SLEMAN, Suara Muhammadiyah-Pandemi Korona masih belum diketahui secara pasti kapan berakhirnya. Sebagai langkah antisipasi penyebaran rantai virus agar tidak semakin meluas, maka sekolah dan madrasah Muhammadiyah membuat kebijakan untuk melakukan kegiatan belajar di rumah. Meski belajar di rumah bukan berarti tanpa arah. Walaupun pembelajaran tidak bertatap muka, kualitas belajar harus tetap terjaga. Kurang lebih seperti itulah spirit dari penyelenggaraan workshop virtual Majelis Pendiidkan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sleman pada hari Sabtu tanggal 20 Juni. Adapun muara dari acara workshop virtual ini adalah terciptanya modul blended learning pada jenjang SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/SMK se Sleman.
Achmad Affandi selaku Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sleman menyatakan bahwa penyusunan modul ini memerlukan kerjasama yang solid antara pimpinan Persyarikatan dan pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah dalam hal ini adalah kepala sekolah atau madrasah serta guru dan editor modul. Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, Achmad Muhammad, M.Ag dalam kesempatan tersebut mengingatkan pada peserta workshop bahwa terdapat 3 prinsip dalam menyusun modul. Ketiga prinsip tersebut adalah mengaktifkan, memotivasi, dan menyenangkan peserta didik. Achmad berharap 3 prinsip tersebut menjadi acuan para penulis dan editor dalam menyusun modul. “Selain ketiga prinsip itu, ada baiknya bahwa modul tersebut mampu memandu dan mengajak orangtua untuk ikut terlibat dalam pembelajaran anak di rumah,” jelasnya.
Pembicara pertama dalam forum ini adalah Dr, Tasman Hamami, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY yang membidangi pendidikan. Tasman mengatakan bahwa modul ini berposisi sebagai pendukung sumber belajar lembaga pendidikan Muhammadiyah yakni buku teks pelajaran Al-Islam Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab (Ismuba). “Buku modul ini bukan untuk menggantikan buku Ismuba, melainkan sebagai pendukung dengan harapan mampu menggaet siswa, orangtua, dan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar di rumah,” terangnya. Tasman juga berharap bahwa modul ini memuat paradigma pendidikan abad 21 yakni mengajak siswa berfikir analitis, mengasah kemampuan untuk berkolaborasi, membentuk soft skill, dan kemampuan problem solving. Perubahan paradigma juga diharapkan muncul dalam hal penilaian. Adanya pola lama penilaian dalam prinsip assesment of learning perlu diubah menjadi assesment as learning. “Pola lama penilaian itu, seorang Guru dengan nilainya seperti melakukan judge (menghakimi) siswa maka hal tersebut harus diganti menjadi penilaian yang dilakukan oleh Guru adalah untuk mengamati, mempelajari sejauh mana daya serap siswa memahami materi pembelajaran”, terangnya.
Sementara itu Dr. Suwadi narasumber yang juga Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sleman menjelaskan apa yang dimaksud dengan modul blended learning. Modul ini menggabungkan pembelajaran dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring). Penggabungan tersebut merupakan jawaban dari persoalan kemampuan masing-masing sekolah yang beragam untuk melakukan pembelajaran di masa pandemi ini. “Karena tidak semua sekolah mampu melaksanakan pembelajaran daring, maka solusinya adalah menggabungkan antara daring dan luring,” tegasnya. Filosofi dari modul ini ialah terjadinya persilangan aktifitas pembelajaran antara ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa melalui interkoneksi media dan integrasi strategi pembelajaran. Meskipun belajar di rumah bukan menjadi alasan untuk tidak melakukannya dengan teratur, bermakna dan menyenangkan. “Maka kehadiran modul ini diharapkan program pembelajaran di tahun ajaran baru nanti dapat terprogram dengan baik guna memantau siswa belajar di rumah,” jelasnya.
Melengkapi pemaparan narasumber sebelumnya, Prof. Anik Ghufron menyampaikan hal-hal teknis yang harus diperhatikan dalam penyusunan modul. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun modul adalah mengidentifikasi Kompetensi Dasar yang disertai indikator pencapaian kompetensi. Jika Kompetensi Dasar dan indikator sudah teridentifikasi, langkah berikutnya adalah menuliskan materi ajar untuk kegiatan belajar di rumah yang dilengkapi dengan format penilaian pembelajaran. Prof Anik mengatakan bahwa sesulit apapun Kompetensi Dasar dalam pembelajaran harus dicapai. “Kompetensi Dasar tidak boleh dikurangi namun indikator bisa menyesuaikan dan tidak dibuat terlalu banyak,” tegasnya. Acara workshop virtual ini diikuti sekitar 250 peserta yang terdiri dari guru SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/SMK Muhammadiyah se Sleman. (gan)