YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ibnu Arabi pernah mengatakan bahwa ketika Adam a.s masih berada di antara air dan tanah, cahaya kenabian Muhammad Saw sudah ada. Abd Al-Karimal Jili yang wafat pada tahun 1409 menyuguhkan sebuah konsep yang disebut ‘Al-Insan Al-Kamil’.
Konsep ini berbeda dengan konsep yang dikembangkan oleh Muhammad Iqbal, seorang filosof asal Pakistan. Menurut Al-Jili, Al-Insan Al-Kamil merupakan prototipe awal sebelum semua makhluk diciptakan di muka bumi. Al-Insan Al-Kamil ditujukan kepada seorang nabi mulia yang kedatangannya menghadirkan rahmat bagi seluruh alam. Ide-ide inilah yang berkembang luas di masyarakat hingga sekarang.
“Kita sangat berutung menjadi umat Nabi Muhammad Saw. Beliau menjadi figur sejarah yang paling banyak ditulis dalam sebuah buku atau artikel. Riwayat hidupnya mudah kita temukan dalam berbagai macam sumber yang jelas seperti Al-Qur’an, Hadits, dan Tarikh. Kemuliaan akhlaknya melahirkan sebuah inspirasi serta menjadi bahan studi yang terus-menerus berkembang,” ujar Syafiq A. Mughni dalam pengajian tarjih Muhammadiyah ke-108 dengan tema “Nabi Muhammad Saw dan Tantangan Islamofobia” (4/11).
Atas dorongan cinta dan keyakinan yang kuat bahwa Muhammad Saw adalah utusan Allah, banyak penulis muslim dengan berbagai latar belakang mengabadikan kisah keteladanannya dalam sebuah literatur sejarah. Tidak hanya dari penulis muslim, para orientalis pun juga ambil bagian dalam penulisan sejarah beliau dengan semangat menjatuhkan dan mendiskreditkan Islam.
“Tentu tidak semua karya orientalis bersifat demikian, ada juga yang bersifat obyektif,” ungkap Mughni.
Sejarah tentang ketakutan dan kebencian terhadap Islam yang berlangsung di Barat (Islamofobia) muncul karena pengaruh Islam yang pada saat itu mulai meluas dan membesar. Sehingga muncul kekhawatiran dan kecemasan di kalangan raja-raja di Eropa akan lenyapnya posisi politik dan kekuasaan mereka.
Ada beberapa momentum perjalanan sejarah hadirnya Islamofobia di Barat, terutama bagi kalangan masyrakat Kristen. Pertama, peristiwa perang salib. Terjadinya konfrontasi antara tentara Muslim dan Kristen di Yerussalem. Perang yang berkepanjangan ini berdampak sangat mendalam terhadap memori kolektif umat Kristen dan Islam yang hingga saat ini sulit dihilangkan.
Kedua, ekspansi Andalusia. Saat Portugal menguasai Spanyol lebih dari 700 tahun, tentara Muslim masuk ke Andalusia untuk menaklukkannya. Ketiga, ekspansi Turki Usmani. Keempat, kolonialisme barat. Dan yang terakhir, orientalisme.
“Peristiwa-peristiwa ini menjadi ketakutan dan kebencian tersendiri bagi umat Kristen terhadap Islam. Sampai-sampai apabila ada anak mereka yang nakal, orang tuanya berkata, jangan nakal, kalau kamu nakal maka akan aku panggilkan Muhammad,” jelas pria yang menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah tersebut.
Ada beberapa upaya yang telah dilakukan oleh para ulama terdahulu guna merespon Islamofabia di Barat. Salah satunya melalu karya berupa kitab atau tulisan. Ibnu Taymiyah menulis sebuah buka Al-Sharim Al-Maslul Ala Syatim Al-Rasul, Pedang yang terhunus bagi orang yang mencaci Rasulullah. Pada zaman yang tidak jauh dari Ibnu Taymiyah, Al-Subki juga menulis sebuah buku yang sama. Respon ini didasari pada kecintaan yang besar kepada nabi mulia utusan Allah Swt.
Syafiq A. Mughni menambahkan, salah satu sebab tidak hilangnya Islamofobia di Barat dikarenakan kegagalan umat Islam menampilkan wajahnya sendiri. Lambannya integrasi sosial di kalangan internal umat Islam. Hal ini terjadi pada mereka yang baru berimigran ke negara-negara Barat. Mereka lebih suka hidup ekslusif (tertutup), belum menguasai bahasa setempat dengan baik, tidak mau membuka diri, dan berbagai macam alasan lain yang mengakibatkan integrasi sosial menjadi sangat lambat.
Permasalahan juga timbul dari faktor eksternal umat Islam (Non Muslim). Pertama, ketidaktahuan mereka tentang ajaran Islam. Kedua, Kepentingan politik dan ekonomi bagi penguasa. Ketiga, superiority complex, mereka merasa lebih unggul.
Di akhir paparanya, Syafiq berpesan, dalam menghadapi Islamofobia yang terjadi di Barat, ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh umat Islam diantaranya, mempromosikan kebajikan Islam, meningkatkan kualitas umat Islam, dan merespon Islamofobia dengan cara-cara yang efektif. (diko)