Motivasi: Kotor
Oleh: Bagus Kastolani
Suatu hari di sebuah apartemen, sepasang suami isteri sedang menikmati makan pagi. Tempat makan mereka berada dekat jendela kaca apartemen itu sehingga mereka bisa menikmati pemandangan di luar apartemen. Termasuk dapat melihat tetangga apartemennya. Pandangan sang isteri tertuju kepada seorang wanita tetangga seberang apartemen mereka. Wanita itu sedang menjemur baju-baju hasil cuciannya. Kemudian sang isteri berbicara kepada suaminya, “Lihatlah, wanita itu menjemur baju-baju cucian yang masih kotor. Aku bisa mencuci jauh lebih bersih dan sempurna daripada dirinya. Baju masih kotor kok dijemur?”
Sang suami hanya diam dan segera membereskan makan paginya. Kejadian ini berulang kali setiap makan pagi selama tiga hari berturut. Sewaktu makan pagi, kembali sang isteri melihat wanita tetangga dari jendela kaca yang sedang menjemur baju-baju serta masih tetap dengan komentar yang sama persis.
Pada hari keempat, sang isteri tercengang karena ia melihat tetangga itu menjemur baju-baju yang bersih. Ia berkata kepada suaminya, “Lihatlah suamiku, ia telah mencuci baju-baju hingga bersih. Nah bisa juga akhirnya ia mencuci dengan baik seperti aku. Masak mencuci kok masih banyak noda kotornya?” Sang suami tersenyum dan hanya membalas dengan sebuah kalimat, “Tidak ada yang kotor dengan baju-baju tetangga kita namun tadi pagi aku telah membersihkan kaca di jendela kita ini yang telah lama kotor.” Maka sambil tersenyum, sang suami pun meninggalkan isterinya yang sedang tertunduk memikirkan sesuatu.
Kawan, terkadang hal ini terjadi pada diri kita. Bukan orang lain yang bermasalah namun yang kotor adalah jendela hati kita. Sehingga kita melihat semua yang dilakukan oleh orang lain menjadi suatu kesalahan. Padahal sekali lagi, yang bermasalah adalah sudut pandang kita dari jendela hati kita yang kotor. Oleh karena itu, bersihkanlah jendela hati kita sebelum kita memandang orang lain. Bukankah pandangan kita kepada orang lain tergantung kejernihan hati?
Huwallahu a’lam bi showab.
Penulis Staf pengajar Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya
Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah Edisi 18 Tahun 2019