YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, dalam situasi pandemi Covid-19 dan kehidupan kebangsaan yang banyak masalah hendaknya semua pihak mau menahan diri dari segala hal yang meresahkan.
“Seraya bersama-sama menciptakan ketenteraman, kedamaian, dan persatuan. Menghadapi pandemi yang belum berakhir dan cenderung menaik dengan korban meningkat, termasuk para dokter dan tenaga kesehatan, maupun dalam memecahkan masalah bangsa diperlukan suasana bersatu, damai, dan kondusif. Jika centang-perenang dan saling menghujat maupun menjatuhkan maka Indonesia semakin berat beban dan akan mengalami krisis,” tutur Haedar pada Senin (14/9).
Karena itu, Haedar meminta kepada pemerintah, DPR, lembaga Yudikatif, TNI dan POLRI, serta semua lembaga kenegaraan/pemerintahan maupun segenap komponen bangsa penting saling berintrospeksi diri seraya terus melakukan dialog dan merajut kebersamaan.
“Pandemi dan masalah bangsa tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak, sebaliknya meniscayakan kebersamaan dan persatuan nasional yang kokoh. Perbaiki langkah-langkah yang salah atau keliru tanpa merasa kuasa dan merasa benar sendiri. Saatnya persatuan Indonesia diutamakan dengan jiwa besar kebersamaan dan saling mengoreksi secara rendah hati dan bertanggungjawab.
Dalam suasana pandemi Covid-19 dengan segala dampaknya yang berat maupun menghadapi masalah bangsa yang lainnya, kedepankan persatuan dan bermusyawarah sebagaimana jiwa sila ketiga dan keempat Pancasila.
“Dalam situasi berat ini para pejabat negara maupun elite bangsa lainnya sebaiknya menghentikan pernyataan-pernyataan dan langkah-langkah atau aksi-aksi yang kontroversial yang memanaskan situasi, menimbulkan pertikaian pandangan tidak berkesudahan, memancing emosi publik, menciptakan kegaduhan, serta mengakibatkan keretakkan dan polarisasi di tubuh bangsa Indonesia,” tegas Haedar.
Terakhir, Haedar meminta agar setiap elit mengutamakan hal yang terpenting dari yang penting, meninggalkan yang tidak penting dan menambah masalah. Cegah dan hindari segala kemudaratan yang membawa kerugian bagi kehidupan bangsa dan negara.
“Negara maupun warga negara jangan memaksakan kehendak yang akhirnya mengakibatkan keretakkan, keresahan, kerusakan, dan ancaman kehancuran bagi masa depan kehidupan berbangsa dan bernegara,” tutup Haedar. (ppmuh)