Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua
Gerakan pencerahan abad kedua dilakukan dengan strategi transformasi dan akselerasi, mengembangkan al-jihad li al-muwajahah dengan memberi alternatif solusi. Supaya dapat mencerahkan semesta dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin, Muhammadiyah harus maju terlebih dahulu.
Rumusan ini merupakan Keputusan Muktamar Satu Abad (Muktamar ke-46) di Yogyakarta, 20-25 Rajab 1431 H/3-8 Juli 2010 M. Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua berisi sub tema: Kesyukuran, Refleksi Satu Abad, Pandangan Keislaman, Wawasan Kebangsaan dan Kemanusiaan, Agenda Abad Kedua, Penutup, ditambah Rujukan Ayat Al-Qur’an.
Muhammadiyah menyadari gerak seabad sebagai tonggak sejarah yang penting dalam ikhtiar mengemban misi dakwah dan tajdid. “Keberhasilan perjuangan satu abad merupakan anugerah Allah SwT yang harus disyukuri berdasarkan firman Allah SwT Qs Ibrahim ayat 7 dan menjadi modal ruhaniah paling berharga untuk melangkah ke depan dengan optimis. Kesyukuran itu disertai kesadaran bermuhasabah diri atas kekurangan dan kelemahan yang harus diperbarui dengan seksama guna mengukir kisah sukses yang lebih utama di abad kedua.”
Pada bagian lain disebutkan, “Dalam gerak melintasi zaman dari abad kesatu ke abad kedua dan dalam menghadapi masalah-masalah keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal yang sangat kompleks itu, Muhammadiyah berkomitmen kuat untuk menjadi bagian dari penyelesaian masalah (problem solver) dengan mengambil prakarsa, partisipasi, dan langkahlangkah yang proaktif dan strategis.” Di abad kedua, Muhammadiyah berkomitmen berperan lebih proaktif.
Pandangan Keislaman Muhammadiyah
Muhammadiyah menegaskan pandangan keislaman. “Dalam perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan (din al-hadlarah), yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan. Islam yang berkemajuan memancarkan pencerahan bagi kehidupan. Islam yang berkemajuan dan melahirkan pencerahan secara teologis merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi sebagaimana terkandung dalam pesan Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 104 dan 110 yang menjadi inspirasi kelahiran Muhammadiyah.”
Hal ini sebagai transformasi Al-Ma’un. Pandangan keagamaan Muhammadiyah digali dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan mengembangkan ijtihad yang sesuai tantangan kehidupan modern abad 21 yang kompleks.
“Masyarakat Islam yang dicita-citakan Muhammadiyah memiliki kesamaan karakter dengan masyarakat madani (civil society) yang maju, adil, makmur, demokratis, mandiri, bermartabat, berdaulat, dan berakhlak-mulia (al-akhlaq al-karimah) yang dijiwai nilai-nilai Ilahiah.” Di antara karakternya adalah menjunjung tinggi kemajemukan agama dan pemihakan terhadap kepentingan seluruh elemen masyarakat, perdamaian dan nir-kekerasan, serta menjadi tenda besar, tanpa diskriminasi. “Masyarakat Islam yang dicita-citakan Muhammadiyah merupakan masyarakat yang terbaik yang mampu melahirkan peradaban yang utama sebagai alternatif yang membawa pencerahan hidup umat manusia di tengah pergulatan zaman.”
Muhammadiyah pada abad kedua berkomitmen melakukan gerakan pencerahan dengan mengajak semua pihak ikut berkolaborasi. “Gerakan pencerahan (tanwir) merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan pencerahan dihadirkan untuk memberikan jawaban atas problem-problem kemanusiaan.” Muhammadiyah berjuang untuk mengintegrasikan keislaman dan keindonesiaan dengan prinsip wasathiyah, mengembangkan wawasan keislaman yang kosmopolitan, serta melakukan transformasi mentalitas ke arah pembentukan manusia Indonesia berkarakter. (ridha)
Sumber: Majalah SM Edisi 2 Tahun 2020