Islam, Alam, dan Tugas Manusia

Islam, Alam, dan Tugas Manusia

Alam akan membawa manfaat dan berkah bagi manusia, manakala telah melaksanakan tugasnya terhadap alam, yakni mengembalikan alam ke jalan yang benar. Yakni memperbaiki kerusakan-kerusakan alam yang sudah terjadi akibat ulahnya. Ini adalah ajaran Islam

Manusia Sebagai Khalifah

Dalam Al Baqarah ayat 30, Allah menyebut manusia diciptakan Allah sebagai khalifah. Khalifah berarti pemimpin yang bertanggung jawab dalam memimpin seluruh alam jagad raya ini. Dia tidak boleh berbuat sewenang-wenang, tidak boleh berbuat kerusakan, tidak boleh saling menumpahkan darah.

Sebagai khalifah di dunia, manusia diciptakan Allah untuk menjaga kebaikan alam semesta dan bukan merusaknya. Karena semua kerusakan akan mengakibatkan bencana dan membawa kerugian yang besar bagi umat manusia. Tidak saja harta benda yang akan hancur binasa, akan tetapi jiwa raga pun dapat musnah karenanya. Tanah longsor, banjir bandang, kerusakan hutan, kekeringan adalah sebagaian dari kerusakan alam yang disebabkan ulah manusia.

Sekarang ini juga ada global warming, yakni pemanasan bumi secara menyeluruh, yang menyebabkan mencairnya es di kutub, mengubah cuaca menjadi ekstrim dan tidak menentu, mengubah musim keluar dari kebiasaannya, merobek ozon, menaikkan permukaan laut, merusak terumbu karang, menghancurkan kehidupan ikan-ikan di laut dan banyak lagi permasalahan yang mengerikan. Semua kerusakan ini timbul dari ulah tangan manusia yang rakus dan mau enaknya sendiri.

Rahmatan lil ‘alamin

 Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa kemakmuran (rahmat) dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan, dan jin, apalagi sesama manusia.  Sesuai dengan firman Allah dalam Surat al-Anbiya ayat 107 yang bunyinya,  “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” 

Rahmat adalah kasih sayang, sifat pemurah yang diberikan Allah. Rasulullah sebagai rahmatan lil ‘alamin berarti Muhammad diutus untuk menata alam beserta isi dengan sifat rahmat (kasih sayang). Bukan dengan kemarahan, bukan dengan laknat, bukan dengan kebencian.

Sungguh indahnya Islam itu. Dengan hewan saja tidak boleh sewenang-wenang, apalagi dengan sesama manusia. Bayangkan jika manusia memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam, maka akan sungguh indah dan damainya dunia ini.

Diriwayatkan oleh Abu Ja’far ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107) Bahwa yang dimaksud ialah rahmat (sifat pemurah dan kasih sayang) pasti diberikan kepada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian di dunia dan akhirat; sedangkan bagi orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya, terbebankan dari azab yang pernah dialami oleh umat-umat sebelumnya yang durhaka.

Keteladanan Rasulullah dalam Menjaga Lingkungan

Bercocok tanam

Islam memerintahkan untuk menjaga lingkungan. Salah satunya dengan bercocok tanam. Orang yang bercocok tanam akan memperoleh pahala sebanyak buah yang dihasilkan.

Dari Qatadah dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang muslimpun yang bercocok tanam atau menanam satu tanaman lalu tanaman itu dimakan oleh burung atau menusia atau hewan melainkan itu menjadi shadaqah baginya”.. (HR Bukhari)

Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah ia mati dan berada dalam kuburnya. Yaitu: orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampunan untuknya sesudah ia mati. (Dishahihkan oleh al-Albâni dalam Shahîh al-Jâmi’ (3602) dari Anas.

Menebang pohon, menggunduli hutan, membuang  limbah ke sungai, membakar areal pesawahan dan lain-lainnya sudah jelas termasuk perbuatan merusak alam yang bisa mendatangkan bencana bagi umat manusia. Banjir bandang, kabut asap, pemanasan global (global warming) adalah beberapa diantara akibat ulah tangan manusia.

Namun sadarkah kita, bahwa kerusakan alam bukan hanya karena faktor-faktor riil seperti itu saja. Kekufuran, syirik dan kemaksiatan juga punya andil dalam memperparah kerusakan alam. Bukankah banjir besar yang melanda kaum Nuh Alaihissallam disebabkan kekufuran dan penolakan mereka terhadap dakwah Nabi Nuh Alaihissallam? Bukankah bumi dibalikkan atas kaum Luth sehingga yang atas menjadi bawah dan yang bawah menjadi atas disebabkan kemaksiatan (homoseks) yang mereka lakukan ?

Tidak membuang limbah di sembarang tempat

Di sisi lain, Islam juga mengajarkan untuk tidak membuang limbah secara sembarangan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian kencing di air yang diam yaitu air yang tidak mengalir kemudian ia mandi di dalamnya.” (HR. Bukhari, no. 239 dan Muslim, no. 282). Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Jangan salah seorang dari kalian mandi di air yang tergenang dalam keadaan junub.” (HR. Muslim, no. 283).

Jika air kencing yang sedikit saja dilarang dibuang ke dalam sumber air, tentu air limbah pabrik yang penuh dengan racun dan kotoran haram hukumnya dan lebih besar kerusakannya jika dibuang ke dalam sumber air. Selain menimbulkan rusaknya air, yang jauh lebih berbahaya adalah menimbulkan berbagai penyakit di tengah-tengah masyarakat.

Dalam hadis lain Rasulullah  melarang buang air besar atau buang air kecil di bawah pohon, dan di jalan umum yang banyak dilalui dan didatangi manusia. Kita tahu bahwa najis manusia mengandung banyak kuman penyakit dan berbahaya bagi manusia, sehingga Rasul melarangnya sebab hal itu membahayakan kesehatan umum.

Hati-hatilah dengan al la’anain (orang yang dilaknat oleh manusia)!” Para sahabat bertanya, “Siapa itu al la’anain (orang yang dilaknat oleh manusia), wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Mereka adalah orang yang buang hajat di jalan dan tempat bernaungnya manusia.”  (HR. Muslim).

Kalau membuang limbah yang bersifat pribadi saja orang Islam begitu hati-hati, tentu orang Islam modren tidak akan membuang limbah pabrik yang beracun itu ke sebarang tempat seperti aliran sungai dll sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. 

Tugas Bersama

Mengapa kita masih suka membuat sampah ke sembarang tempat sehingga membuat selokan mampat dan terjadi banjir? Mengapa kita masih membuang puntung rokok sembarangan sehingga terjadi kebakaran? Mengapa kalian tidak mengubah limbah pribadi/ industri Anda untuk menjadi barang produkstif lainnya?

Padahakl kita ini khalifatul fil ardhi/ pemimpin yang saleh. Yang jadi pejabat (menteri, gubernur, bupati, camat, kades)  harus bekerja untuk memelihara lingkungan. Demikian pula kaum bapak, kaum ibu, pemuda, karyawan, sampai budak atau pembantu sekali pun.

Semua bertanggung jawab atas pelestarian lingkungan sekitar masing-masing. Kita semua kelak akan dimintai pertanggung jawaban masing-masing terhadap kelestarian alam ini.

Oleh:Wardi, MA, Majelis Pustaka PCM Semin  Gunungkidul Yogyakarta

Exit mobile version