Calon Kepala Daerah Jadilah Teladan, Pilkada Jangan Jadi Ajang Penularan Wabah

Oleh: Haedar Nashir

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di era pandemi Covid-19 yang masih meninggi sungguh beresiko tinggi. Itulah keputusan politik yang dilematis. Pemerintah dan Penyelenggara Pilkada tentu memiliki dasar perundang-undangan dan pertimbangan kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis, politik, dan moral kenegaraan.

Tetapi ancaman wabah corona pun tetap harus menjadi perhatian dan pertimbangan penting dan utama. Wabah ini tidak dapat diajak bernegosiasi dan kompromi seperti dunia politik. Era kenormalan baru malah dapat menjadi ruang terbuka bagi sang virus untuk melakukan proses penularan yang berbahaya. Ibarat buah simalakama, maju kena mundur kena. Inilah situasi politik pilkada dan pandemi yang saling berkorelasi. Kita berada di dua dunia yang darurat ini, yang wajib seksama tingkat tinggi dalam menyikapinya.

Kita belum atau tidak dapat membayangkan bila mutasi Covid-19 betul-betul terjadi, semoga tidak. Ya Allah angkatlah pandemi ini dengan kuasa-Mu, Engkau Tuhan Yang Maha Rahman dan Rahim. Kami tidak kuasa menyaksikan para hamba-Mu terus berguguran. Termasuk para dokter dan tenaga kesehatan yang menjadi benteng terakhir. Kami terus berikhtiar bersama tanpa kenal menyerah, tetapi kami pun bermunajat agar Engkau curahkan kasih-sayang-Mu untuk seluruh hamba-Mu yang lemah ini. Ampuni kami serta ringankan dan bebaskan beban kami Ya Rabbi Tuhan semesta Alam Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang.

Kita sebagai warga bangsa biasa sungguh berharap kepada semua pihak di negeri ini, khususnya kepada para elite negeri, mari berpikir dan bertindak seksama untuk teguh mencegah penularan corona sekaligus berusaha bersama-sama menghadapinya secara bertanggungjawab. Ingat, pandemi Covid-19 belum berakhir. Sementara korban masih berguguran, yang terkonfirmasi maupun meninggal dunia. Semuanya menyangkut nyawa atau jiwa manusia yang tidak ternilai harganya.

Pilkada jangan sampai menjadi ajang penularan dan semakin beratnya negeri ini hadapi Covid-19 agar berakhir. Politik dan demokrasi penting, tetapi jangan memperberat beban rakyat hadapi pandemi yang masih berbahaya dengan segala dampaknya yang luas. Apalagi sampai mengorbankan jiwa manusia sesama anak bangsa. Bertindaklah bijaksana, seksama, dan waspada. Patuhi protokol kesehatan dan cegah atau hindari segala celah penularan wabah. Bukankah politik itu juga diabdikan untuk kesejahteraan dan kebaikan hidup bersama? Itulah politik bermartabat. Bila politik menularkan masalah dan bukan memecahkan masalah, untuk apa berpolitik?

Kita sedih menyaksikan suasana kacau massa. Sejumlah calon kepala daerah yang baru mau mendaftar ke KPU saja, justru diarak massa secara euforia, tanpa pembatasan jumlah orang dan tanpa protokol kesehatan. Padahal waktu pilkada cukup lama, belum masuk ke masa kampanye yang biasanya rawan. Mestinya para elit politik dan pendukungnya mengedepankan kepentingan yang lebih besar, yakni mencegah rantai penularan wabah dan menyelamatkan jiwa manusia yang tidak dapat diukur dengan harga demokrasi semahal apapun.

Kita layak bertanya. Kenapa tidak menaati aturan dan tidak mempertimbangkan kondisi pandemi? Situasi pilkada ini masih darurat, kenapa seolah normal dan biasa? Lagi pula untuk apa tampil dan aksi unik-unik cari sensasi, yang mengundang perhatian massa, ketika pandemi dengan segala dampaknya masih mengancam di hadapan kita. Tidak cukupkah data tiap hari tentang jumlah yang terkonfirmasi dan yang meninggal akibat wabah global ini? Pandemi Covid-19 ini nyata dan bukan maya. Cara mencegah dan menghadapinya secara serius juga bukan paranoid tetapi memang ikhtiar yang niscaya. Penderitaan apalagi yang masih dianggap belum cukup akibat corona ini? Empatilah kepada para korban, betapa saudara-saudara kita sebangsa yang sakit sangat menderita dan banyak telah kehilangan orang-orang tercinta.

Kepada para calon kepala daerah maupun para elite negeri lainnya kita berharap. Tunjukkanlah keteladanan yang baik di hadapan publik dengan tidak membiarkan euforia massa menumpah dalam proses demokrasi pilkada yang penuh dilema ini. Termasuk segala aksi dan deklarasi politik massa apapun namanya. Bukankah para elite negeri tersebut adalah para calon pemimpin yang akan memegang mandat rakyat dan negara. Apalagi ada di antaranya para petahana yang sudah berpengalaman. Tunjukkan jiwa kenegarawanan untuk berpikir dan bertindak bijak dan dewasa demi meringankan beban hadapi wabah dan penyelamatan jiwa manusia.

Kepada seluruh elite negeri di pusat dan daerah, berilah uswah hasanah bagi rakyat di era krisis akibat pandemi yang mematikan kehidupan ini. Masihkah ada iba dan empati untuk tidak bereuforia dalam segala aksi massa di ruang publik, yang kian menambah sulit hadapi pandemi dan membahayakan jiwa sesama. Buktikan bahwa politik itu bermakna dan berkontribusi positif dalam memberi solusi untuk negeri. Bukan politik yang memperparah keadaan serta menambah beban berat rakyat dan dunia kemanusiaan.

Exit mobile version