YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pengabdian merupakan salah satu dari Tri Dharma pergururan tinggi. Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai lembaga Pendidikan Tinggi khusus kader ulama tarjih juga melaksanakan itu. Thalabah, sebutan bagi santri PUTM diwajibkan mengabdi selama 3 tahun di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) daerah seluruh Indonesia.
“Masa pendidikan kalian akan selesai dan dianggap alumni kalau sudah menyelesaiakan masa pengabdian wajib 3 tahun yang sebentar lagi akan kalian laksanakan”, ujar Fahmi Muqaddas. Sambutan itu disampaikannya dalam acara pelepasan thalabah pengabdian, Selasa (04/8) di ruang Pusat Syiar Digital Muhammadiyah (PSDM) gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta.
Demi untuk mengurangi kerumunan dan keramaian yang bisa menjadi tempat penularan Covid-19, PUTM menyelenggarakan acara pelepasan secara daring bekerjasama dengan tim Pusat Syiar Digital Muhammadiyah (PSDM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Acara yang dihadiri beberapa AUM pemohon dari daerah seluruh Indonseia dan thalabah pengadbian berjalan lancar, karena sebelumnya sudah melakukan gladi resik dan bimbingan teknis bersama tim PSDM, sehingga tidak ada kendala teknis yang berarti, meskipun baru pertama kali diadakan secara daring.
Lanjut kepada sambutan Ketua Badan Pembina Harian (BPH) PUTM, Fahmi Muqaddas menyampaikan sebagai KOPASSUS-nya Muhammadiyah, menjadi hal yang sangat fundamental adalah bahwa kalian harus mempunyai kesanggupan dan tekad kuat untuk menyelesaikan pengabdian selama 3 tahun. Hanya ada kata sami’na wa atho’na, kami mendengar dan kami siap taat.
“Perlu kami sampaikan bahwa permintaan pengabdian dari Amal Usaha Muhammadiyah di daerah-daerah seluruh Indonesia tahun 2020 ini sebanyak 79 thalabah (46 putra dan 33 putri). Alhamdulillah, PUTM baru bisa memenuhi 49 thalabah (putra 22 dan putri 27)”, ujar Fahmi.
Fahmi berharap para thalabah menjadi ulama tarjih Muhammadiyah yang betul-betul mewarisi perjuangan KH. Ahmad Dahlan. Tidak hanya berilmu, tapi juga peka terhadap lingkungan sekitar, paham apa yang dibutuhkan oleh mad’u (masyarakat). Mempunyai landasan ideologis dan filosofis dalam setiap gerak langkah sesuai al-Quran dan sunnah. Bukan sekedar grudak-gruduk mengikuti isu-isu yang ada tanpa mendalaminya terlebih dahulu. Harus mempunyai prinsip yang kuat, sehingga bisa memberi manfaat kepada sekitar juga dapat mencerahkan umat di daerah-daerah.
“Berilmu dulu sebelum berkata dan beramal. Begitulah sejatinya kader Muhamadiyah, mempunyai semangat pantang menyerah untuk memberi, mengajarkan, menyampaikan apa yang sudah kalian dapatkan selama masa pendidikan. Ingat, ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah”, tegas Fahmi.
Menurutnya, demi untuk menwujudkan masyarakat yang sebenar-benarnya, thalabah harus mewujudkan beberapa hal berikut yang mencerminkan sabagai sosok ulama. Yaitu menguasai Al-Qur’an, Sunnah dan ilmu-ilmu keislaman; Menguasai kitab kuning dan kitab putih; Memiliki tingkat kesalehan tinggi; Diangkat oleh umatnya; Punya semangat dakwah Islam ammar ma’ruf nahi munkar; Berkarakter sebagai ulama, zu’ama, mujahid dan muballigh. Selama di medan pengabdian, thalabah tidak boleh hanya menjadi pelengkap saja, tapi harus menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna amanah persyarikatan untuk melanjutkan tongkat estafet dakwah pencerahan KH. Ahmad Dahlan.
Selain itu, Fahmi juga mengingatkan bahwa para thalabah adalah calon ulama, yaitu pewaris para Nabi. Bukan dinar atau dirham yang akan diwarisi tapi adalah keluasan ilmu. Sebagai orang yang mewarisi ilmu, maka patut untuk menjadi Tauladan Umat, Penjaga Kemurnian Islam, Pilar Kehidupan Dunia & Akhirat, Pemandu (Mursyid) Umat ke Jalan Allah, Penjaga Umat dari Berbagai Penyakit& Krisis (Hati, Akhlaq, Sosial, Politik, Ekonomi, dst), Pemersatu Umat.
“Perlu kalian ingat bahwa medan pengabdian bukanlah tempat yang mudah dan penuh kesenangan sendau gurau. Banyak tantangan jalan terjal yang akan kalian hadapi, dari internal: Kebodohan, TBC, Kejumudan Berfikir, Perpecahan,Komunisme dan aliran sesat lainnya. Ektsternal: Westernisasi/modernisasi/globalisasi, Liberalisme, Pluralisme, Sekulersime, Rasionalisme Feminisme, Materialisme. Namun, saya yakin bahwa kalian mampu untuk berusaha dapat melewati semua tantangan itu. Dengan semua bekal dan pengalaman yang ada, saatnya untuk melesat sebagai anak panah Muhammadiyah, maka tidak perlu ragu dan ciut. Menjadi kader Muhammadiyah itu berat, ragu dan bimbang lebih baik pulang”, tutup Fahmi
Sejalan dengan Ketua BPH, Mudir PUTM Dahwan Muchrodji mengatakan bahwa pengabdian itu termasuk dalam masa pendidikan di PUTM, hanya ruangnya saja yang bebeda. Saatnya thalabah akan mengamalkan ilmu itu dan akan menambah terus menerus ilmu tersebut selama masa pengabdian.
“Banyaknya persoalan, salah satunya pandemi Covid 19 yang yang mempengaruhi kehidupan masyarakat akan memberian tantangan bagi kalian agar ikut andil dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Bukan sebaliknya, semakin membuat gaduh terhadap persoalan. Oleh karena itu, perlu adanya obesrvasi dan wawancara dan penyusunan rencana kerja yang relevan dan mendukung kemajuan AUM di daerah”, ujar Dahwan. (Aji)