musibah ini hadir atas izin Allah , sehingga kita yakin pasti semua ini ada hikmahnya,kita jadikan semua ini menjadi pembelajaran bagi diri intinya kita harus tetap optimis dan berikhtiar sekuat tenaga. (Syaiful/Riz)