Khutbah Jum’at Regenerasi Kader Ulama
Oleh: Safwannur
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ulama adalah penyambung lidah para anbia yang memiliki tugas mulia dan berat untuk menyampaikan risalah dakwah. Keberadaannya sangat dibutuhkan, ibarat oase di tengah padang sahara yang memberikan kesegaran kepada umat yang dahaga akan ilmu pengetahuan agama. Dirinya menjadi rujukan untuk bertanya segala persoalan keagamaan, pun berperan sebagai pendamai manakala terjadi pertikaian di kalangan umat. Seluruh hidupnya didedikasikan untuk melayani umat yang membutuhkan pencerahan. Ulama tidak mengenal istilah pensiun dalam berdakwah. Nasehatnya selalu dinantikan, keteladanannya senantiasa ditiru dan kesalehannya memancarkan aura kewibawaan.
Ulama adalah bagian dari hamba Allah yang memiliki rasa takut yang sangat kepada-Nya, karena dia begitu dekat dan mengenal Tuhannya. Allah berfirman:
… إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ … (فاطر: ٢٨)
… “sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya hanyalah ulama.” … (Q.S. Fathir: 28)
Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya bahwa ulama memiliki rasa takut kepada Allah dengan sebenar-benarnya rasa takut, karena mereka cukup mengenal-Nya. Semakin seseorang mengenal Allah yang maha agung, maha mengetahui dan disifati dengan sifat yang sempurna dan nama-nama yang baik maka akan semakin besar dan bertambah rasa takut kepada-Nya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Melihat berat dan urgennya peranan ulama dalam kehidupan beragama, maka mempersiapkan ulama juga bukan hal yang mudah dan tidak mungkin dilakukan dengan cara instan. Ulama bukan lah produk karbitan yang dihasilkan oleh audisi di stasiun televisi, lalu muncul di hadapan publik dengan penuh rasa percaya diri, sekalipun dengan modal ilmu ala kadarnya, bahkan terkadang menafsirkan al-Qur’an secara sembarangan. Akan tetapi, ulama adalah sosok manusia unggul yang ditempa dengan ilmu yang mumpuni, khususnya ilmu syari’at, dalam waktu yang relatif lama. Di pundaknya ada tanggung jawab besar untuk meneruskan estafet risalah dakwah kepada umat.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Wafatnya ulama adalah musibah yang menimpa umat ini. Wajar saja, bila kepergiannya menghadap sang pemilik nyawa ditangisi oleh banyak orang. Umat sangat merasa kehilangan atas kepergiannya, karena begitu besar perhatiannya atas persoalan umat. Lautan manusia berduyun-duyun mengantar jenazahnya ke tempat peristirahatan terakhir dan dengan ikhlas hati mendoakannya. Umat tak hanya kehilangan fisiknya semata, melainkan juga ilmu yang bermanfaat dan keteladanan yang melekat pada dirinya semasa hidup. Wafatnya ulama merupakan pertanda diangkatnya ilmu dari atas permukaan bumi ini secara perlahan-lahan. Rasulullah bersabda:
عن عَبْد اللَّهِ بْن عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رضي الله عنهما قال سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا (رواه مسلم)
Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash r.a, ia berkata: aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari manusia dengan sekali cabutan, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak ada lagi ulama yang tersisa, maka manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin bodoh, mereka ditanya, lalu berfatwa tanpa landasan ilmu sehingga mereka sesat dan menyesatkan.” (H.R. Muslim)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Wafatnya ulama tak cukup hanya ditangisi, melainkan harus ada upaya regenerasi kader-kader pengganti para ulama yang telah pergi. Krisis kader ulama adalah hal yang cukup mengkhawatirkan dan harus mendapat perhatian serius. Oleh karena itu, Harus ada segolongan kaum muslimin yang memfokuskan diri untuk tafaqquh fiddin dan hadir di tengah-tengah umat sebagai lentera penerang yang membimbing mereka untuk lebih mengenal hakikat syari’at Islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (التوبة: ١٢٢)
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. at-Taubah [9]: 122)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hidup dan berinteraksi dengan ulama adalah sebuah kenikmatan yang Allah berikan kepada hamba. Akan tetapi, perlu disadari bahwa ulama adalah manusia biasa yang memiliki limit waktu kehidupan, pada waktunya akan dipanggil oleh Allah ke pangkuan-Nya. Dengan demikian, hendaklah kita senantiasa bersemangat untuk menuntut ilmu dengan mengambil faedah dari para ulama yang masih ada. Banyak-banyaklah memetik hikmah dari ilmu dan keteladanan mereka. Jangan sampai kesempatan berharga itu terbuang sia-sia. Mudah-mudahan faedah ilmu yang kita dapatkan dari mereka dapat diamalkan dan disebarkan dalam rangka mencerahkan kehidupan umat.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، أَمَّا بَعْدُ؛
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ, رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
Penulis Alumnus Ponpes Ihyaaussunnah Lhokseumawe, Aceh dan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta. Pengajar di Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut