Nabi Muhammad SAW (23), Kontak Rahasia Dengan Orang Yatsrib
Oleh : Yunahar Ilyas
Setelah musim haji berakhir tahun ke 12 kenabian tersebut, Rasulullah SAW mengutus Mush’ab ibn Uma’ir al-Abdari ke Yatsrib bersama dengan 12 orang pemuda Yatsrib yang telah berbai’ah di Aqabah tersebut. Tugas Mu’az adalah mengajarkan dan menanamkan ajaran Islam kepada kaum Muslimin di Yatsrib dan mengajak yang masih musyrik untuk masuk Islam. Mush’ab adalah seorang pemuda Makkah termasuk generasi pertama masuk Islam.
Selama di Yatsrib Mush’ab tinggal di rumah As’ad ibn Zurarah, salah seorang dari 6 pemuda Khazraj yang pertama memeluk Islam di Mina. Kerjasama dua orang pemuda ini berhasil mengislamkan dua orang tokoh Yatsrib dari Bani Asyhal yaitu Usaid ibn Hudhair dan Sa’ad ibn Mu’adz. Sa’ad adalah pemimpin Bani Asyhal yang sangat berpengaruh. Setelah masuk Islam dia mengumpulkan kaumnya dan mengajak mereka masuk Islam. Semua anggota kaumnya menerima ajakan Sa’ad kecuali Ushairim, yang nanti baru masuk Islam pada hari pertama Perang Uhud. Mush’ab dan As’ad berhasil mengajak banyak penduduk Yatsrib masuk Islam.
Pada masim haji tahun ke 13 kenabian lebih dari 70 orang Muslimin Yatsrib berangkat melaksanakan ibadah haji. Mereka datang bersama rombongan masyarakat Yatsrib yang masih musyrik. Sesampai di Makkah mereka menjalin kontak rahasia dengan Rasulullah dan berjanji akan mengadakan pertemuan tertutup dengan Rasulullah pada pertengahan hari Tasyriq di satu lembah di dekat Jumrah Ula atau Jumrah Aqabah di Mina. Pertemuan itu sama sekali dirahasiakan dari rombongan haji Yatsrib yang masih musyrik. Pada tengah malam yang disepakati, 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan Muslimin Yatsrib sudah berkumpul di lembah Aqabah.
Tengah malam itu Nabi datang ditemani oleh paman beliau ‘Abbas ibn Abdul Muthalib yang waktu itu belum masuk Islam. Abbas ikut hadir karena ingin memastikan bahwa kaum Muslimin dari Yatsrib benar-benar akan siap membela keponakannya itu dalam keadaan apapun, termasuk tatkala harus menghadapi peperangan. Abbas berkata kepada mereka: “Saudara-saudara Khazraj. Muhammad berasal dari keluarga kami, sebagaimana kalian ketahui, kaum kami yang sekeyakinan dengan kami sudah berusaha menghalanginya, sebab dia orang yang dimuliakan oleh kaumnya dan dilindungi di negerinya. Namun, rupanya dia bersikeras untuk bersekutu dan bergabung dengan kalian. Maka jika kalian sanggup memenuhi janji kalian kepadanya dan bersedia melindunginya dari para penentangnya, berarti kalian siap menanggung resikonya. Namun jika kalian akan menyerahkannya kepada musuh-musuhnya dan mengkhianatinya setelah dia bergabung dengan kalian, lebih baik kalian tinggalkan dia sekarang juga. Sebab dia dihormati dan dilindungi oleh kaumnya di negerinya.”
Ka’ab ibn Malik al-Anshari, salah seorang dari 75 orang rombogan dari Yatsrib itu menjawab:”Kami sudah mendengar apa yang Anda katakan. Sekarang bicaralah Rasulullah. Tentukan apa yang Anda dan Tuhan Anda sukai. “ Jawaban Ka’ab menunjukkan tekad, keberanian dan keikhlasan kaum Anshar memikul tanggung jawab dan menanggung segala resikonya yang penuh bahaya. Setelah itu Rasulullah menjelaskan segala sesuaunya sampai baiat selesai.
