Oleh : Yunahar Ilyas
Kegagalan misi utusan Quraisy memulangkan kaum Muslimin dari Habsyah membuat orang-orang kafir Quraisy di Makkah tambah murka. Mereka semakin meningkatkan tekanan kepada Nabi Muhammad SAW. Segala cara mereka lakukan untuk mengganggu Nabi dan para pengikut beliau. Salah satunya apa yang dilakukan oleh Utbah putera Abu Lahab. Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Utbah menarik baju Nabi dengan kasar ampai robek dan berusaha meludahi muka beliau, untunglah tidak kena. Nabi berdoa:”Ya Allah, terkamlah dia dengan salah satu anjing-Mu”. Allah SWT mengabulkan do’a Nabi. Dalam suatu perjalanan dengan beberapa orang Qurasy, sesampai di Zarqa’ wilayah Syam, malam-malam hari seeokar singa terlihat mondar mandir mengincar mereka. Utbah mulai gentar. “Sungguh celaka saudaraku! Jangan-jangan binatang itu memangsaku seperti do’a Muhammad atasku. Singa itu akan membunuhku, sementara dia ada di Makkah dan aku ada di Syam. “ Teman-temannya berinisiatif melindungi Utbah dengan melingkarinya. Tapi singa itu maloncatinya dan menerkam Utbah sampai tewas. (Ar-Rahiq al-Makhtum, hal. 124)
Di tengah-tengah tekanan yang semakin meningkat itu Hamzah dan Umar masuk Islam. Keislaman dua orang tokoh ini meningkatkan moral kaum Muslimin. Hamzah ibn Abdul Muthallib, paman yang umurnya sebaya dengan Nabi itu masuk Islam di penghujung tahun ke-6 kenabian. Keislaman Hamzah yang dikenal pemberani dan suka berburu bermula dari penghinaan yang dilakukan Abu Jahal terhadap Nabi. Hari itu Abu Jahal berpapasan dengan Nabi di bukit Shafa. Seperti biasa Abu Jahal mengganggu dan menghina Nabi, tapi beliau diam saja tidak membalas dengan satu katapun. Ketenangan dan kesabaran Nabi itu membuat Abu Jahal naik darah dan tanpa pikir panjang menghantam kepala Nabi dengan seongkah batu sampai terluka. Peristiwa itu disaksikan oleh mantan budak perempuan Abdullah ibn Judz’an yang tinggal di sekitar bukit Shafa. Tidak lama kemudian budak perempuan itu melihat Hamzah yang baru saja datang dari berburu. Perempuan itu melaporkan penghinaan yang dilakukan Abu Jahal terhadap Muhammad, anak saudara Hamzah. Di dorong oleh semangat membela kehormatan keluarga, maka Hamzah langsung naik darah dan mencari Abu Jahal yang sedang berkumpul dengan tema-temannya di area masjid. Hamzah langsung mengajaknya berkelahi dan tanpa menunggu jawaban memukul kepala Abu Jahal dengan busur panahnya sehingga terluka. Hamzah berkata lantang kepada Abu Jahal: “Hai Abu Jahal, berani-beraninya kau menghina anak saudaraku, padahal aku sudah memeluk agamanya!” Orang-orang Banu Makhzum yang ada di situ berusaha menghadang Hamzah untuk melindungi Abu Jahal. Tapi Abu Jahal mencegah mereka dan mengatakan: “Biarkan Abu Umarah melakukannya, memang aku telah menghina anak saudaranya dengan cara yang menyakitkan.” Abu Jahal melakukan itu karena khawatir akan terjadi malapetaka yang lebih besar karena kalau Banu Makhzum menyerang Hamzah, tentu Banu Hasyim juga kan bangkit membelanya. (Al-Bidayah wa an-Nihayah, 4: 109)
Pada saat itu Hamzah secara spontan menyatakan keislamannya karena terdorong tidak mau terhina. Pada malam hari Hamzah merasa gelisah, apakah dia sudah benar-benar membenarkan agama yang dibawa Muhammad. Besok paginya dia menemui Nabi dan minta diberi nasehat-nasehat. Lalu Nabi memberikan beberapa nasehat kepada Hamzah sehinga hatinya semakin mantap menjadi seorang Muslim. Sejak itu Hamzah benar-benar menjadi seorang Mukmin dan membela Nabi sampai gugur nanti dalam Perang Uhud.
