Nasihat Kepada Generasi Penerus Bangsa

Nasihat Kepada Generasi Penerus Bangsa

Foto Dok Agriculture Monthly

Ada dua kisah terdahulu yang patut direnungkan generasi kini. Pemuda Ashabul Kahfi dan penduduk negeri Saba’

Kisah Ashabul Kahfi

إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا (10)

10. (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencar itempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (Qs Al Kahfi : 10)

Ashabul kahfi adalah nama sekelompok pemuda beriman yang hidup pada masa Raja Diqynanus Romawi. Mereka hidup di tengah masyarakat dan penguasa yang penyembah berhala. Mereka terus beradakwah. Hingga akhirnya ditangkap pengausa/pejabat yang berkuasa yaitu Raja Diqynanus  Raja mengatakan kepada para pemuda itu bahwa mereka boleh kembali menghadap raja setelah kembali ke agama nenek moyang atau berupa bangkai. Di tengah ancaman serupa itu, para pemuda tersebut memilih melarikan diri bersama anjing kesayangan. Mereka mengasing diri dengan bersembunyi ke dalam sebuah goa , sambil menunggu perubahan zaman.

Mereka tidur dalam gua tersebut, dan baru bangun setelah 309  tahun kemudian. Ketika mereka bangun dan merasa lapar, salah satu di  antara mereka ingin mencari makan ke sebuah warung. Penjual warung merasa heran akan penampilan orang pemuda tersebut.  Lebih heran lagi, karena pemuda tersebut membayar dengan mata uang yang sudah kadaluawarsa 300 tahun yang lalu.

Sebaliknya, sang pemuda juga heran,  kenapa dikatakan uangnya kadaluwarso 300 tahun yang lalu padahal dia merasa baru tidur semalam saja. Pertengkaran penjual warung dan pemuda tersebut dibawa ke istana. Dan di istana mereka dimulyakan karena raja Romawi Diqynanus penguasa jahat itu sudah berganti anak cucunya.

Apa yang menarik dari kisah di atas? Bahwa pemuda tersebut berdoa kepada Allah SWT: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).”(Qs.Alkahfi: 10)  Ini artinya mereka mempunyai keimanan yang kuat.

Mereka tidak bergeming oleh bujuk rayu dan ancaman dari penguasa zaman waktu itu. Sampai Raja mengancam boleh datang kembali dengan kembali ke agama nenek moyang yang kafir, atau memilih dihadapkan raja dengan kondisi tak bernyawa (hukum mati). Ketika alternative dakwah sudah tidak ada, mereka memilih mengasingkan diri. Bukan mengikuti arus zamannya yang gila.

Marilah kita kembangkan empati kita yaitu: olah rasa, olah rasio, olah raga, olah usaha, olah kinerja kita. Kita butuh generasi muda, butuh remaja yang punya sikap iman yang kuat,  bukan pemuda dan remaja yang suka membeo. Kita butuh pemuda dan remaja yang  punya semangat membangun bangsanya dari kezaliman zaman.

Kisah Negeri Saba’

Dalam Alqur’an juga diceritakan bahwa negeri Saba’ dulunya makmur, bahkan disebut sebagai baldatun thoyyibatun warobbun ‘ghafur (negeri yang gemah rimah loh jinawi).

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15)

15.  Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebela hkiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalahTuhan yang Maha Pengampun”. (Qs. Saba’: 15)

Pada ayat 16  selanjutnya, mereka punya generasi mudanya malas, pekak, masa bodoh, maka kemakmuran negeri itu hancur binasa. Bendungan Ma’rib (bendugan raksasa di sungai Nil) yang dibangun dengan cucur keringat, dana, teknolgi, dan pikiran jadi hancur, dadal, dan terjadi banjir bandhang besar yang menghancurkan negeri itu seluruhnya. Tanah yang semula subur dengan pohon kurma dan anggur di kanan kirinya, kini jadi tandus. Tak bisa dipaneni lagi. Yang tumbuh tinggal pohon atsl (pohon cemara) dan sidr (pohon bidara yang pahit) dan tidak bisa diambil manfaatnya, kecualiuntukdilihat dan dikenang. Na’udzu billahi min dzalik.

