SORONG, Suara Muhammadiyah-Salah satu fenomena alam yang menarik untuk diamati oleh peserta didik di sekolah maupun di perguruan tinggi adalah gerhana matahari. Fenomena ini terjadi ketika matahari, bulan dan bumi berada dalam posisi yang sejajar. Gerhana matahari pun bermacam-macam jenisnya, ada gerhana matahari total, hibrid, cincin ataupun sebagian. Untuk melakukan observasi gerhana matahari dibutuhkan peralatan khusus agar tidak merusak mata, seperti filter matahari dan kaca mata matahari. Menjadi sebuah tantangan, bagaimana melakukan observasi gerhana matahari dengan keterbatasan alat? Tanpa teleksop maupun filter matahari. Bagaimana bisa peserta didik melakukan pengamatan gerhana matahari?
Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPA Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong mencoba menjawab tantangan ini. Bertepatan dengan gerhana matahari sebagian yang melintasi wilayah Sorong, Papua Barat pada 21 Juni 2020, mahasiswa dan dosen melakukan workshop pinhole sebagai alat pengamatan matahari. Cara kerja pinhole atau proyeksi lubang jarum ini sangat sederhana, cahaya matahari dibiarkan masuk melalui celah kecil kemudian diproyeksikan pada bidang datar. Untuk membuatnya juga cukup mudah, cukup menggunakan kardus, kertas alumunium dan kertas HVS. Melalui pinhole ini, kita dapat menyaksikan gerhana matahari dengan aman, mudah dan murah.
Setelah pinhole dibuat, mahasiswa kemudian menggunakannya untuk mengamati gerhana matahari sebagian. Gerhana matahari sebagian di Sorong terjadi mulai pukul 16:35:41 WIT dan mencapai puncak dengan magnitudo 0,443 pada pukul 17:36:12 WIT. Cuaca cerah menyambut mahasiswa selama melakukan pengamatan. Semua pinhole yang dibuat dapat berfungsi dengan baik dan gerhana matahari sebagian dapat diamati dengan aman. Pengamatan gerhana matahari yang bagi sebagian orang membutuhkan peralatan yang mahal, ternyata dapat diamati dengan alat yang aman, mudah dan murah yaitu pinhole.
Selain melakukan pengamatan matahari, beberapa aktivitas penelitian juga dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Seperti perhitungan percepatan gravitasi menggunakan bandul yang analisisnya dilakukan menggunakan perangkat lunak video analisis tracker. Pengambilan data dilakukan selama mulai gerhana hingga gerhana selesai. Selain itu, mahasiswa juga melakukan penelitian sederhana berkaitan dengan kecerahan langit dengan sensor cahaya pada smartphone menggunakan aplikasi phyphox. Pengambilan data dilakukan sehari sebelum gerhana, saat gerhana, dan sehari setelah gerhana. Berbagai aktivitas penelitian ini menggunakan smartphone untuk pengambilan data video dan sensor. Smartphone yang selama ini digunakan untuk bersosial media, foto ataupun bermain game, ternyata dapat dimanfaatkan dalam dunia Pendidikan Sains untuk pengambila data.
Aktivitas pengamatan dan penelitian di atas membuktikan bahwa keterbatasan alat bukan penghalang dalam menyambut gerhana matahari. Kita dapat menggunakan perlatan sederhana yang sehari-hari dapat kita jumpai seperti kardus dan smartphone. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini juga diharapkan dapat menularkan semangat ini ke sekolah-sekolah saat mereka lulus nanti. Sehingga ke depannya, kita dapat menyaksikan anak-anak di sekolah menyambut dengan gembira ketika terjadi gerhana matahari. (Endra Putra Raharja)