Sedzangkan leislaman Umar ibn Khathab bermula dari tekad jagoan Makkah itu untuk membunuh Muhammad. Waktu itu Umar berumur antara 30-35 tahun, badannya tegap dan sejak remaja sudah senang bergulat dan naik kuda. Tidak ada pemuda Makkah yang bisa mengalahkannya. Umar seorang yang mosional dan temperamental. Tetapi terhadap keluarga dia bijaksana dan lemah lembut. Dari kalangan Quraisy dia termasuk yang paling keras memusuhi kaum Muslimin. Tetapi setelah kaum Muslimin hijrah ke Habsyah dan Rajanya dapat menerima mereka, Umar merasa kesepian berpisah dengan mereka. Dia bisa merasakan perihnya hati kaum Muslimin berpisah dengan tanah air mereka. Penyebab semuanya itu adalah Muhammad. Oleh sebab itu dia bertekad untuk membunuh Muhammad agar Quraisy bisa bersatu kembali.
Waktu itu Nabi, Abu Bakar, Hamzah dan kaum Muslimin yang lain yang tidak hijrah ke Habsyah sedang berkumpul di rumah Arqam ibn Abi al-Arqam dekat bukit Shafa. Mengetahui keberadaan Nabi di sana, Umar bergegas menuju rumah itu untuk membunuh beliau. Di tengah jalan Umar bertemu dengan Nu’aim ibn Abdullah. Setelah mengetahui maksudnya Nu’aim berkata: ”Umar, engkau menipu diri sendiri. Kau kira keluarga ‘Abdu Manaf akan membiarkan kau merajalela begini sesudah engkau membunuh Muhammad? Apa Tidak lebih baik kau pulang saja ke rumah dan perbaiki keluargamu sendiri?!”
Setelah tahu dari Nu’aim bahwa adiknya Fatimah dan suaminya Sa’id ibn Zaid sudah masuk Islam, Umar segera pulang menemui mereka. Menjelang masuk rumah Umar mendengar suara orang membaca Al-Qur’an. Mengetahui kedatangan Umar, Khabab ibn Arat yang sedang mengajarkan Surat Thaha kepada Fatimah dan Sa’id cepat-cepat bersembunyi. Setelah masuk rumah, Umar langsung membentak: “Apa yang kalian baca? Tadi aku mendengarnya”. Karena tidak ada yang mengaku, Umar emosional lalu memukul Sa’id. Fatimah yang berusaha melindungi suaminya juga kena pukulan Umar sehingga mengeluarkan darah. Kedua suami isteri itu jadi panas hati dan berbalik manantang Umar: “Ya kami sudah masuk Islam. Sekarang lakukan saja apa yang kamu mau” kata mereka. Melihat darah di muka adiknya, Umar jadi gelisah dan menyesal. Dia merasa iba melihat adiknya. Lalu dia meminta lembaran yang tadinya mereka baca. Fatimah tidak mau memberikannya. Tapi setelah Umar mendesaknya akhirnya Fatimah menyerahkan juga lembaran yang berisi Surat Thaha itu. Setelah membacanya hati Umar tersentuh. Cahaya hidayah masuk ke dalam qalbunya. Sampai pada ayat:
إِنَّنِيٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدۡنِي وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Q.S. Thaha 20:14)
Umar berhenti membacanya dan berkomentar: “Indah dan mulia sekali kalam ini. Antarkan aku menemui Muhammad.”
Mendengar komentar Umar, Khabab langsung keluar dari persembunyiannya. Katanya: “Bergembiralah Umar. Aku benar-benar berharap doa Rasulullah pada malam Kamis itu terkabul pada dirimu. Rasulullah SAW pada malam yang dimaksud Khabab itu berdo’a:”Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan salah satu lelaki yang paling Kau cintai, yaitu Umar ibn Khathab atau Abu Jahal ibn Hisyam”.
Umar memungut pedangnya, menghunusnya, kemudian berangkat ke rumah Arqam. Umar menggedor pintu. Seseorang mengintip dari celah-celah pintu. Mengetahui yang datang Umar dengan pedang terhunus, Hamzah berkata: “Buka pintunya. Jika dia bermaksud baik, kita akan menyambutnya. Jika dia bermaksud jelek, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri.”
Lalu Umar dibawa menghadap Nabi dan mengucapkan dua kalimah syahadah di hadapan Nabi. Peristiwa ini terjadi tiga hari setelah Hamzah masuk Islam. (Bersambung)
Sumber: Majalah SM Edisi 02 Tahun 2019