Kucing Pikun

Kucing Pikun

Kucing Pikun

Oleh: Bagus Kastolani

Di halaman belakang rumah, saya sering memberi makan kucing-kucing kampung yang sering nongkrong di sana. Suatu malam saat saya duduk di dekat kucing-kucing itu, ada seekor tikus kecil yang melintas dengan santainya di depan kucing-kucing yang tengah kelaparan. Sejenak saya mengurungkan niat untuk memberi makan kucing. Saya ingin melihat kucing-kucing kelaparan tadi mengejar, menerkam dan memangsa tikus belagu tadi. Namun yang membuat saya tercengang adalah beberapa kucing diam saja saat si tikus melintas, bahkan ada satu kucing yang lari ketakutan ketika tikus ini menghampirinya. Padahal secara logika, kucing-kucing ini sedang kelaparan dan ada mangsa di depan mereka. Kenapa mereka hanya diam bahkan ada yang ketakutan?

Kalau ketemu sutradara film Tom and Jerry, suatu film kartun lawas yang menggambarkan permusuhan abadi antara kucing dan tikus, saya ingin menyampaikan bahwa film ini sudah tidak relevan dengan kenyataan sekarang. Kalau dalam film digambarkan kucing selalu memburu, mengejar dan ingin memangsa tikus. Tapi sekarang ini sebaliknya, justru kucing yang takut kepada tikus.

Apakah ini salah sutradara? Salahnya kucing? Atau salah si tikus? Saya merenung tentang kucing PHP (Pemberi Harapan Palsu)… besar harapan saya memelihara kucing agar bisa memburu tikus namun harapan itu nol besar. Dalam perenungan itu saya mendapatkan pelajaran bahwa yang salah adalah saya. Lhooo kenapa saya salah? Karena saya memanjakan kucing-kucing ini untuk bergantung kepada saya dalam urusan memberikan makan. Saat saya datang ke halaman belakang, semua kucing menantikan makanan dari saya bak menunggu artist favoritnya. Saya yang terlalu memanjakan mereka dengan makanan instan sehingga mereka menjadi kucing lupa tikus.

Mari kita analogikan dengan kehidupan kita. Apabila kita selalu diberikan oleh Allah SWT semua nikmat tanpa berusaha maka kita juga menjadi kucing pikun yang tidak punya naluri alami. Jika permintaan kita selalu dituruti oleh Allah SWT maka insting manusiawi kita tidak akan terasah, kita akan lupa cara berusaha dan berdoa kepada Rabb kita. Orang yang tidak pernah beribadah kepada Allah SWT namun terus diuji dengan banjirnya kekayaan (istidraj) sesungguhnya dijadikan Allah SWT sebagai kucing pikun… lupa akan hakikat dirinya sebagai hamba Allah SWT dan semakin menjauh dari jalan Allah SWT. Sebaliknya jika kita semakin mendekat kepada Allah SWT dan terus diuji keimanan kita maka yakinlah Allah SWT sedang mengasah naluri kemanusiaan kita sebagai hamba Allah SWT dengan berikhtiar agar terus mendekat dan meminta hanya kepada Allah Ta’ala. Bukankah Allah SWT sebagaimana dengan yang diprasangkakan oleh hambaNya?

Huwallahu a’lam bi showab.

Penulis: Staf pengajar Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya

Sumber: Majalah SM Edisi 06 Tahun 2020

Exit mobile version