Nabi Muhammad SAW (9), Mulai Berdakwah
Oleh: Yunahar Ilyas
Ada beberapa tugas yang dibebankan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam Surat Al-Mudatsir ini: 1. Tugas untuk menyampaikan dakwah dan memberi peringatan (bangunlah, lalu beri peringatan!); 2. Tugas untuk melaksanakan segala perintah Allah (dan Tuhanmu agungkanlah); 3. Tugas membersihkan diri lahir dan batin (dan pakaianmu bersihkanlah); 4. Tugas menjauhi segala hal yang menyebabkan datangnya murka Allah (dan perbuatan dosa tinggalkanlah). (Ar-Rahiq al-Makhtum, hal. 84-85)
Setelah turun Surat Al-Mudatir ini Rasulullah SAW bangkit berdiri. Terhitung sejak itu sampai lebih dari 20 tahun berikutnya, tidak ada lagi kata istirahat bagi beliau. Hidupnya bukan lagi untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Beliau menapaki jalan dakwah tiada ujung. Memikul beban berat yang meletihkan.Sedikitpun tiada goyah. Mengemban misi kemanusian, beban akidah, beban perang. Hidup dalam suasana konflik terus menerus selama hamir seperempat abad. (Ar-Rahiq al-Makhtum, hal. 85)
Nabi Muhammad Dakwah Secara Rahasia
Setelah turunnya Surat Al-Mudatsir, mulailah Rasulullah berdakwah di jalan Allah. Pertama sekali Rasulullah SAW mengajak orang terdekat beliau, yaitu Khadijah Radhiallahu’anha, isteri setia yang sudah mendampingi beliau selama lebih 15 tahun. Khadijah sangat mengenal Nabi Muhammad SAW, dan Nabi Muhammad SAW pun sangat mengenal Khadijah sebagai penyuka kebenaran dan kebaikan. Benar saja, Khadijah segera menyambut seruan Nabi. Perempuan mulia itulah orang pertama yang menerima seruan Nabi. Di susul kemudian oleh Zaid ibn Haritsah, mantan budak yang sudah beliau perlakukan sebagai anak sendiri. Nabi sangat menyayangi Zaid, apalagi anak laki-laki Nabi semua meninggal pada waktu balita.
Zaid juga sangat menyayangi abi Muhammad SAW dan tatkala disuruh memilih kembali kepada kedua orang tuanya dan sanak familinya atau tetap bersama Nabi Muhammad SAW, Zaid memilih yang kedua. Oleh sebab itu tidak ada keraguan sedikitpun bagi Zaid untuk menerima ajakan Nabi. Setelah Zaid, Nabi juga mengajak Ali ibn Abi Thalib, putera pamannya yang selama ini hidup di bawah asuhan Nabi sendiri. Waktu itu Ali masih kanak-kanak. Ali lah kanak-kanak yang pertama masuk Islam. Tentu saja Nabi juga mengajak puteri-puteri beliau tercinta. Setelah keluarga dekat, Nabi kemudian mengajak sahabat terdekat beliau, Abu Bakar ash-Shiddiq. Sahabat karib Nabi ini segera menerima ajakan Nabi.
Abu Bakar adalah pribadi yang menyenangkan. Orangnya lemah lembut, simpatik, luwes dalam pergaulan, suka menolong orang yang kesulitan. Para pemuka kaumnya sering mendatanginya. Mereka menyukai Abu Bakar karena pengetahuannya, kemampuannya berdagang dan pergaulannya yang baik. Abu Bakar mengajak masuk Islam teman-temannya seperti Utsman ibn Affan, Zubair ibn ‘Awwam, Abdurrahman ibn ‘Auf, Sa’ad ibn Abi Waqas dan Thalhah ibn Ubaidillah. Mereka inilah kelompok pertama dari generasi awal yang masuk Islam.
Setelah kelompok pertama ini, masuk Islamlah puluhan orang lainnya baik laki-laki maupun perempuan dari suku Quraisy, seperti Abu Ubaidah ibn Jarrah, Abu Salamah al-Makhzumi beseta isterinya Ummu Salamah, Arqam ibn Abi al-Arqam al-Makhzumi, Utsman ibn Mazhum al-Jumahi, Ja’far ibn Abi Thalib berserta isterinya Asma’ binti Umais, Ummu Aiman,Ummul Fadhl Lubabah binti Harits, isteri Abbas ibn Abdul Muthallib, Asma’ binti Abi Bakar dan lain-lain.
