PRM Jenderal Sudirman (PRM “Istimewa”) Resmi Berdiri di Kawasan Metropolitan Jakarta

PRM Jenderal Sudirman (PRM "Istimewa") Resmi Berdiri di Kawasan Metropolitan Jakarta

 JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Seabad yang lalu, KHA Dahlan pernah berucap, “Muhammadiyah yang akan datang berbeda dengan saat ini. Karena itu, warga muda mudi Muhammadiyah hendaklah terus menempuh pendidikan serta menuntut ilmu pengetahuan di mana dan ke mana saja. Jadilah kamu dokter, jadilah insinyur dan lain sebagainya, kemudian kembalilah ke Muhammadiyah setelah itu.”

Dilandasi pesan Kiai Dahlan tersebut, Pimpinan Ranting “Istimewa” Muhammadiyah (PRIM) Jenderal Sudirman resmi dilantik pada Hari Ahad, 13 Desember 2020, dengan Ketua Ir. Agus S. Djamil M.Sc. Pelantikan dilaksanakan di Aula Gedung PDM Muhammadiyah Jakarta Selatan dan dihadiri secara virtual oleh para pengurus. Pelantikan ini bersamaan dengan acara Musyawarah Pimpinan Daerah Jakarta Selatan.

Dalam sambutannya, Drs Daliman Sofyan, Ketua PDM Jakarta Selatan menyampaikan harapannya pada PRIM ini sebagai suatu aset gerakan agar terus membina kerjasama, koordinasi dan sinergi dengan jajaran organisasi.

Ranting ini adalah Ranting “Istimewa” pertama di Indonesia bagi Muhammadiyah. Mengapa disebut Ranting Istimewa? Karena berbeda dari Ranting pada umumnya yang berbasis wilayah fisik/geografis, Ranting Istimewa Jendral Sudirman ini berbasis komunitas sekaligus menapak pada kawasan aktifitas keseharian para anggota. Terutama wadah bagi para pekerja kantoran di kawasan  komersial tersibuk di Indonesia, Segitiga Emas Jalan Sudirman-Thamrin-Kuningan Jakarta dan sekitarnya.

Nama “Jendral Sudirman” diambil karena mayoritas anggotanya adalah para pekerja professional yang berkantor di Jalan Jenderal Sudirman sebagai pusat bisnis, keuangan dan komersial di DKI Jakarta. Kebetulan pula, Jendral Sudirman adalah pahlawan, teladan guru Muhammadiyah dan aktifis Pandu Hizbul Wathon (HW).

Tema besar yang diusung dalam gerakan dakwah PRIM Sudirman adalah halal urban lifestyle. Ini sesuai dengan kebutuhan komunitas sasaran dakwah. Topik dakwah yang akan digarap seperti parenting, karier, management & leadership, kekerasan seksual, investasi saham syariah, green live style, good governance dan sejenisnya.

Kegiatan yang sudah dilaksanakan selama Ranting Istimewa ini belum diresmikan adalah pengajian pengurus dwi mingguan, pengajian umum anggota bulanan, merawat berbagai akun social media untuk menjangkau anggota dan calon anggota millenial, serta pendekatan silaturahim.

Ini langkah awal untuk implementasi dakwah Muhammadiyah berbasis Komunitas. Sekaligus tegukan awal penghilang dahaga bagi para pekerja yang dulunya pernah bersekolah atau kuliah atau mendapat pendidikan di Muhammadiyah, ataupun pernah aktif di Muhammadiyah. Atau bagi mereka yang pernah ikut dalam segenap ortomnya seperti Tapak Suci, Hizbul Wathon, IMM, IPM, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiah, ataupun mereka yang  memang berasal dari Keluarga Muhammadiyah.

Gagasan suatu ranting atau cabang formal berbasis komunitas bermula dari diskusi warga Muhammadiyah pada forum Muhammadiyah_Society (MS) di email group. Seiring dengan berkembanganya teknologi di bidang IT, forum diskusi bergeser ke beberapa platform social media. Forum diskusi M_S pun beralih ke grup Whatsapp.

Ranting ini diharapkan bisa menjadi ladang gerakan ber-Muhammadiyah bagi para anak didik Muhammadiyah khususnya bagi urban professional di jantung Jakarta dan konektifitas global.  Selain tentunya sebagai sarana gerakan dakwah yang mempererat silaturahim jejaring masjid dan musholla di kawasan gedung-gedung pencakar langit Jakarta.

Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998-2005, Ahmad Syafii Maarif menyambut baik peresmian dan pelantikan PRIM Jenderal Sudirman ini. “Sangat menggembirakan inisiatif anak-anak muda Muhammadiyah Jakarta ini,” tuturnya. Diharapkan Muhammadiyah dapat mewarnai kehidupan warga urban yang semakin rindu pada agama.

Guna kemajuan PRIM Jenderal Sudirman, Buya Syafii menyarankan beberapa hal. Pertama, Ranting istimewa ini mesti berfikir besar untuk kerja-kerja lanjutan yang melampaui kawasan Soedirman. Kedua, untuk menopang kerja lanjut itu perlu digerakkan iuran anggota minimal Rp. 500.000 per bulan. “Gerakan iuran ini sudah lama mati suri di seluruh Indonesia. Jika Ranting Soedirman punya anggota 100 orang, misalnya, maka dana yang mungkin terkumpul adalah Rp. 50.000.000 per bulan,” tutur Buya.

Ketiga, kata Buya Syafii, dana ini bisa digunakan untuk keperluan kegiatan ranting, beasiswa S2-S3 untuk anak-anak Muhammadiyah potensial, tapi tidak cukup bekal untuk studi lanjut. “Saya agak tahu peta intelektual muda Muhammadiyah yang perlu dibantu,” ungkap Buya. Keempat, jika dana itu terkumpul agak banyak, ranting Soedirman dapat mengembangkan sayapnya untuk turut menghidupkan ranting-ranting lain yang nyaris mati di berbagai daerah di Indonesia.

Kelima, Buya Syafii sangat berharap Ranting ini sukses dan penjadi percontohan. “Sekiranya ranting Soedirman ini dapat dijadikan sebagai pilot project yang berhasil, maka virus positifnya dapat ditularkan ke kota-kota lain. Bisa dibayangkan dampak dahsyatnya untuk pemberdayaan SDM dengan kualitas tinggi,” tukas Buya Syafii Maarif. (NL/MK/HI/ASD/ASM/RBS)

Exit mobile version