Assalamu’alaikum wr wb.
Bu Emmy yth., Saya ibu (38 tahun) dari dua anak. Saya PNS, begitu juga suami. Karier kami masing-masing bagus. Suami mendukung ketika saya dipromosikan untuk menjadi kepala bidang. Suami dipuji betapa ia sangat mendukung saya. Keluarga kami pun jadi panutan. Anak-anak kami juga berprestasi di sekolah. Tapi semuanya berubah saat saya tidak sengaja membuka ponsel suami. Ada banyak chat suami dengan seorang perempuan. Penasaran, di malam hari saat suami tidur, saya hubungi nomor itu. Terdengar suara, “Ada apa, sayang, kok tumben malam-malam telepon? Belum puas dengan layananku tadi siang?” Saya kaget dan segera menutup telepon. Selama ini saya tidak pernah membuka ponsel suami, demikian pula sebaliknya.
Saya hanya bengong sampai ia terbangun untuk shalat malam (kok bisa ya, ia shalat tapi juga berzina?). Tadinya ia tidak sadar. Tapi setelah melihat saya sedang memegang ponselnya, ia langsung menangis, lalu mengaku dan minta maaf serta berjanji akan memutuskan perempuan itu. Saya tidak pernah bertanya-tanya. Suami mengganti nomor ponselnya dan menjadi sangat baik. Kami tetap sekamar dan saya tetap melayaninya. Tapi, saya tidak bisa membohongi diri bahwa saya tidak percaya lagi padanya. Teganya ia bilang saya kejam. Loh, bukankah dia yang berkhianat?
Saya tidak ingin cerai, Bu. Sudah lama kami hidup bersama sampai datang bencana ini. Tapi, bagaimana caranya agar lupa dan kembali hormat padanya. Saya ingin jaminan ia akan setia. Sulit sekali dan mual rasanya untuk memulai bicara dengannya. Tolong saya Bu! Saya ingin anak saya tetap hormat pada bapaknya. Jazakumullah jawabannya.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Eva, somewhere
Wa’alaikumsalam wr wb.
Eva yth., diamnya Anda pertanda Anda masih punya trauma yang mendalam tentang perselingkuhan suami. Maka, ketika harus bicara, yang berarti mengakui ada perselingkuhan, lidah kelu dan pikiran buntu. Anda tidak kuat karena sebagian diri masih ingin mempertahankan bayangan masa lalu tentang suami yang selalu dianggap baik, setia dan mencintai Anda.
Saya bisa memahami suami merasa tersiksa, karena diamnya Anda tidak memberinya peluang untuk menjelaskan mengapa Anda melakukannya. Padahal bila Anda marah misalnya, ia bisa bilang, “Bunda tidak perhatian sama ayah sih. Sibuk berkarier saja.” Karena peluang tidak ada, lalu muncul sebagai perasaan bahwa Anda kejam.
Kalau Anda menginginkan jaminan bahwa suami tak selingkuh lagi, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Nah, faktor-faktor yang bisa memperkokoh perkawinan inilah yang bisa kita upayakan dan siasati untuk menjaga agar komitmen terhadap pasangan tidak goyah oleh godaan dari luar. Baik oleh perempuan genit atau intensitas pergaulan yang tinggi dengan lawan jenis yang pelan-pelan bisa menumbuhkan rasa nyaman akhirnya muncul perselingkuhan.
Lupa? Tidak bisa Jeng, karena goresan emosinya di hati pasti sangat dalam. Maka, jangan berharap untuk lupa. Lebih baik lakukan, pertama, katakan pada diri bahwa perselingkuhan ini adalah fakta. Tapi, ada fakta-fakta baru yang harus diterima, yaitu suami yang setengah mati ingin merebut kembali perhatian Anda agar percaya padanya. Maka, responlah! Bukankah Anda juga ingin ada perubahan. Ubahlah kerangka berpikir. Jangan memakai perasaan dan harapan negatif, tetapi, fokuslah pada usaha untuk memperkuat komitmen perkawinan. Cegah diri bila mau kembali menoleh saat suami selingkuh. Lihat masa depan, tatap dengan optimisme.
Lalu, bukalah diri, dan suruh diri menikmati upaya suami menyenangkan Anda. Buang kecenderungan pikiran seperti, “Ah, pura-pura.” Atau “Coba kalau aku tidak buka ponselmu?” Membuka ponsel suami adalah kehendak Allah untuk menyadarkan suami. Lawan pikiran buruk dengan mengaktifkan kembali momen-momen manis di masa lalu, ketika Anda merasa bahwa suami sayang pada Anda dan anak-anak. Ekspresi cinta memang tidak seperti dulu lagi, tapi bangunlah kembali rasa percaya di antara Anda dan suami. Belajar mencintai, kali ini dengan lebih dewasa dan lebih realistis. Maka, Anda berdua pasti punya peluang yang kedua untuk saling menyayangi dan menghormati. Semoga Allah merahmati keluarga Anda. Amin.
Kami membuka rubrik tanya jawab masalah keluarga. Pembaca bisa mengutarakan persoalan dengan mengajukan pertanyaan. Pengasuh rubrik ini, Emmy Wahyuni, SPsi. seorang pakar psikologi, dengan senang hati akan menjawabnya.
Sumber: Majalah SM No 7 Tahun 2018