Abdul Malik fadjar dan Munir adalah pejuang sejati bagi bangsa Indonesia, kebetulan keduanya berpulang di tanggal yang sama dan nasib perjuangannya juga sama. Masih jauh dari kata selesai.
Hari ini, 7 September 2020 para penggiat HAM tanah air sedang memperingati hari kematian Munir Munir Said Thalib, yang dibunuh tanggal 7 september tahun 2004. Enam belas tahun yang lalu. Selama itu pula kasus itu masih diselimuti misteri bahkan berkas hasil Tim Gabungan Pencari fakta yang dibentuk presiden SBY malah hilang entah ke mana.
Munir Munir Said Thalib adakah pejuang HAM yang paling fenomenal dalam sejarah Indonesia. Sosok keturunan arab berperawakan kecil kelahirah Malang ini sangat akrab dengan aneka aksi pembelaan HAM di tanah air. Kiprah kejuangannya nyaris belum ada yang dapat menyamai hingga hari ini. Dia merupakan pioner pejuang HAM di tanah air, bahkan ketika isu itu masih dianggap sebagai hal yang tabu.
Pada hari ini pula, terdengar kabar duka, Prof A Malik Fadjar berpulang sore tadi, jam 19,00 WIB di Jakarta. Bagi bangsa Indonesia, sosok kelahiran Yogyakarta, 22 Februari 1939 ini seakan tidak dapat dipisahkan dengan perjuangannya dalam gerakan mencerdaskan bangsa.
Selain pernah menjadi menteri agama pada era Presiden BJ Habibie, ia juga pernah menjadi menteri pendidikan nasional periode 2001-2004, juga pernah menjdai menko kesra pada zaman Megawati. Dia juga juga menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI era perihde pertama presiden Jokowi.
Bagi Muhammadiyah jangan di tanya. Abdul Malik Fadjar adalah segala-galanya. Dia pernah menjadi anak panah Muhammadiyah (guru dan dai benum) yang dilepas untuk mengembanghkan sekolah dan dakwah Muhammadiyah di pedalaman tanah air.
Malik Fadjar juga pernah menjadi wakil ketua PP Muhammadiyah tiga periode (2000-2015) sebelum itu Pak Malik juga sudah dikenal sebagai perintis Kemajuan Univeritas Muhammadiyah. UM Surakarta dan UM Malang adalah bukti sentuhan tangan midas Pak Malik. Di hari-hari akhirnya beliau juga terus konsen memperhatikan kemajuan pendidikan menengah Muhammadiyah.
Hari ini Pak Malik berpulang, tanggalnya sama dengan tanggal peristiwa pembunuhan yang menimpa Munir Said Thalib, anak muda pemberani yang menemukan titik balik perjuanganya setelah berdiskusi dengan Pak Malik.
Dalam artikel di kotra tempo 6 septemer 2016, Pendiri Cultural Islamic Academy Jakarta Husein Ja’far Al Hadar, menyatakan kalau Munir muda merupakan seorang muslim ekstrem. Hal itu diakui oleh Munir. Pada kurun waktu 1984-1989, ketika Munir masih menjadi seorang mahasiswa. Kedangkalan pemahaman keislamannya menjadikan dirinya menjadi seorang muslim yang ekstrem.
Namun, berkat entakan dalam diskusi Munir dengan Malik Fadjar, Munir berhijrah menjadi muslim moderat. Mantan Menteri Pendidikan Nasional, menggugah kesadarah Munir untuk untuk berpikir ulang tentang misi keislamanya: untuk kekuasaan ataukah pengabdian kepada sesama?
Itulah yang kemudian menjadi titik balik seorang Munir hingga kemudian dikenal sebagai pejuang HAM paripurna, pejuang HAM yang tidak pernah mengenal kata menyerah sampai akhirnya racun arsenik mengakhiri perjalanan hidupnya di pesawat garuda.
Mungkin sekedar kebetulan belaka bila hari ini Pak Malik berpulang di tanggal yang sama dengan tanggal berpulangnya Munir. Walau sekedar kebetulan, peristiwa ini juga dapat diambil ibrahnya. Perjuangan Munir untuk menegakkan keadilan di tanah air masih bernasib sama dengan perjuangan Pak Malik mencerdaskan bangsa ini. Perjuangan itu masih akan panjang, walau rezim terus berganti perjuangan itu masih jauh dari kata selesai. (Isma)