Masuk Surga dengan Selembar Masker
seluruh perbuatan manusia di dunia berkorelasi dengankehidupan kelak di akhirat. Termasuk pilihan memakai atau tidak memakai masker. Pilihan itu bisa menjadi sebab kita masuk syurga atau neraka kelak di akhirat.
Islam adalah agama yang tidak pernah membedakan dan memisahkan urusan dunia dari agama (akhirat). Keduanya adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Bagi seorang mulsim, kebahagiaan di Akhirat adalah tujuan akhir dari hidup manusia di dunia. Sementara, dunia adalah jembatan dan ladang bercocok tanam untuk dituai panennya di Hari Kemudian.
Karenanya, apa yang dilakukan seorang muslim dunia pasti dan senantiasa berpengaruh atas kehidupannya di Akhirat nanti. Seorang muslim akan menyadari betapa seluruh hidup dan kehidupan yang dilakukannya di dunia adalah bagian dari beragama (beribadah) untuk kehidupan Akhiratnya. Untuk itu, Islam mengatur semua problematika kehidupan manusia di dunia ini dengan rambu-rambu tata nilai yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Beribadah itu bukan hanya shalat, puasa, haji dan segala hal yang berkaitan dengan ritual personal-vertikal dengan Allah. Namun, seluruh kehidupan social-kemanusiaan seorang muslim berkait erat dengan agama dan Akhiratnya, termasuk di dalamnya adalah bermasker. Selembar masker bisa menentukan nasibnya kelak di Akhirat.
Bermasker adalah salah satu dari tiga hal yang amat sangat, kalau tidak diwajibkan, dalam hal protocol kesehatan di masa pandemi covid-19. Di samping mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak (physical distancing). Lalu, bagaimana mungkin selembar masker bisa mengantarkan seseorang ke dalam surga-Nya?
Pertama, dengan bermasker seseorang bisa melindungi diri sendiri. Allah dan Rasul-Nya mendidik kita untuk melindungi diri dari hal-hal yang membahayakan agar tetap sehat. Dengan sehat seseorang bisa terjaga dari penyakit. Mukmin yang sehat akan bisa menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah dan Rasul-Nya dengan lebih baik. Menjaga dan memelihara karunia Allah juga bagian dari rasa syukur atas nikmat-nikmat-Nya.
Kedua, dengan bermasker seseorang bisa menjaga dan melindungi orang lain. Seorang muslim dilarang untuk menyakiti orang lain dengan keburukan dan rasa sakit (badan, perasaan dan pikiran) sekecil apapun. Apalagi jika hal itu bisa menyebabkan pada kematian. Atas perilaku yang menyakitkan orang lain itu, maka ia akan dimintai pertanggungjawaban di Hari Akhir.
Banyak orang yang tidak merasa dan tidak (mau) tahu bahwa dirinya terjangkit covid-19. Saat itu pula ia (bisa) tidak sadar jika menularkan virus pada orang lain yang ujungnya adalah kematian. Dalam QS. Al-Maidah: 32, Allah mengingatkan, “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya.”
Ketiga, bermasker itu tanda bahwa seseorang diingatkan agar tidak terlalu banyak berbicara tentang hal-hal yang kurang berguna, apalagi penuh dosa. Dengan masker yang menutupi mulut dan hidungnya, seseorang sesungguhnya diingatkan untuk menjaga mulut dan lisannya agar tidak mudah menggunjing dan berbicara yang menyakitkan. Diam itu akan menjadi emas manakala berbicara itu tidak ada manfaatnya. Rasulullah pernah mengingatkan, “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik-baik saja atau hendaklah ia diam.” (HR. Bukhari Muslim)
Keempat, orang bermasker sesungguhnya sedang diingatkan untuk mengurangi sifat kebinatangannya, terutama dalam hal makan dan minum. Allah mengingatkan dalam QS. Al-A’raf: 31, “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.” Manusia tidak dianjurkan untuk makan secara berlebihan. Selain mubazir, Rasulullah juga telah menganjurkan umat Islam untuk makan secukupnya saja. Makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.
Suatu saat Ibnu Umar r.a. bercerita tentang seorang lakil-laki yang bersendawa di hadapan Nabi. Lalu, “Beliau berkata, “Hentikan sendawamu itu dari kami, karena orang yang paling banyak kenyang di dunia, ia akan menjadi orang yang paling lama laparnya di hari kiamat.” Seseorang yang banyak makan itu cenderung ngantukan, suka tidur dan akhirnya mudah melalaikan perintah Tuhan.
Makan terlalu kenyang akan merusak terhadap watak seseorang (mu’dzin lil-mizaj), menghilangkan kecerdasan, menjadikan hati semakin keras, menumpulkan empati kepada orang yang hidup lebih susah, dan membuat malas dalam menjalankan ibadah. “Tiada tempat yang manusia isi yang lebih buruk ketimbang perut. Cukuplah bagi anak adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya) maka hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas.” (HR. Ahmad)
Kelima, seseorang yang bermasker, terutama pada seorang wanita, akan mengurangi kemaksiatan seorang laki-laki yang ditimbulkan dari pandangan penuh syahwatnya. Setidaknya bermaskernya seorang wanita bisa mengurangi dosa memandang dengan nafsu seorang laki-laki.
Keenam, bermasker menurunkan egoisme diri. Seseorang yang merasa dirinya sehat dan mungkin memiliki tahan tubuh yang lebih kuat daripada orang lain lalu bermasker, maka ia akan mendapat dua pahala. Pertama, karena ia tidak mementingkan dirinya sendiri dan bisa menghormati kesehatan orang lain, terutama yang sepuh, dari paparan covid dan penyakit menular lainnya. Kedua, pahala karena ikut melindungi orang lain dari penyakit.
Ketujuh, bermasker itu bisa memantapkan keikhlasan seseorang. Bagaimana tidak, saat berdzikir kapanpun dan di manapun, orang yang bermasker itu tidak akan diketahui oleh banyak orang bahwa ia sedang berdzikir. Saat bekerja, mulutnya melafadzkan kalimat tayyibah. Saat menunggu antrian, ia beristighfar. Saat di perempatan lampu merah, dia bertasbih. Semua tersembunyi di balik selembar masker. Semakin tidak diketahui oleh orang lain, Insyaallah akan semakin ikhlas dalam menjalankannya.
Jika bermasker dilakukan dengan niat beribadah karena Allah, apalagi jika sebelum memakai masker berdoa terlebih dahulu, maka Insyaallah berbagai kebaikan, pahala dan ridha Allah akan dilimpahkan kepadanya. Doa itu misalnya Allahumma inniy a’uudzu bi-kalimati-llah at-tammah min syarri ma khalaq atau bismillahil-ladzi ya yadhurru ma’as-mihi syai’un fil-ardhi wala fis-sama’ wahuwa As-Sami’ Al-‘Alim. Jika hal ini dilakukan secara terus-menerus, maka dengan ijin dan rahmat-Nya Allah akan mengalirkan pahala kebaikan dan memasukkannya ke dalam surga. Amin. Wallahu a’lamu.
Bahrus Surur-Iyunk, Guru SMA Muhammadiyah I Sumenep.