Nabi Muhammad SAW (16), Qurasy Melakukan Negosiasi

Oleh : Yunahar Ilyas

Keislaman Hamzah dan Umar—radhiyallahu ‘anhuma telah meingkatkan moral kaum Muslimin. Sekarang mereka berani menampilkan keislaman mereka secara terbuka. Secara bersama-sama mereka mengiringkan kedatangan Rasulullah memasuki Masjid Haram. Mereka membagi diri dalam dua barisan. Satu barisan dipimpin oleh Hamzah dan satu barisan lagi dipimpin oleh Umar. Mereka mulai berani duduk berkelompok di dekat Ka’bah. Kehadiran mereka dengan dua tokoh yang sangat disegani dan ditakuti Qurasiy itu menyebabkan orang-orang kafir Qurasy semakin murung. Mereka tidak leluasa lagi menekan dan menyiksa orang-orang yang beriman.

Qurasy melakukan Negosiasi

Keislaman Hamzah dan Umar memaksa tokoh-tokoh Qurasy memikirkan strategi lain menghadapi Nabi. Utbah ibn Rabi’ah. Salah seorang pemuka Qurasy meminta persetujuan tokoh-tokoh Qurasy lain untuk menemui Muhammad dan menawarkan beberapa hal kepadanya agar tidak lagi mengganggu mereka. Usulan Utbah diterima.

Maka pergilah Utbah menemui Nabi SAW. “Wahai anak saudaraku” katanya dengan lemah lembut membuka pembicaraan. “Sebagaimana kau ketahui, engkau termasuk golongan kami, baik itu dari hubungan pertemanan maupun garis keturunan. Engkau telah membawa satu urusan yang besar kepada kaummu. Dengan urusan itu kau pecah belah persatuan mereka, kau bodoh-bodohkan keayakinan mereka, kau cela sesembahan dan agama mereka, kau kafirkan leluhur mereka yang telah meninggal. Sekarang dengarlah, aku akan menawarkan kepadamu beberapa hal yang bisa kau pertimbangkan.”

Nabi SAW menjawab, “Katakan saja Abu Walid, akan kudengarkan.”

Lalu Utbah mulai menyampaikan tawarannya: “Anak saudaraku, jika yang kau kehendaki dari ajaran yang kau bawa ini adalah harta, kami siap menghimpunnya untukmu dari harta kami, hingga engkau menjadi orang paling kaya di antara kami. Jika yang kau inginkan adalah kedudukan, kami siap mengangkatmu menjadi pemimpin kami, hingga tidak ada yang berhak memutuskan perkara selain engkau. Jika yang kau inginkan adalah kekuasaan, kami akan mengangkatmu menjadi raja. Jika engkau ini dirasuki jin dan tidak mampu menolaknya, kami bersedia mencarikan tabib dan membiayaimu sampai sembuh. Sebab, terkadang ada orang yang dirasuki jin sehingga butuh disembuhkan.”

Setelah Utbah selesai dengan penawarannya, Rasulullah bertanya, “Apakah engkau sudah selesai bicara, Abu Walid?”

“Sudah,” jawab Utbah.

Rasulullah berkata, “Sekarang dengarkan aku.”

“Lakukan saja.” Beliau kemudian membaca ayat,

حمٓ (1)  تَنزِيلٞ مِّنَ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ (2)  كِتَٰبٞ فُصِّلَتۡ ءَايَٰتُهُۥ قُرۡءَانًا عَرَبِيّٗا لِّقَوۡمٖ يَعۡلَمُونَ (3)بَشِيرٗا وَنَذِيرٗا فَأَعۡرَضَ أَكۡثَرُهُمۡ فَهُمۡ لَا يَسۡمَعُونَ (4)  وَقَالُواْ قُلُوبُنَا فِيٓ أَكِنَّةٖ مِّمَّا تَدۡعُونَآ إِلَيۡهِ وَفِيٓ ءَاذَانِنَا وَقۡرٞ وَمِنۢ بَيۡنِنَا وَبَيۡنِكَ حِجَابٞ فَٱعۡمَلۡ إِنَّنَا عَٰمِلُونَ (5)

“Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui,  yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan. Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)“. (Q.S. Fushilat 41: 1-5)

Rasulullah terus membaca dan membaca ayat-ayat tersebut, sementara Utbah menyimaknya dengan serius. Dia menumpukkan kedua tangannya di belakang punggung. Ketika sampai pada ayat sajdah, Raswulullah bersujud, lalu berkata, “Engkau telah mendengar semuanya Abu Walid. Sekarang terserah engkau!” (Ar-Rahiq al-Makhtum, hal, 133)

