Nabi Muhammad SAW (10), Menyeru Dari Atas Bukit Shafa

Nabi Muhammad SAW (10), Menyeru Dari Atas Bukit Shafa

Oleh: Yunahar Ilyas

Abu Thalib bekomentar: “Kami tidak bisa membantumu, atau menerima semua nasihatmu, atau mempercayai kebenaran ucapanmu. Mereka dari keluarga ayahmu ini sudah sepakat dan aku salah satu dari mereka.  Namun akulah orang yang pertama kali mendukung apa yang kau inginkan. Maka teruskanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku akan selalu melindungimu. Hanya aku pribadi belium siap untuk meninggalkan agama Abdul Muththalib.”

Abu Lahab menyergah:”Demi Allah, ini betul-betul kabar buruk. Hentikan dia sebelum orang lain melakukannya.”  Abu Thalib bersikeras. “Demi Allah, kami tetap akan melindunginya selagi kami masih hidup.”  ( Ar-Rahiq al-Makhtum hal. 91-92)

Setelah yakin dengan perlindungan sang paman, Abu Thalib, Nabi Muhammad saw kemudian menyampaikan dakwahnya secara terbuka kepada penduduk Makkah. Beliau  mendaki bukit Shafa. Di puncak batunya yang paling tinggi beliau menyeru, “Ya shabahah!” Ini merupakan seruan peringatan yang lazim digunakan untuk mengabarkan adanya serangan musuh atau terjadinya peristiwa besar.

Lalu Rasulullah memanggil suku Quraisy kabilah per kabilah: Bani Fihr, Bani Uday, Bani Abdi Manaf,  dan Bani Abdul Muththalib, semua diseru. Mereka segera mendatangi beliau, termasuk  Abu Lahab. Nabi Muhammad saw kemudian bertanya kepada mereka: “Menurut kalian, kalau kukabarkan bahwa ada pasukan berkuda di lembah di kaki gunung sana yang hendak menyerang kalian, percakah kalian kepadaku?

Mereka menjawab, “Tentu, kami tidak pernah sekali pun mendapatimu berdusta. Kami tidak pernah mendapatimu berkata-kata, kecuali benar.”

Beliau melanjutkan sabdanya, “Ketahuilah bahwa aku adalah pemberi peringatan kepada kalian tentang siksa yang mahadahsyat. Perumpamaanku dengan kalian adalah ibarat seseorang yang melihat adanya musuh, lalu bergegas mencarikan dan menunjukkan tempat yang tinggi agar kalian terhindar dari serbuan mereka. Dia khawatir pihak musuh akan mendahului menyerangnya, maka dia memanggil-manggil, ‘Ya shabahah!”

Selanjutnya Rasulullah menyeru mereka kepada kebenaran dan mengingatkan mereka  akan siksa Allah. Beliau bersabda, “Wahai saudara-saudara Quraisy, tukarkanlah jiwa kalian demi Allah. Selamatkanlah diri kalian dari api neraka, sebab aku tidak membawa bahaya ataupun manfaat yang bisa menghindarkan kalian dari siksa Allah. Aku sama sekali tidak bisa membantu untuk menghindar dari siksa Allah.”

Setelah memberikan peringatan secara umum kepada kaum Quraisy, Nabi Muhammad saw kemudian menyeru  nama-nama kabilah satu persatu mulai dari Bani Ka’ab ibn Lu’ay, Bani Qushay, Bani Abdi Manaf.  Bani Abdi Syams, Bani Hasyim sampai  Bani Abdul Muththalib. Kepada mereka semua Nabi Muhammad mengingatkan: “Selamatkanlah diri kalian dari siksa Allah, sebab aku tidak membawa bahaya ataupun manfaat yang bisa menghindarkan kalian dari siksa Allah. Aku sama sekali tidak bisa membantu kalian menghindar dari siksa Allah.”

