YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Tabligh merupakan ruh dakwah Muhammadiyah, mengingat seluruh komponen bangunan persyarikatan Muhammadiyah adalah gerakan dakwah, baik di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain sebagainya. Sedangkan ruh dari tabligh adalah mubaligh. Sehingga, tersedianya SDM ini merupakan bagian dari upaya dalam mempersiapkan kader-kader mubaligh Muhammadiyah di masa yang akan datang.
Fathurrahman Kamal, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah mengungkapkan, ada skala prioritas di dalam dakwah Muhammadiyah. Sebelum seorang mubaligh terjun ke medan dakwah, ia harus mampu memahami realitas yang dialami oleh masyarakat yang akan menjadi target dakwahnya. Realitas inilah yang harus dirasakan dengan penuh kesadaran. Di antara para ulama menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan membangun kesadaran, yaitu bagaimana kita sebagai mubaligh memiliki pandangan yang bersifat holistik dari berbagai macam nilai-nilai kehidupan.
“Kekosongan yang terjadi kepada kita saat ini adalah kesadaran itu sendiri. Maka dari itu kita harus memahami karakteristik zaman dan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat serta pengaruh apa saja yang dominan di dalamnya,” jelasnya.
Ia menerangkan, pikiran kritis saja tidak cukup untuk membuat sebuah perubahan. Perlu ada rasa tanggungjawab yang besar untuk menghadirkan kemaslahatan. Sebagai seorang mubaligh yang memiliki emosi spiritual harus menyadari bahwa ia adalah bagian yang terintegrasi dari jasad umat. “Tidak boleh ada mubaligh yang merasa bahwa dirinya bukanlah bagian dari umat ini,” pesannya pada acara Silaturahmi Nasional Mubaligh Muda Muhammadiyah yang berlangsung secara daring (26/9).
Budi Setiawan, Ketua MDMC Pusat mengatakan, bercermin pada pengalaman penanggulangan bencana tsunami di Aceh tahun 2004. Ada seorang mubaligh yang menyampaikan statemen bahwa tsunami ini merupakan azab dari Allah. Hal ini disampakan dihadapan masyarakat korban bencana yang sedang dalam keadaan trauma. Perkataan ini tentu membuat masyarakat marah.
Dalam situasi bencana, seorang mubaligh harus memahami dengan benar psikologis dan perasaan yang dirasakan oleh jamaahnya. Sehingga yang diharapkan sebagai wujud pencerahan dapat hadir dalam hati dan pikiran masyarakat. “Maka seorang mubaligh harus memberikan sesuatu yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat,” ungkapnya.
Selain itu dalam hal penguatan kapasitas mubaligh muda Muhammadiyah pada penanggulangan bencana Budi menyebutkan, tugas dan fungsi mubaligh adalah menyampaikan dan memahamkan ajaran Islam, menggerakkan jamaah, memandu ibadah, dan menumbuhkan harapan. “Di tengah situasi bencana yang kacau, maka seorang mubaligh harus bisa menghadirkan harapan kepada korban bencana, sehingga muncul semangat untuk bangkit pada diri masyarakat yang terdampak bencana,” paparnya.
Syamsul Hidayat, Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah menyampaikan bahwa dibentuknya Korsp Mubaligh Muda Muhammadiyah (KM3) bertujuan untuk mengembangkan serta memperluas langkah tabligh Muhammadiyah dan sekaligus mempersiapkan generasi penerus dakwah. “Patah tumbuh, hilang berganti. Sebelum patah sudah tumbuh, sebelum hilang sudah berganti,” ujarnya. (diko)