PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Walaupun berlangsung secara daring, Muktamar Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) XXII tetap berlangsung dengan meriah. Muktamar yang penyelenggaraannya terpusat di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) tersebut dibuka dengan berbagai macam pagelaran seni dan budaya khas Indonesia, seperti tari-tarian dan lagu daerah. Gerakan yang lincah, cekatan, gemulai, serta suara yang merdu nan indah diperagakan dengan sempurna. Pelaksanaan Muktamar yang sebelumnya diprediksikan akan berlangsung kaku karena diselenggarakan secara online pun terbantahkan. Meski menjadi momentum Muktamar yang diselenggarakan secara daring untuk pertama kalinya, nuansa kemeriahan dan kebersamaan tetap dapat dirasakan oleh segenap peserta Muktamar IPM di seluruh Indonesia.
Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam pidato iftitahnya mengucapkan selamat atas terselenggaranya Muktamar IPM XXII. Ia juga mengapresiasi atas tema yang diusung dalam Muktamar tersebut yaitu Beyound the Limit Reframe the Future, yang menurutnya mencerminkan pola pikir dan gerakan yang melintas batas untuk merajut masa depan yang lebih baik.
“Jika kita ingin membingkai ulang masa depan, maka kita harus mampu mengubah paradigma cara pandang kita terhadap masa depan itu sendiri,” ujar mantan Ketua I Bidang Perkaderan PP IPM tersebut.
Dinamika zaman akan terus berubah. Jika hal tersebut tidak diantisipasi dengan persiapan yang matang tentu akan berdampak buruk. Maka Haedar berpesan kepada seluruh elemen di IPM agar memperluas dan memperdalam cara pandangnya terhadap sesuatu atau fenomena dengan pendekatan bayani, burhani, dan irfani.
“Kita tidak bisa lari dari tanggungjawab hari esok dengan menghindari dinamika hari ini,” tegas Haedar. Kata-kata yang ia kutip dari perkataan Presiden Amerika Serikat ke-16, Abraham Lincoln. Menurutnya, Muktamar bukanlah sekedar momentum pergantian kepemimpinan, tapi yang lebih besar dari itu adalah amanah bagi IPM untuk memajukan masa depan.
Hafidz Syafaaturrahman, selaku Ketua Umum IPM dalam sambutannya mengatakan bahwa IPM telah mengalami banyak dinamika manis maupun pahit. Dalam menyikapi masa depan yang dinamis, ia menekankan kepada misi dakwah yang harus dipersiapkan secara prima dan menyeluruh di semua elemen IPM. “Hari ini adalah masa depan, maka perlu dipersiapkan dengan penuh kesungguhan,” ungkapnya.
Di akhir masa jabatanya ia berpesan kepada generasi kepemimpinan IPM yang baru untuk tidak melakukan kesalahan. Di antara kesalahan tersebut ialah, kesalahan dalam melihat keadaan atau fenomena yang terjadi di masyarakat, khususnya di dunia pelajar. Berikutnya, kesalahan dalam melakukan pergeseran atau adaptasi terhadap zaman yang bergerak begitu cepat. IPM ke depan harus mampu melahirkan rancangan masa depan yang konkrit demi menjawab tantangan kaum pelajar. Dan kesalahan yang terakhir adalah gagal dalam memulai dan gagal dalam mengakhiri.
Maka ia meminta kepada kepemimpinan IPM yang baru untuk tetap berkomitmen melakukan penguatan ideologi Islam berkemajuan yang telah digagas oleh Muhammadiyah sejak awal, yaitu dengan melek teknologi, penguatan literasi, dan melakukan kolaborasi dengan semua pihak. (diko)