BANJARNEGARA, Suara Muhammadiyah – Semangat PKU sebagai penolong kesengsaraan umum adalah untuk menghadirkan kemaslahatan bagi semua. Sejak awal kelahirannya, Muhammadiyah berjuang mengamalkan Islam yang berdampak luas bagi kebaikan banyak orang. Hal ini disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat meresmikan Klinik Pratama PKU Kalibening, Banjarnegara, 16 November 2020.
“Klinik yang diproyeksikan sebagai klinik utama dan kemudian menjadi rumah sakit ini merupakan asa yang baik. Inilah ciri Muhammadiyah bahwa selalu punya proyeksi ke depan sebagai etos dakwah dan tajdid Muhammadiyah yang harus terus ditumbuhkan dan dirawat,” tutur Haedar Nashir melalui sambungan Zoom dari Yogyakarta.
Muhammadiyah sejak seabad yang lalu telah memulai meletakkan pondasi kesehatan bangsa ketika mendirikan RS PKU Muhammadiyah pertama di Yogyakarta pada 15 Februari 1923. “Ini merupakan kelangsungan dari perjuangan awal Muhammadiyah. Muhammadiyah selalu memberi solusi atas berbagai permasalahan bangsa, termasuk permasalahan di bidang kesehatan.”
Muhammadiyah dalam kiprahnya di bidang kesehatan, pendidikan, pelayanan sosial, ekonomi, pemberdayaan perempuan, hizbul wathan, semuanya dilakukan atas panggilan dakwah dan tajdid. “Dakwah adalah menyebarluaskan nilai-nilai kebaikan bagi kehidupan sehingga membawa rahmat bagi semesta alam. Tajdid artinya melakukan pembaharuan dalam pandangan keagamaan dan kehidupan kemasyarakatan, keumatan, dan kebangsaan, sehingga semakin hari semakin baik,” ulas Haedar.
Semangat memberi manfaat merupakan semangat mengamalkan ajaran Rasulullah: khairunnas anfa’uhum linnas. Manusia terbaik adalah yang memberi manfaat bagi orang banyak. “Kemanfaatan itu harus dirasakan oleh orang banyak. Inilah nilai rahmatan lil alamin. Untuk menjadi manusia terbaik, maka harus senantiasa menjadi rahmat dan memberi manfaat.”
Haedar memperingatkan bahwa untuk memberi manfaat, maka dibutuhkan kerja keras. “Tidak cukup dengan kata-kata, tidak cukup dengan simbol-simbol keagamaan, tapi harus dengan kerja nyata. Salah satunya dengan mendirikan karya amal nyata dalam bentuk rumah sakit,” ungkapnya.
Di awal kelahirannya, kata Haedar, Muhammadiyah menghadapi situasi umat yang terbelakang secara ekonomi, keilmuan, dan alam pikiran. Muhammadiyah melaksanakan pengamalan Islam yang membawa pemajuan bagi orang banyak. Hal ini terinspirasi dari Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 7: in ahsantum ahsantum lianfusikum, wain asa’tum falaha (Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat keburukan berarti keburukan itu bagi dirimu sendiri).
Haedar juga berpesan bahwa pandemi belum berakhir dan warga Muhammadiyah tidak boleh lengah. Menurutnya, pengerahan massa di masa pandemi ini selain mengabaikan protokol kesehatan, juga mengabaikan hifzun nafs atau prinsip menjaga keselamatan jiwa yang menjadi maqasid syariah. Menjaga jiwa dan kehidupan merupakan perintah agama (Qs Al-Maidah: 32).
Muhammadiyah terus menyuarakan agar masyarakat dan bangsa ini tetap mengikuti protokol kesehatan sampai pandemi ini dinyatakan berakhir. “Warga Muhammadiyah harus terus memberi teladan, terutama di masa pandemi ini. Jika kita mengaku sebagai pengikut Nabi maka buktikan dalam beruswah hasanah,” tukas Haedar Nashir. (ribas)