Dari luar Quraisy masuk Islamlah Abdullah ibnmMas’ud al-Hadzali,Mas’ud ibn Rabi’ah al-Qari, Abdullah ibn Jahasy al-Asadi, Bilal ibn Rabbah al-Habsyi, Shuhaib ibn Sinan ar-Rumi, Ammar ibn Yasir al-Ansi dan ayahnya Yasir serta ibunya Sumayah, Amir ibn Fuhairah dan lain-lain.
Mereka yang awal-awal masuk Islam ini lah yang isebut as-Sabiqun al-Awwalun.
Selama 3 tahun pertama, Nabi Muhammad SAW berdakwah secara sembunyi-sembunyi, belum secara terbuka. Ibadah yang sudah diperintahkan pada pariode ini adalah shalat dua kali sehari, yaitu sebelum matahari terbit dan setelah matahari terbenam. Generasi awal ini melaksanakan shalat secara sembunyi-sembunyi di tempat-tempat terpencil agar tidak diketahui oleh masyarakat umum. Walaupun demikian, gelagat ini tercium juga oleh beberapa orang kafir Quraisy. Mereka mulai membicarakan tentang agama baru yang dibawa Muhammad. Sebagian sudah mulai menampakkan ketidaksukaannya, tetapi mereka belum memberikan perhatian serius, karena Nabi belum menyerang keyakinan dan ritual-ritual kemusyrikan mereka.
Nabi Muhammad Dakwah Secara Terbuka
Walupun belum dalam jumlah besar, tapi komunitas Muslim sudah mulai terbentuk. Mereka mulai bahu membahu dan tolong menolong. Generasi awal ini sudah digembleng dan disiapkan untuk mengemban tugas dakwah yang penuh tantangan. Maka turunlah firman Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mulai berdakwah secara terang-terangan. Tidak lagi sembunyi-sembunyi sebagaimana sudah berlangsung selama tiga tahun. Allah SWT berfirman:
وَأَنذِرۡ عَشِيرَتَكَ ٱلۡأَقۡرَبِينَ
“dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat… “ (Q.S. Asy-Syu’ara 26: 214)
Surat as-Syu’ara diturunkan di Mekkah. Dalam Surat ini dikisahkan perjuangan dakwah Nabi Musa AS menghadapi Fir’aun, do’a-doa Nabi Ibrahim AS, perjalanan panjang Nabi Nuh AS berdakwah dan hanya sedikit sekali yang mengikuti beliau. Dikisahkan juga tentang kedurhakaan kaum ‘Ad memghadapi Nabi Hud AS, pembangkangan Tsamud terhadap Nabi Shalih AS. Juga dikisahkan tentang kaum Luth AS, tentang Nabi Syu’aib AS dan ashhabul aikah. Semua kisah itu dimaksudkan untuk menguatkan hati Nabi dan para pengikutnya generasi awal dalam melaksanakan tugas risalah yang akan mendapatkan tantangan berat dari kuam musyrikan Quraisy.
Perjalanan dan perjuangan Musa membawa Bani Israil keluar dari Mesir, bagaimana mereka dikejar oleh Fir’aun dan balatentaranya, bagaimana Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dengan menenggelamkan Fir’aun dan balatentaranya di laut merah… tentu memberikan inspirasi dan semangat kepada Nabi dan as-sabiqun al-awwalaun untuk siap menerima resiko dakwah dan optimis pada akhirnya Allah SWT akan memberikan kemenangan kepada orang-orang yang beriman.
Setelah turun ayat ini Nabi Muhammad SAW mengumpulkan keluarganya, Bani Hasyim. Jumlahnya sekitar 45 orang. Tapi belum lagi Nabi mulai bicara Abu Lahab sudah angkat bicara mengingatkan Nabi untuk tidak menyampaikan keyakinannya, pakailah untuk dirimu sendiri, agar kamu tidak menghadapi suku Quraisy, kata Abu Lahab. Pada pertemuan pertama itu Nabi tidak jadi menyampaikan sepatah katapun. Beliau kembali mengundang mereka untuk kali kedua pada kesempatan lain. Pada kesempatan kedua ini Nabi Muhammad SAW berkata:
“Segala puji bagi Allah. Aku senantiasa memuji-Nya dan memohon pertolonngan-Nya. Aku beriman kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya.” Rasulullah melanjutkan: “Sungguh seorang pemimpin tidak akan mendustakan keluaganya sendiri. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian dan kepada seluruh umat manusa. Demi Allah, kalian benar-benar akan mati sebagaimana kalian tidur nyenyak. Dan kalian benar-benar akan dibangkitkan sebagaimana kalian bangun dari tidur. Kalian pasti akan diminta pertanggungjawaban atas segala yang kalian perbuat sedangkan pilihannyya hanya surga abadi atau neraka abadi “ (besambung)
Sumber: Majalah SM Edisi 20 Tahun 2018