YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Keberlangsungan akan identitas serta pedoman dalam berorganisasi ditunjukan dalam mentaati aturan yang berlaku yang sudah disepekati bersama yang kemudian kita kenal hari ini sebagai AD/ART (Anggaran Dasar /Anggaran Rumah Tangga).
IMM sebagai organisasi pun demikian, AD/ART menyebutkan kalau organisasi ini bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah disingkat IMM adalah gerakan Mahasiswa Islam yang beraqidah Islam bersumber al-Quran dan as-sunah (bahasa AD dalam BAB 1 pasal 1). Adapun dalam beberapa hari kemarin IMM merayakan hari kelahiran yang ke 57, bertepatan pada ahad, 14 Maret 2021yang mana informasi kelahiran IMM ini ditulis jelas AD dalam BAB 1 pasal 2 dimana IMM didirikan pada tanggal 29 Syawal 1384 H bertepatan dengan tanggal 14 Maret 1964 M di Yogyakarta.
Sebagai bentuk perenungan kader Ikatan (khusus kader IMM FTI UAD dan umumnya kader ikatan dimana pun berada) dalam melihat usia Ikatan yang telah melewati setengah abad ini, Pimpinan Komisariat IMM FTI UAD (PJ nya RPK PK IMM FTI UAD) bekerja sama dengan sekumpulan pegiat (sebut saja komunitas walaupun legalitas komunitas perlu diragukan) Fakultas Filsafat Teknik UAD (bukan kampus Universitas Ahmad Dahlan, melainkan kepanjangan nama Universitas Ada Dimana-mana) mengangkat diskusi soal Teknologi dengan tema “Merekontektualisasi Gerakan IMM untuk Membumika Gagasan Di Era Digital”.
Kegiatan ini menghadirkan pembiacara dari beberapa sudut pandang atau kaca mata akademisi (dosen) di Informatika UAD_Jefree Fahana, S.T., M.Kom dan Elektro UAD_Phisca Aditya Rosyadi, S.Si.,M.Sc serta sudut padang pegiat Filsafat Teknik_Ilhamsyah Muhammad Nurdin. Menariknya adalah ketiga pembicara pada diskusi kali ini adalah sosok yang kemudian lahir dari rahim IMM.
Diskusi yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 20.00-22.00 wib bertempat di dunia virtual (aplikasi Zoom Meeting) berjalan dengan hidmat. Diskusi yang dipandu (mc) langsung oleh kader Ikatan yag lihai dalam menyampaikan runtutan acara serta kode etik dalam berdiskusi nantinya dan dilanjutkan dengan alunan iramah ayat suci yang begitu indah. Acara diskusi dibuka oleh Ketua Umum PK IMM FTI UAD_Ikhwan Nur Afiq sebagai pengantar, menyampaikan soal tema yang diangakat adalah kader ikatan dituntut untuk selalu merefleksi gerakan IMM nya, yang kemudian dampaknya adalah kader Ikatan mampu hadir di era digital ini dengan gagasan-gagasannya.
Pemateri pertama, Pak IMMawan Phisca Aditya Rosyadi, S.Si.,M.Sc mengutarakan bahwasanya Mahasiswa umumnya dan kader IMM perlu mendefenisikan ulang posisinya. Perlunya adanya defenisi ulang ini yang kemudian berdampak pada bentuk gerakan apa kita nanti. Dilanjutkan lagi soal gerakan media sosial dan gerakan aksi jalanan, kita dituntut untuk mengenal situasi dengan Iqro agar langkah apa yang kemudian yang harus diambil. Sebagai akhir kata penyampaian adalah beliau mengusung pergerakan pergerakan mahasiswa di revolusi industri 4.0 kedalam 5 point dan salah satu pointya menegaskan pentingnya budaya membaca.
Pemateri Kedua, Pak IMMawan Jefree Fahana, S.T., M.Kom menyampaikan beberpa point diantaranya adalah mahasiswa teknik umumnya dan kader IMM FTI UAD perlu memahami jati dirinya sebagai mahasiswa teknik dengan mempertanyakan akan identitasnya, seperti mengapa memilih kuliah di teknik? Apa tujuan memilih menjadi mahasiswa teknik? Keharusan mahasiswa teknik itu seperti?. Pertayaan-pertanyaan akan identitas ini berimplikasi pada endinya adalah gerakan IMM FTI mampu membumikan gagasan di era digital ini.
Pemateri terakhir, IMMawan Ilhamsyah Muhammad Nurdin mencoba mengambil garis yang berbeda yaitu dari sudut pandang filosofi. Diawali dengan menyampaikan kerangka berpikir yang diawali dari Ontologi_kajian tentag ke adaan atau dalam teknik asal muasal adanya teknik, Epistemologi_metode-metode pengetahuan teknik dan Aksiologi_implementasi keilmuan teknik, mahasiswa teknik pada umumnya dan khususnya kader IMM FTI UAD harus selesai dalam menyelesaikan 3 kerangka dasar ilmu pengetahuan. Berhubung teknik adalah satu kerangka ilmu pengetahuan, maka mahasiswa teknik harus mengerti itu sebagai fondasinya. Pertanyaan filosofis yang disampaikan oleh dua pemateri sebelumnya secara sederhana mewakili 3 kerangka itu. Dasar fondasi 3 itu didapat dari budaya literasi_ membaca, menulis, diskusi dan lawan. Budaya membaca saja kader IMM tidak punya, sama saja merusak IMM dari interal IMM itu sendiri.
Sebagai penutup IMMawan Ahmad Fatwa Zufar sebagai Kabid. RPK PK IMM FTI dan sekaligus moderator diskusi menutup kegiatan ini dengan harapan apa yang telah disampaikan pemateri menjadi bahan refleksi kader ikatan sebagai beban moral tersediri dalam menjalankan roda organisasi IMM ini yang usinya hari ini sudah tidak bisa dibilang muda lagi. (ilham)