Jangan Jadi Generasi yang Lemah

Maka tepat apa yang disyaratkan Al-qur’an Surat an-Nisa;’ ayat 9

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعافاً خافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً (9)

9.  Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Jangan kita mewariskan anak-anak/generasi muda/ remaja yang lemah. Setidaknya ada 5 kelemahan yang perlu dihindari, yaitu: lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu. Lemah semangat hidup, lemah akhlaq. Dan ketahuilah, yang paling berbahaya adalah lemah aqidah dan akhlaq.

Lemah aqidah adalah hilangnya jati diri sebagai orang Islam yang kebetulan berbangsa Indonesia, suatu generasi yang pengikut yang tak punya prinsip, atau generasi pecundang. Lemahakhlaq adalah generasi kehilangan kepribadian karena buruk perilakunya, tidak bersopan santun, tidak berbudaya sehingga budaya bangsa sendiri yang adi luhung mau ditukar dengan budaya asing yangamburadul. 

Bangsa Indonesia terjajah bangsa Barat selama tiga setengah abad lebih. Mengapa? Karena kita lemah aqidah, lemah akhlaq, dan lemah ilmunya. Para raja yang berkuasa pada masa pra dan awal penjajahan lemah aqidahnya, lemah akhlaqnya, dan juga lemah ilmunya sehingga bisa diadu domba dan dikuasai Belanda dengan iming-iming harta, tahta, dan wanita.

Pada akhir abad 19 dan awal abad 20, bangsa Indonesia sadar akan kelemahan itu. Mereka bangkit dengan keimanan mereka. Mereka belajar, menuntut ilmu sampai ke negeri Belanda dan negeri-negeri lainnya. Mereka bangkit dengan kemantapan iman mereka,  mereka bangkit dengan persaudaraan dan kebangsaan mereka. Maka muncullah dalam sejarah organisasi Budi Oetomo, peristiwa Soempah Pemoeda, Politik Balas Jasa dari Kompeni Belanda, BPUPKI dan PPKI pada masa penjajahan Jepang, sampai pada peristiwa Proklamasi Kemerdekaan.

Ketika Jepang sudah kalah karena adanya dua bom atom di Nagasaki dan Hirosima, para pemuda Indonesia ingin segera memanfaatkan momen kekalahan Jepang itu untuk memerdekakan bangsa. Hal tersebut ditentang sendiri oleh para sesepuh bangsa yaitu Ir. Soekarno, dan kawan-kawan. Maka pada malam 17Agustus menculik dan menawan Ir Soekarno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan. Bendera kebangsaan pun dijahit sendiri oleh istri beliau Ibu Fatmawati. Para pemuda pun menyiapkan naskah prokalmasi. Finalnya, Ir Soekarno bersama MOehammad Hata pun menyampaikan ikrar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

Generasi Tangguh

Generasi muda/ pemuda/ remaja terbaik adalah generasi tangguh yang tetap mewarisi nilai-nilai positif dan semangat generasi awal sebelumnya kerika masih muda dulu. Bedanya sedikit, yaitu cita rasa zamannya. Jangan copy-paste, tapi cari dan bentuklah kreasi.

Generasi umat Islam terbaik adalah generasi Rasulullah nabi SAW yang dikenal dengan istilah sabaquna auwalun seperti Abu Bakar Asy-Sydiq, Umar bin Khatab, Usman bin Afwan, Ali bin Abu Tholib, dll. Mereka kuat iman, aqidah, dan jihadnya dengan nyawa, harta, amal jariahnya, kuat amal sholat, kuat amal soaialnya, dan kuat infak.

Generasi muda terbaik bangsa Indonesia ini adalah generasi 45 yang telah gigih memeperebutkan kemerdekaan bangsa. Generasi muda/remaja terbaik sekarang adalah adalah antu: anta dan anti sebagai pewaris ashabul kahfi,generasi negeri Saba’ yang membtuk baldatu thayyibatun wa Rabunn , Ghafur. Juga peawaris generasi proklamasi 45 yang bersemangat Pancasila 18 Agustusb 1945 dengan jabaran UUD 1945.

Pepatah Arab  mengatakan:

اَن الفتئ عِمَدُ الْبَلَدُ اَذَا صَلَحَهُ فَصَلَحَ الْبَلَد وَ اَذَا فَسَدَهُ فَسَدْ الْبِلَدٌ

(Pemuda adalah tiyang Negara. Jika pemudanya baik, maka baiklah Negara itu.Jika pemudanya rusak, maka rusaklah Negara itu).

Oleh: Wardi, S.Pd.M.A. Majelis Pustaka PCM Semin

Exit mobile version