Oleh: Abduh Hisyam
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Almujadilah/58:11)
Untuk menjadi pemimpin di muka bumi, manusia dibekali oleh Alah dengan dua hal yaitu iman dan ilmu. Iman ibarat cahaya yang menerangi jalan hidup manusia agar tidak tersesat dan tidak celaka, sedang ilmu adalah kaki yang dengannya manusia berjalan. Kata Einstein, “iman tanpa ilmu lumpuh, sedang ilmu tanpa iman buta.”
Iman dan Ilmu
Iman adalah ibarat akar pada sebatang pohon. Semakin dalam akarnya semakin kokoh batangnya, dan kuat menahan terpaan angin. Iman ibarat jangkar pada sebuah kapal yang sedang berlabuh. JIka jangkar tidak kuat, maka kapal akan hanyut terbawa arus gelombang samudra.
Ilmu atau sains adalah perangkat yang harus dimiliki manusia untuk mengarungi hidup di atas bumi ini. Ia barat kaki yang tanpanya manusia tak akan mampu berjalan. Ilmu didapat dengan penalaran dan dengan pengalaman. Penalaran berarti aktifitas menganalisa, menghitung, membayangkan dan mengira-ira. Pengalaman adalah segala sesuatu yang didapat melalui indera, baik penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan.
Agar pengalaman dan penalaran manusia tidak digunakan untuk merusak yang merugikan diri sendiri dan orang lain, maka iman memberikan nilai-nlai yang berasal dari kitab suci.
Manusia beriman namun tidak berilmu ibarat orang membangun gedung tinggi tanpa penangkal petir. Sekali tersambar petir, maka terbakar dan hancurlah gedung itu. Sedang manusia berilmu tapi tidak beriman, ia bagaikan rezim Nazi Jerman. Mereka memiliki teknologi yang canggih, pemikiran filsafat yang brilian, seni yang adiluhung, namun semua itu dijadikan sarana untuk merusak sesama manusia.
Di masa pandemi covid-19 ini manusia sedang menghadapi ujian di bidang iman dan ilmu. Kita mengetahui adanya pandemi ini adalah berdasarkan ilmu. Pengetahuan akan jumlah yang terpapar covid-19 diketahuai berkat ilmu: ilmu kesehatan, virology, statistic, matematika, budaya, sosiologi, dan politik. Manusia harus mendengarkan apa yang dikatakan oleh para ahli ilmu pengetahuan agar selamat dari paparan virus corona.
Agama dan ilmu tidak boleh dipertentangkan. Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa corona adalah makhluk Allah, maka kita harus lebih takut kepada Allah daripada kepada virus corona. Ini adalah pembandingan yang salah.
Antisains
Antisains adalah kecenderungan untuk mengabaikan dasar-dasar ilmiah dalam memutuskan sesuatu. Antisains juga berarti mementahkan pendapat yang sudah terbukti ilmiah dengan menggunakan prasangka, mitos, atau agama.
Ada sebagian orang mengatakan bahwa virus corona tidak akan menyerang orang yang selalu berwudhu. Ada pula yang menganjurkan untuk selalu membaca salawat untuk mencegah virus corona. Itu adalah dua contoh semangat antisains. Berwudhu tidak cukup untuk menangkal virus corona, dan salawat adalah sarana untuk mendoakan Nabi Muhammad saw, memberi penghormatan pada beliau sesuai perintah Allah dalam AlQur’an. Salawat adalah sarana kita mencintai Rasulullah agar kita senantiasa ingat untuk menjalankan meneladani akhlaq atau sunnah beliau.
Beberapa waktu lalu ada penolakan dari beberapa kepala sekolah di Kebumen terhadap program imunisasi MR untuk para siswa sekolah dengan alasan imunisasi itu mengakibatkan efek samping tertentu. Para kepala sekolah tidak berpegang kepada data ilmiah melainkan hanya kepada rumor yang tdak jelas kebenarannya.
Hingga saat ini masih ada sekelompok orang yang mempercayai bahwa bumi itu datar. Umat Islam yang percaya kepada isu ini mencari ayat Quran dalam surat Alghasyiyah/88:20 sebagai dalil pemebanrnya. Ayat itu berbunyi: “….dan bumi, bagaimana ia dihamparkan.” Jelas mereka yang mempercayai bumi datar tidak memahami ilmu Balaghah.
Pemerintah Amerika Serikat di bawah Donald Trump memiliki kecenderungan anti-sains. Ia berulangkali mengatkan bahwa virus corona tidak ada, dan hanya rekayasa pemerintah Cina. Ia juga menolak mengenakan masker saat mengadakan kunjungan kerja.
Presiden Jokowi juga mengidap kecenderungan antisains, saat ia memberlakukan pelonggaran PSBB tanpa mendasarkan pada statistik penyebaran pandemic. Ia hanya berdasarkan perhitungan ekonomi. Akibat dari sikap antisains pemerintahan Jokowi, pandemic covid-19 masih merajalela di Indonesia.
Sebagai orang beriman, kita harus bertindak dengan dasar ilmu pengetahuan. Nabi bersabda, “barangsiapa ingin sukses di dunia, ia harus kuasai ilmunya. Barangsiapa ingin sukses di akherat, ia harus kuasai ilmunya, dan barangsiapa ingin sukses dua-duanya, ia harus kuasai ilmunya.” Mereka yang anti ilmu akan menjadi orang yang tersesat. Tersesat di dunia dan tersesat di akherat. Nauzu billah min zalik.