Assalamu’alaikum wr wb.
Ibu Emmy yth., saya (26 tahun) adalah pengantin baru. Saya menikah dengan lelaki yang berasal dari keluarga besar. Suami adalah anak ketiga dari 5 bersaudara dan dia adalah lelaki satu-satunya. Kami masih tinggal di rumah mertua. Terus terang, saya masih canggung dalam bersikap kepada mertua dan ipar-ipar saya. Menurut saya, selama beberapa bulan ini mereka baik pada saya. Semoga sampai nanti mereka tetap baik bukan hanya di depan saya saja tapi juga di belakang saya.
Supaya saya dengan mertua dan ipar tetap bisa berelasi dengan baik, apa yang sebaiknya saya lakukan?memang selama ini saya yang banyak mengalah dan diam. Tapi, kan tidak bisa selamanya saya bersikap begitu? Terutama, bila ada sesuatu yang tidak pas menurut saya. Mohon sarannya. Jazakumullah atas jawabannya.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Ina, somewhere
Wa’alaikumsalam wr wb.
Jeng Ina yang baik, di budaya kita, Indonesia, ikatan keluarga besar memang sangat erat, sehingga tidak mungkin istri atau suami hanya mengenal dan berhubungan dengan pasangannya. Atau bersikap abai terhadap anggota keluarga pasangan yang lain, termasuk ipar. Istri atau suami pun memang harus mengenal dan membina keakraban dengan ipar, keponakan dan anggota keluarga lainnya. Akan tetapi, berelasi terkadang tidak sesuai harapan ada yang bisa akrab dengan ipar perempuan, tapi ada pula yang bentrok.Namanya manusia, ada yang cocok, ada yang tidak cocok, ada yang iri dan sebagainya. Bumbunya banyak.
Hubungan dengan ipar, khususnya istri dengan ipar perempuan bisa dibilang spesial dan berbeda dengan hubungan pertemanan. Hubungan pertemanan biasanya terbangun oleh kesamaan usia, sosial ekonomi, pekerjaan dan minat. Alhasil, kecocokan lebih gampang terbina karena “nyambung”. Sementara hubungan dengan ipar tida didasarkan aspek-aspek di atas. Bisa jadi, usia ipar lebih muda atau lebih tua, lebih kaya atau lebih pintar. Karena perbedaan ini, proses adaptasi membutuhkan energi yang lebih besar dan lebih kompleks. Misal, ipar sangat dihormati suami dan keluarga besarnya, sehingga istri butuh siasat tertentu untuk menjalin hubungan dengan ipar tadi. Karena, jika tidak bisa menyesuaikan, bisa timbul masalah dan gesean yang sebenarnya tidak perlu.
Masalah yang sering timbul dengan ipar adalah istri dibanding-bandingkan dengan anggota keluarga lain, bisa dalam hal masak, menata rumah atau hal lain. Belum lagi, kadang ipar bersikap sinis, apa-apa dikomentari seakan-akan istri tidak ada benarnya. Untuk menghadapinya, hal-hal di bawah bisa dilakukan :
- Jangan mudah terpancing. Kesalahan perempuan yang sering terjadi adalah mudah terpancing. Misal, karena dibandingkan dalam hal memasak muncullah ego, “Kalau dia bisa, kenapa saya enggek?” akibatnya, muncul rasa iri dan persaingan tidak sehat. Lalu hubungan jadi renggang.
- Lebih mendekat. Sebaiknya disadari bahwa ipar adalah saudara suami yang harus dihormati. Kita tak perlu menjadikan persaingan atau perselisihan semakin tajam. Sebaiknya mendekat saja. Untuk melakukan ini memang butuh kebesaran hati. Apalagi menghadapi ipar yang sinis. Buat diri menjadi sahabatnya, sehingga ia tak punya alasan bersikap sinis lagi.
- Bersikap fleksibel..hindarilah sikap berseberangan dengan ipar. Jadi, tak perlu membalas sikap ipar yang sinis dengan berlaku sinis pula. Bila sedang tidak tahan ya menjauh sejenak itu lebih baik dari pada berkonflik.
- Jangan membawa konflik dengan ipar ke ranah publik. Misal memasang status di media sosial. Sebisa mungkin masalah segera diselesaikan. Kalau perlu minta maaf dulu atau memaafkannya dulu. Itu sifat yang baik dan terpuji.
Semoga hal-hal di atas bisa membantu Ina dalam menghadapi mertua dan ipar.
Sumber: Majalah SM Edisi 13 Tahun 2018