Sebelum memberikan sumpah setia atau bai’at mereka bertanya kepada Nabi: “Ya Rasulallah, untuk apa saja kami melakukan bai’at kepada engkau?” Nabi bersabda: “ Bersumpahlan untuk selalu mematuhiku dalam segala kondisi, berinfak saat senang dan susah, menyuruh orang menerjakan kebaikan dan mencegah mereka melakukan kemunkaran, membela agama Allah di jalan Nya dan tidak terpengaruh oleh hinaan, bersedia menolongku jika aku nanti datang ke tempat kalian dan melindungiku seperti kalian melindungi diri kalian, isteri serta anak-anak kalian . Maka kalian berhak mendapatkan sorga. (Ar-Rahiq al-Makhtum, hal. 182-189)
Pada saat Rasulullah SAW menjulurkan tangan beliau untuk menerima bai’at mereka, tiba-tiba As’ad ibn Zurarah menahan tangan beliau dan sekali lagi memastikan kepada mereka resiko berbai’at kepada Nabi. As’ad berkata: “Tunggu dulu, warga Yatsrib. Kita tidak boleh begitu saja mendukung lelaki ini sebelum tahu betul bahwa dia memang Rasulullah. Membawanya keluar dari Makkah sama artinya dengan memisahkan diri kita dari bangsa Arab. Ini bisa menyebabkan pemimpin-pemimpin kalian terbunuh dan leher kalian tertebas pedang, Kalau kalian sanggup menghadapi hal itu lanjukanlah bai’at. Mudah-mudahan Allah melimpahkan pahala keapad kalian. Namun, jika kalian masih takut kehilangan diri kalian, sebaiknya tingalkan saja dia, semoga Allah mengampuni kalian.“ Merespon ucapan As’ad mereka berkata: “Sudahlah As’ad, ulurkan tanganmu. Demi Allah kami tidak akan meninggalkan bai’at ini dan membatalkannya.” Setelah yakin benar dengan kesiapan kaumnya maka As’ad mulai menjabat tangan Nabi diikuti yang lain. Sedangkan dua orang perempuan yang ikut berbai’at, hanya berbaiat dengan kata-kata saja tanpa berjabat tangan dengan Rasulullah.
Setelah bai’at selesai Rasulullah meminta agar peserta memilih dua belas orang sebagai penangungjawab Bai’at Aqabah Kedua ini. Mereka memilih 9 orang dari Khazraj dan 3 orang dari Aus. Kedua belas orang penanggung jawab itu adalah As’ad ibn Zurarah, Sa’ad ibn Rabi’, Abdullah ibn Rawahah, Rafi ibn Malik, Barra’ ibn Ma’rur, Abdullah ibn Amr, Ubadah ibn Shamit, Sa’ad ibn Ubadah, Mundzir ibn Amir, Usaid ibn Hudhair, S’ad ibn Khaitsamah dan Rifa’ah ibn Abdil Mundzir. Tiga orang terakhir dari Aus, yang lain-lain dari Khazraj. Mereka kemudian dibai’at oleh Rasulullah secara khusus, Nabi mengagtakan kepada mereka: ”Kalian adalah yang bertanggungjawab terhadap apapun yang terjadi pada kaaum kalian, seperti halnya pertangungjawaban Hawariyyun terhadap Isa ibn Maryam. Dan aku sendiri akan bertanggungjawab terhadap seluruh kaum Muslimin.” Kedua belas orang itu menajawab: ”Ya kami siap melaksanakan.” ((Ar-Rahiq al-Makhtum, hal. 191)
Sebelum mereka bubar, rupanya ada seorang musyrik yang melihat, lalu segera saja dari atas daratan tinggi dia berteriak lantang memberitahu penduduk Mina. Rasulullah segera menyuruh mereka kembali ke kafilah masing-masing sebelum mereka kepergok oleh penduduk Mina. Mendapatkan kabar tentang persekongkolon rombongan haji dari Yatsrib dengan Muhammad, pihak Quraisy langsung menyelidiki kebenaran kabar itu. Musyrikin Khazraj yang memang tidak tahu apa2 membantah berita tersebut. Orang-orang Qurasy bertanya kepada Abdullah ibn Ubay ibn Salul. Dia pun membantahnya. “Itu tidak benar. Kaumku di Yatsrib tidak berani lancang melangkahi diriku. Mereka tidak akan melakukan hal ini, kecuali setelah merundingkannya dulu denganku.” Sedangkan kaum muslimin diam sambil berpandangan satu sama lain. Akhirnya pemimpin kaum Qurasy mempercayai perkataan musyrikin Yatsrib dan pergi meninggalkan mereka.
Tokoh-tokoh Qurasy itu tidak berhenti menyelidiki. Akhirnya mereka dapat kepastian bahwa bai’at itu benar-benar terjadi. Tapi sudah terlambat, jamaah haji sudah kembali ke Yatsrib. Pihak Qurasy mengejar, tapi mereka hanya dapat menangkap Mundzir ibn Amr dan Saad ibn Ubadah. Karena Mundzir berbadan lemah mereka lepaskan. Sa’ad mereka bawa ke Makkah dan menyiksanya. Tak lama kemudian Muth’im ibn Adi dan Harits ibn Harb membebaskannya karena Sa’ad pernah berjasa menolong kafilah kedua orang itu saaat lewat di Madinah. (bersambung).
Sumber : Majalah Suara Muhammadiyah Edisi 10 Tahun 2019