Oleh : Yunahar Ilyas
Nama Nabi Muhammad SAW disebut dalam Al-Qur’an 4 kali saja. Pertama, dalam Surat Ali Imran ayat 143. Allah SWT berfirman:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٞ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُۚ أَفَإِيْن مَّاتَ أَوۡ قُتِلَ ٱنقَلَبۡتُمۡ عَلَىٰٓ أَعۡقَٰبِكُمۡۚ وَمَن يَنقَلِبۡ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيۡٔٗاۗ وَسَيَجۡزِي ٱللَّهُ ٱلشَّٰكِرِينَ
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Q.S. Ali Imran 3: 144)
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW sebagaimana nabi dan rasul-rasul sebelumnya adalah manusia biasa yang akan mengalami kematian. Rasul-rasul sebelumnya ada yang wafat biasa, ada yang didahului sakit, dan ada juga yang mati dibunuh seperti Zakariya dan Yahya. Ayat ini turun dalam konteks Perang Uhud di mana setelah melukai Nabi, seorang tentara musyrik berseru bahwa dia telah berhasil membunuh Muhammad, sehingga berita itu cepat menyebar baik di kalangan tentara musyrikin maupun di kalangan kaum muslimin sendiri. Kaum muslimin panik mendengar berita itu, sehingga ada yang segera ingin meminta perlindungan kepada Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Muhammad itu memang seorang Nabi tentulah dia tidak akan mati terbunuh. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk menenteramkan hati kaum muslimin dan membantah kata-kata orang-orang munafik itu.
Kedua, nama Nabi Muhammad disebut dalam Surat Al-Ahzab ayat 40. Allah SWT berfirman:
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٖ مِّن رِّجَالِكُمۡ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۧنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٗا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi, dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. “ (Q. S. Al-Ahzab 33: 40)
Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW bukanlah ayah dari salah seorang sahabat. Dalam konteks ayat ini Nabi bukanlah ayah dari Zaid bin Haritsah anak angkat beliau, oleh sebab itu setelah diceraikan oleh Zaid, Nabi dapat saja menikahi Zainab, janda Zaid, karena antara Nabi dan Zaid tidak ada hubungan nasab.
Ketiga, nama Nabi Muhammad disebut dalam Surat Muhammad ayat 2. Allah SWT berfirman:
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَءَامَنُواْ بِمَا نُزِّلَ عَلَىٰ مُحَمَّدٖ وَهُوَ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡ كَفَّرَ عَنۡهُمۡ سَئَِّاتِهِمۡ وَأَصۡلَحَ بَالَهُمۡ
“Dan orang-orang mukmin dan beramal saleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka. Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka.” (Q. S. Muhammad 47:2)
Keempat, nama Nabi Muhammad disebut dalam Sura Al-Fath ayat 29. Allah SWT berfirman:
مُّحَمَّدٞ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ تَرَىٰهُمۡ رُكَّعٗا سُجَّدٗا يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٗاۖ سِيمَاهُمۡ فِي وُجُوهِهِم مِّنۡ أَثَرِ ٱلسُّجُودِۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِۚ وَمَثَلُهُمۡ فِي ٱلۡإِنجِيلِ كَزَرۡعٍ أَخۡرَجَ شَطَۡٔهُۥ فََٔازَرَهُۥ فَٱسۡتَغۡلَظَ فَٱسۡتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعۡجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلۡكُفَّارَۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنۡهُم مَّغۡفِرَةٗ وَأَجۡرًا عَظِيمَۢا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Ayat di atas menjelaskan sifat para sahabat Nabi Muhammad SAW yaitu keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Cahaya keimanan terpancar dari wajah mereka karena banyak sujud.
Disamping Muhammad, nama lain dari Nabi terakhir yang diutus Allah SWT ini adalah Ahmad sebagaimana terdapat dalam Surat Ash-Shaf ayat 6. Allah SWT berfirman:
وَإِذۡ قَالَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ إِنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُم مُّصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَمُبَشِّرَۢا بِرَسُولٖ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِي ٱسۡمُهُۥٓ أَحۡمَدُۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ قَالُواْ هَٰذَا سِحۡرٞ مُّبِينٞ
“Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (Q.S. Ash-Shaf 61: 6)
Ayat di atas berisi nubuwat kedatangan Nabi Muhammad SAW yang disebutkan dalam Kitab Suci Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa AS. Dalam ayat itu Nabi yang terakhir itu disebut Ahmad, masih satu akar dengan Muhammad. Maka tatkala Nabi yang dijanjikan muncul di tanah Mekkah, maka Bani Israil mendustakannya hanya karena kedengkian. Bukti-bukti kerasulan yang dikemukakan Nabi Muhammad SAW mereka anggap sebagai sihir semata.
Nama Muhammad diberikan oleh kakek beliau Abdul Muthallib dengan harapan cucu kesayangannya itu nanti akan menjadi orang yang terpuji. Nabi Muhammad SAW dilahirkan di Makkah pada hari Senin 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M. Di namakan Tahun Gajah karena pada saat itu kota Mekkah diserbu oleh Raja Abrahah dan tentaranya dari negeri Habsyah dengan menunggang gajah. Mereka hendak menghancurkan Ka’bah karena iri hati sebab bangunan suci yang mereka bangun di Yaman tidak dapat mengalahkan popularitas Ka’bah. (Bersambung)