Misi Pertama dari Timur ke Antariksa
Uni Emirat Arab (UEA) berhasil menjadi negara kelima di dunia dan pertama di kawasan Timur Tengah yang yang mampu mencapai orbit Planet Mars menggunakan kendaraan ruang angkasa. Misi luar angkasa bernama ‘Hope’ yang diluncurkan pada 19 Juli 2020 ini sepenuhnya diorganisir oleh Mohammed bin Rashid Space Centre juga berkolaborasi dengan sejumlah organisasi akademik di Amerika Serikat. Sejak 9 Februari 2021, bertepatan dengan ulang tahun ke 50 negara tersebut, kendaraan ruang angkasa tanpa awak tersebut telah dinyatakan sukses memasuki orbit planet merah tersebut dengan jarak antara 20.000 dan 40.000 kilometer dari permukaan planet. Pada Minggu (14/02) gambar pertama Mars yang ditangkap melalui satelit Hope berhasil dikirimkan ke bumi. Satelit ini mampu berada pada posisi lebih tinggi dari satelit Mars sebelumnya di mana memungkinkan misi ini untuk memberikan pengetahuan yang unik tentang pola iklim global di planet tersebut.
Sarah Al Amiri, perempuan yang memimpin badan antariksa Mohammed bin Rashid yan merangkap sebagai Menteri Teknologi dan Imu Pengetahuan Tingkat Lanjut UEA tersebut merupakan salah satu sosok yang berada di belakang misi luar angkasa yang akan menghabiskan waktu kurang lebih setahun dalam waktu Mars atau kurang lebih 687 hari waktu bumi. Dalam wawancaranya bersama space.com, perempuan kelahiran Iran pada 1987 ini mengungkapkan bahwa misi luar angkasa tersebut bermaksud untuk mempelajari atmosfir Mars. Satelit bernama Hope tersebut memiliki kemampuan yang holistik dalam mempelajari kondisi cuaca di Mars termasuk dalam memetakan karakter cara kerja cuaca sepanjang hari juga di setiap wilayah.
“Sebelumnya, kami memiliki misi yang mempelajari (cuaca) dua kali sehari di beberapa lokasi (di Mars). Bedasarkan pementauan tersebut, kami menyadari bahwa sistem cuaca bersifat dinamis, dan sangat penting bagi kami untuk lebih memahami dan mempelajari sistem badai debu secara keseluruhan, awan, uap air,” jelas Sarah.
Berdasarkan data-data yang didapatkan dari penelusuran yang dilakukan di Mars diharapkan mampu melengkapi pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya terhadap misi lainnya yang akan dilakukan di masa depan ataupun terhadap kebutuhan penelitian di mana isu ini merupakan hal yang baru sehingga mampu menghadirkan berbagai upaya eksplorasi dari Negara-negara lainnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, UEA telah menginvestasikan perhatian juga dana untuk perkembangan di bidang teknologi dan eksplorasi antariksa. Dilansir dari The National, Pemerintah Emirat menginvestasikan lebih dari $ 5,5 miliar untuk upaya eksplorasi ruang angkasa. Sebagai misi Dunia Islam pertama ke planet lain menggunakan satelit yang sepenuhnya dibangun oleh negara Muslim, Hope diharapkan dapat membantu mengkatalisasi perkembangan generasi baru ilmuwan dan insinyur yang ada di wilayah Timur Tengah.
Sarah juga mengungkapkan bahwa pada akhirnya, upaya tersebut diyakini mampu membantu menggeser sistem ekonomi negara yang bergantung kepada industri minyak untuk mempersiapkan diri dalam menggunakan sistem ekonomi yang tidak bergantung terhadap minyak. Dirinya mengharapkan dengan 70 ilmuwan dan insinyur UEA yang rata-rata berada di usia muda yaitu di bawah 35 tahun pada 2019, pada 2020 mendatang akan tumbuh menjadi 150 ilmuan dan insinyur. Di masa kecilnya, Sarah tidak membayangkan Negara yang masih belia tersebut mampu mencapai dan mengeksplorasi benda-benda langit – sesuatu yang telah menjadi perhatiannya sejak dini. Namun seiring perkembangan yang ada, Sarah menginginkan misi tersebut juga menjadi inspirasi bagi kaum muda di dunia Arab untuk menciptakan terobosan-terobosan yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Badan Antariksa UEA telah menghadapi sejumlah tantangan termasuk percepatan proses persiapan misi. Menurut Sarah, misi yang dipersiapkan kurang lebih selama 6 tahun tersebut tergolong cepat. Umumnya, untuk mempersiapkan misi serupa akan menhabiskan kurang lebih 10 tahun. Nyatanya, pada April 2019, negara tersebut telah menyelesaikan sekitar 85% dari Hope. Dan pada September 2019, Uni Emirat Arab mengirimkan astronot Emirat pertamanya ke luar angkasa. Hazzaa Ali Almansoori, mantan pilot, dan menghabiskan delapan hari di Stasiun Luar Angkasa Internasional, di mana dirinya melakukan serangkaian eksperimen dan tur stasiun dalam bahasa Arab.
Sebagian besar aktivitas luar angkasa dilakukan dengan alasan untuk memperkaya pengetahuan, memperkuat ketahanan nasional, ataupun mencari keuntungan lainnya. Sepanjang sejarah, satu-satunya perjalanan yang telah dilakukan manusia ke antariksa salah satunya penerbangan Apollo ke Bulan telah dimotivasi oleh Perang Dingin, manusia terus menerus memiliki keinginan untuk kembali mengeksplorasi Bulan, melakukan perjalanan ke Mars, dan mengunjungi planet-planet lainnya yang ada di tatanan tata surya.
Diketahui bahwa Satelit Bumi pertama, Sputnik 1, diluncurkan oleh Uni Soviet pada tanggal 4 Oktober 1957. Manusia pertama yang pergi ke luar angkasa, diketahui bernama Yuri Gagarin yang berhasil melakukan perjalanan satu orbit mengelilingi Bumi pada 12 April 1961. Dalam 10 tahun sejak penerbangan manusia pertama tersebut, Amerika mengklaim telah berhasil mengirimkan astronotnya ke Bulan. Anggota kru Apollo 11 Neil Armstrong dan Edwin Aldrin melakukan pendaratan di bulan pertama pada 20 Juli 1969. Sebanyak 12 orang Amerika dalam enam misi Apollo yang terpisah dianggap telah berhasil menjejakkan kaki di Bulan antara Juli 1969 dan Desember 1972.
Semenjak itu, tidak ada lagi manusia yang dikirimkan ke antariksa. Meskipun, diketahui terdapat 500 kru yang telah menghabiskan waktunya di luar angkasa. Sejak awal 1970-an, serangkaian stasiun luar angkasa milik Soviet, stasiun Skylab milik AS, dan banyak penerbangan pesawat ulang-alik telah menyediakan pangkalan luar angkasa yang mengitari Bumi dalam berbagai periode. Sejak 2 November 2000 hingga 2011, Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) berfungsi sebagai pangkalan bagi manusia yang tinggal dan bekerja di luar angkasa secara permanen setidaknya akan terus digunakan hingga tahun 2024.
Tentunya, capaian yang UEA dalam bidang teknologi antariksa dan ilmu pengetahuan tersebut memberikan harapan bahwa secara perlahan, akan menjadi penyeimbang bagi produksi pengetahuan dan menggeser kiblat teknologi dan ilmu pengetahuan yang didominasi oleh Barat ke Dunia Islam. (Th)
Sumber : Majalah SM Edisi 05 Tahun 2021