Muallaf adalah sebutan bagi orang non-muslim yang mempunyai harapan masuk agama Islam atau orang yang baru masuk Islam. Adanya harapan untuk berubah atau baru saja memulai perubahan, seorang muallaf membutuhkan perhatian sebagai pengutan dan dorongan untuk mewujudkan dan memantapkan lahirnya perubahan tersebut. Yaitu berubah menjadi pribadi muslim.
Salah satu perhatian Islam terhadap muallaf adalah perintah memberikan zakat dan sekedah kepada mereka. Secara lebih rinci dalam QS at-Taubah ayat 80 disebutkan bahwa muallaf termasuk salah satu asnaf, salah satu golongan yang berhak menerima zakat.
Perhatian serupa juga tengah dilakukan oleh ‘Aisyiyah Cianjur bekerjasama dengan Izi (Inisiatif Zakat Indonesia) Jakarta kepada para muallaf di Gunung Halu, Ciranjang, Cianjur, Jawa Barat. Bukan hanya sekedar menyantuni dan memberi penguatan iman. Lebih dari itu, melalui Bueka (Badan Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah), ‘Aisyiyah menggelorakan kemandirian.
“Ekonomi menjadi faktor penting, ekonomi menjadi baik maka semakin mudah langkah para muallaf untuk mendalami Islam, sebaliknya kalau ekonomi lemah, bisa jadi para muallaf memilih untuk kembali murtad,” ucap Nanin Suminar Ketua Bueka kampung muallaf.
Melihat pentingnya penguatan bidang ekonomi bagi para keluarga “baru” ini, Bueka bersama Izi merintis kelompok-kelompok usaha kecil yang sebelumnya sudah dibekali dengan berbagai pelatihan. Dari kelompok-kelompok ini, lahirlah beberapa produk olahan makanan ringan, camilan. Di antaranya Nanin menyebutkan, Petek Krispi, Lumpia Abon Petek, Kerupuk Tulang Ikan, Keripik Pisang, Kerupuk Bawang, Kerupuk Pangsing, dan Dodol Ketan. “Alhamdulillah sudah tahun ini produksi makanan ringan kami terus berjalan, walau belum bisa dijadikan andalan ibu-ibu anggota kami sebagai pemenuh kebutuhan sehari-hari,” kata Nanin.
Langkah lain yang ditempuh ‘Aisyiyah di kampung muallaf ini adalah dengan mendirikan beberapa Ranting guna mempermudah koordinasi. Nanin menjelaskan, bahwa kawasan Gunung Halu terdiri dari empat desa. Pembinaan muallaf yang dilakukan ‘Aisyiyah berada di tiga desa, yaitu Kertajaya, Sindangjaya, dan Sindangsari. Sedang yang sudah berdiri PRA (Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah), sambungnya, yaitu Ranting Kertajaya dan Ranting Sindangjaya.
Termasuk upaya ‘Aisyiyah adalah memberikan fasilatas beasiswa bagi para anak-anak dari keluarga muallaf yang kurang mampu. Upaya ini, terang Nanin, sangat sesuai dengan kondisi masyarakat. Sebab mayoritas masyarkat hanya sekolah sampai tingkat SMP, dan sangat sedikit yang melibihi itu.
Sedang untuk pertemuan pembinaan rutin, dilakukan setiap hari Sabtu bertempat di masjid dan mushalla setempat. “Pertemuan rutin ini sebagai pembinaan iman-tauhid, tapi sekaligus juga membahas hal-hal lain termasuk kiat memajukan bidang ekonomi yang kita geluti,” terang Ketua Bueka sekaligus pembimbing muallaf di Gunung Halu. (gsh).
Sumber : Majalah SM Edisi 11 Tahun 2019