Kemudian Nabi Muhammad saw menyeru secara khusus paman beliau Abbas ibn Abdul Muththalib, dan bibi beliau  Shafiyah binti Abdul Muththalib. Kepada masing-masing Nabi Muhammad menyatakan: “Aku sama sekali tidak bisa membantumu menghindar dari siksa Allah.” ( Ar-Rahiq al-Makhtum hal. 92-93)

Setelah Nabi Muhammad saw selesai menyampaikan peringatan, orang-orang pun berpencar membubarkan diri. Tidak ada sedikitpun respons dari mereka. Hanya Abu Lahab seorang yang menanggapi Rasulullah dengan cara yang buruk. Katanya, “Celakalah engkau selama-lamanya! Hanya untuk inikah engkau mengumpulkan kami semua?” Setelah itu turunlah firman Allah:

تَبَّتۡ يَدَآ أَبِي لَهَبٖ وَتَبَّ مَآ أَغۡنَىٰ عَنۡهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ سَيَصۡلَىٰ نَارٗا ذَاتَ لَهَبٖ وَٱمۡرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلۡحَطَبِ فِي جِيدِهَا حَبۡلٞ مِّن مَّسَدِۢ

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. (Q. S. Al-Lahab 111-1-5)

Pembawa kayu Bakar dalam bahasa Arab adalah kiasan bagi penyebar fitnah. Isteri Abu Lahab disebut pembawa kayu Bakar karena dia selalu menyebar-nyebarkan fitnah untuk memburuk-burukkan Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslim. (Catatan Kaki nomor 1608 Al-Qur’an dan Terjemahnya)

Kenapa Abu Lahab sejak awal sudah sangat apriori dengan seruan Nabi? Dalam pertemuan pertama Abu Lahab langsung memotong dan tidak memberi Nabi kesempatan menyampaikan misinya. Dalam pertemuan di Bukit Shafa Abu Lahab langsung mengumpat Nabi, keponakannya itu. Selama ini hubungan Nabi dengan pamannya itu baik-baik saja. Bahkan dua pueri Nabi yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum dinikahkan dengan dua orang putera Abu Lahab. Ruqayyah dinikahkan dengan Utbah ibn Abi Lahab, sedangkan Ummu Kultsum dinikahkah dengan Utaibah ibn Abi Lahab. Waktu dinikahkan kedua puteri Nabi itu belum berumur 10 tahun.

Setelah peristiwa di atas Bukit Shafa itu, Abu Lahab memaksa kedua puteranya menceraikan dua puteri Nabi tersebut. Keduanya diceraikan sebelum mereka sempat bergaul sebagai suami isteri. Ruqayah kemudian dinikahkan dengan Utsman ibn Affan. Setelah Ruqayyah meninggal pada tahun kedua Hijrah Utsman menikahi Ummu Kultsum pada tahun ketiga hijriyah. Oleh sebab itu Utsman digelari Dzu Nurain (yang punya dua cahaya).

Kembali kepada pertanyaan kenapa Abu Lahab langsung menentang Nabi? Abu Lahab berambisi untuk menggantikan kedudukan Abu Thalib sebagai pemimpin Quraisy jika saudaranya itu nanti  meninggal dunia. Oleh sebab itu dia berusaha sekuat tenaga untuk membangun citra sebagai seorang pemimpin yang pantas dihormati. Tetapi begitu keponakannya Nabi Muhammad mengumumkan tiada tuhan melainkan Allah semata, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, maka Abu Lahab langsung terusik.

Dia paham sekali, jika ajakan keponakannya diikuti,  pertama dia akan kehilangan pengaruh terhadap suku Qurasy yang menyembah banyak tuhan. Kedua, kalau dia mengakui Nabi Muhammad sebagai utusan Allah tentu dia akan mengikuti Nabi Muhammad dan menjadikannya sebagai pemimpin. Itu semua berarti ambisinya untuk menjadi pemimpin Quraisy akan buyar. Itulah sebabnya sejak awal dia harus menentang Nabi Muhammad.

Abu Lahab adalah satu-satunya paman Nabi yang menentang beliau dengan keras, bahkan memusuhi. Paman yang mengasuh beliau sejak berumur 8 tahun Abu Thalib, tidak beriman tapi bertekad dan konsisten melindungi Nabi. Sementara Abbas paman beliau yang lain tidak memberi respon, mendukung tidak, menentang juga tidak. Nanti setelah menjadi tawanan Perang Badar baru Abbas beriman. Yang lebih awal beriman di antara paman-paman beliau adalah Hamzah yang umurnya sebaya dengan Nabi. Nanti Hamzah gugur sebagai syahid dalam Perang Uhud.

Dari atas Bukit Shafa itu lah Nabi memulai dakwah beliau secara terang-terangan.  Tidak lagi sembunyi-sembunyi. Tidak peduli jika akan mendapat tantangan dari kaum musyrikin. Apalagi setelah turun firman Allah SWT:

فَٱصۡدَعۡ بِمَا تُؤۡمَرُ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.’ (Q. S. Al-Hijr  15: 94) (bersambung)

Sumber: Majalah SM Edisi 21 Tahun 2018

Exit mobile version