Teman yang Baik
Oleh: Diyan Faturahman
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمَّدًا صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Sebagaimana kita sadari bersama, bahwa sejatinya kita merupakan makhluk sosial. Kita tidak akan mampu hidup seorang diri. Di manapun berada, baik di alam nyata maupun alam maya sebagaimana banyak terjadi sekarang ini, kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Bahkan dengan kehadiran teknologi informasi dan komunikasi serta internet, hubungan antara satu dengan yang lain seolah tidak ada sekat sedikitpun.
Ada kalanya kita merasa sendiri, meski sebenarnya kita tidak benar-benar seorang diri. Ingatlah, bahwa Allah Ta’ala selalu mengawasi kita, begitu pula Malaikat Rakib dan ‘Atid yang siap sedia mencatat segala amal yang kita kerjakan. Selain itu juga ada syaitan yang selalu berusaha menjerumuskan kita kepada kemaksiatan.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Jika kita ingin orang lain bersikap baik kepada kita, maka kita juga harus berusaha menjadi orang yang baik kepada siapapun. Al-Quran telah menegaskan bahwa jika kita berbuat baik, maka pada hakikatnya kebaikan itu adalah untuk diri kita sendiri,
…إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu untuk dirimu sendiri pula… (QS. Al-Isra’: 7)
Dari sinilah kita dapat mengambil pelajaran, di antaranya ialah agar kita menjadi teman yang baik bagi siapa saja. Dalam sebuah riwayat disebutkan:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ialah ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Teman yang baik juga bukan mereka yang selalu membenarkan setiap tindakan yang kita lakukan, sebab manusia tempatnya salah dan lupa. Ada kalanya berbuat khilaf dan dosa, di sinilah pentingnya teman yang baik, yang mampu mengingatkan, menyadarkan dan mengajak kembali kepada jalan yang benar.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Teman dalam bahasa Arab dikenal dengan beberapa sebutan, masing-masing menunjukkan karakter yang dimiliki, antara lain Zamiil; Shodiiq; Shahib; Kariim, dan sebagainya.
Istilah Zamiil digunakan untuk menyebut teman secara umum, bahkan kepada benda-benda tertentu sekalipun. Makna dasar kata tersebut menunjukkan pada sesuatu yang menyenangkan, menenangkan, dan membuat nyaman. Dalam Al-Quran ada salah surat dengan nama Al-Muzammil yang berarti orang yang berselimut. Disebut demikian, sebab selimut pada umumnya mampu memberikan kenyamanan. Maka, jika ada orang yang memiliki nama Muzammil berarti ia diharapkan menjadi teman yang menyenangkan atau menenangkan.
Selanjutnya yaitu Shodiiq, ia adalah teman dekat yang selalu mengarahkan kepada kebaikan, kejujuran dan kebenaran sesuai aturan Allah Ta’ala. Lebih dari itu, teman yang datang membela, membenarkan, dan menolong ketika orang lain meragukan bahkan mencela, maka ia kemudian disebut dengan Shiddiiq. Sebagaimana kita tahu Rasulullah SAW memberikan gelar kepada Abu Bakar dengan sebutan Ash-Shiddiiq. Ia tidak hanya sebagai teman dekat dalam kebaikan, namun juga menjadi pembela dengan segala kemampuan dirinya, baik fisik maupun hartanya.
Terdapat kisah yang mengharukan kaitannya dengan kedekatan antara Rasulullah dengan Abu Bakar Ash-Shiddiiq Radhiyyallahu ‘Anhu.
Bahwa suatu ketika Rasulullah berkhutbah kepada para sahabat. Beliau menyampaikan, “Sesungguhnya Allah memberikan tawaran kepada seorang hamba; antara dunia dengan apa yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu lebih memilih apa yang ada di sisi Allah.” Lantas Abu Bakar-pun menangis, sehingga membuat para sahabat yang hadir saat itu merasa heran. Ternyata yang dimaksud hamba yang diberikan tawaran itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya menurut Abu Bakar bahwa tidak lama lagi Rasulullah akan wafat. Maka tidak heran beliau menangis saat Rasul menyampaikan berita di atas. Sebagaimana kata Abu Sa’id Al-Khudri, Abu Bakar adalah orang yang paling berilmu di antara kami.
Kemudian Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku dengan ikatan persahabatan dan dukungan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengangkat seorang Khalil (atau kekasih terdekat) selain Rabb-ku, niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai Khalil-ku. Namun, cukuplah (antara aku dengan Abu Bakar, sebatas) ikatan persaudaraan dan saling mencintai karena Islam. Dan tidak boleh ada satu pun pintu yang tersisa di [dinding] masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.”
بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Masih ada banyak istilah yang disematkan untuk menunjuk pada makna teman, masing masing mewakili sikap dan karakternya tersendiri. Maka dari itu, marilah kita berusaha menjadi teman yang benar, teman yang mampu memberikan kenyamanan, membantu dikala susah, yang berani berkorban, mampu menjaga rahasia, menutupi aib dan celanya, ikut bergembira atas kesuksesannya, serta mendoakan kebaikan tatkala jauh darinya. Kemudian ada juga istilah Kariim yang menunjukkan teman tersebut memiliki sifat yang mulia, serta mampu menjadi teladan. Sekali lagi, semoga kita mampu menjadi teman yang baik.
وَقَالَ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلاَءِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا, اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ اَجْمَعِيْنَ, اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِيْنَ وَالْمُوءْمِنَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ِانَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ ِاذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ِانَّكَ اَنْتَ الْوَهَّاب. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبّى اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Diyan Faturahman, Anggota PC Pemuda Muhammadiyah Mrebet, Purbalingga