Utbah berdiri menemui teman-temannya yang menyaksikan dari jauh perubahan rona wajahnya. Sepertinya Utbah terpengaruh dengan ayat-ayat yang dibacakan Nabi. Benar saja sikap Utbah mulai berubah. Dia mencoba meyakinkan teman-temannya untuk membiarkan Nabi: “Aku telah mendengar perkataan yang belum pernah kudengar sama sekali. Demi Allah, ini bukan syair, bukan sihir, bukan pula tenung. Saudara-saudara Quraisy, patuhilah aku, percayalah padaku. Biarkanlah orang ini dengan keyakinannya. Jauhi dia. Sungguh, perkataannya yang kudengar tadi benar-benar akan menjadi berita besar. Apabila bangsa Arab mau menerimanya, dengan kehadirannya kalian tidak membutuhkan bangsa lain. Namun, jika dia mampu menguasai bangsa Arab maka kekuasannya akan menjadi kekuasaan kalian pula, kemuliaannya akan menjadi kemuliaan kalian juga, dan kalian akan menjadi manusia paling berharga karena orang ini.” (Ar-Rahiq al-Makhtum, hal, 134)

Mereka menilai Utbah sudah kena sihir Muhammad. Orang-orang Qurasy kembali berunding apa langkah mereka selanjutnya setelah misi Utbah gagal. Mereka menduga Muhammad tidak yakin dengan tawaran disampaikan oleh Utbah. Barangkali kalau meeka yang menyampaikan secara langsung beberapa tawaran itu, Muhammad akan bisa menerimanya. Tapi mereka keliru. Muhammad sama sekali tidak tertarik dengan tawaran mereka. Akhirnya mereka coba menyampaikan tawaran itu kembali melalui Abu Thalib. Tetapi Nabi Muhammad SAW menolaknya dengan tegas. Nabi menyatakan kepada Abu Thalib:

« يا عم والله لو وضعوا الشمس في يميني والقمر في يساري على أن أترك هذا الأمر حتى يظهره الله أو أهلك فيه ما تركته »

“Paman, demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan  bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meningalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar anti Allah Yang akan membuktikan kemenangan itu ditanganku atau aku binasa karenanya” (Sejarah Hidup Muhammad, hal. 97)

Nabi SAW betul-betul teguh dengan pendiriannya menjalankan tugas suci menyampaikan risalah Islam. Sama sekali beliau tidak tergoda dengan harta, kekuasaan dan gemerlap dunia lainnya. Nabi akan terus menjalan tugas sucinya apapun yang terjadi, beliau pasrah sepenuhnya kepada Allah SWT.

Abu Thalib menyampaikan sikap Muhammad kepada Banu Hasyim dan  Banu Muthalib. Tokoh tua yang berpengaruh tersebut meminta kepada Banu Hasyim dan Banu Muthalib untuk merapatkan barisan membela dan melindungi Muhammad dari tindakan Qurasy. Mereka dapat menerima usul Abu Thalib tersebut, kecuali Abu Lahab yang tetap menyatakan secara terang-terangan permusuhannya terhadap Muhammad.

Tiga Pertanyaan

Setelah upaya negosiasi gagal sama sekali, orang-orang Qurasy bingung memikirkan langkah selanjutnya. Mereka telah menyaksikan sendiri betapa tegarnya Muhammad menghadapi berbagai macam tantangan. Betapa teguhnya pendirian Muhammad, sama sekali tidak tergoda dengan harta dan kekuasaan yang mereka tawarkan. Namun demikian orang-orang Qurasy tetap saja tidak mempercayai kerasulannya.

Akhirnya mereka mencoba mendekati golongan Yahudi di Yatsrib untuk mencari kepastian tentang status Muhammad sebagai utusan Allah. Para rabbi Yahudi menyarankan agar mereka menanyakan tiga hal kepada Muhammad. Jika dia mampu menjawab berarti dia betul-betul nabi dan rasul. Tanyakan kepadanya tentang sekelompok pemuda yang meninggalkan kaumnya pada masa dahulu dan apa yang terjadi pada mereka. Tanyakan juga tentang seorang pengembara yang perjalanannya mencapai ujung timur dan barat bumi. Lalu terakhir tanyai dia tenang roh, apa itu roh?

(bersambung)

Sumber : Majalah SM Edisi 03 Tahun 2019

Exit mobile version