Miras Tidak Mempertimbangkan Aspek Kesehatan, Norma Sosial, dan Moral Agama

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah berpandangan bahwa pembangunan ekonomi tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa. Upaya dalam peningkatan kapasitas ekonomi pun juga tidak boleh berdampak buruk kepada masa depan bangsa, khususnya yang menyangkut moral generasi muda. Maka sudah semestinya dalam pembangunan ekonomi, politik, sosial, dan budaya senantiasa terintegrasi dengan nilai-nilai agama. Di sinilah peran dari kepemimpinan nasional seperti lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan seluruh institusi negara harus dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya.

Menurut Soepomo, salah satu anggota BPUPKI dan merupakan Pahlawan Nasional Indonesia, ia mengatakan bahwa pembangunan Indonesia bukan hanya pembangunan secara fisik, tapi Indonesia juga bernyawa. Hal ini sejalan dengan Pancasila sebagai Philosopische Grondslag yang diyakini Bung Karno. “Maka oleh karena itulah pembangunan ekonomi, investasi, dan segala usaha untuk mensejahterakan dan memakmurkan rakyat kami dukung sepenuhnya. Tetapi mana kala ada sesuatu yang dilanggar dari nilai-nilai agama, kami menyampaikan aspirasi yang sejalan dengan pandangan agama serta dijamin oleh konstitusi,” ungkap Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Konferensi Pers Pimpinan Pusat Muhammadiyah Terkait Produksi dan Distribusi Minuman Keras di Indonesia pada Selasa, 2 Maret 2021.

Haedar menyampaikan bahwa bagi umat Islam, minuman keras (miras) merupakan sesuatu yang diharamkan di dalam Al-Qur’an, sebagaimana judi. Tingkat keharamannya adalah mutlak dan tidak dapat ditawar. Menurutnya, miras tidak mempertimbangkan aspek kesehatan, norma sosial, dan moral agama. Maka Muhammadiyah mendorong pemerintah dan seluruh kekuatan bangsa untuk melakukan refleksi dalam menata masa depan bangsa. Bersinergi mengawal Indonesia agar tetap sesuai dengan cita-cita founding father yang setia menghargai nilai-nilai agama, Pancasila dan budaya luhur bangsa.

Sejatinya banyak sekali ruang di dalam upaya peningkatan ekonomi yang dapat dilakukan pemerintah tanpa harus melanggar nilai-nilai agama dan budaya. Bangsa ini perlu belajar dari pengalaman-pengalaman masa lalu, bahwa kita bisa maju karena kita bersatu, dan kita bisa maju karena kita menghargai nilai-nilai agama, Pancasila, dan budaya luhur bangsa. Itulah dasar yang menjadi pemikiran Muhammadiyah sebagai satu kerangka utuh untuk membangun bangsa yang maju dan berkeadaban. (diko)

Exit mobile version