YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Manusia merupakan makhluk budaya. Kehidupan organisasi tidak dapat terlepas dari budaya, yang terkait dengan seperangkat nilai yang dianut bersama dalam sebuah organisasi. “Budaya juga menyangkut cara berpikir, kebiasaan yang diulang, dan simbol yang dijunjung bersama,” tutur Syafiq A Mughni, Ketua PP Muhammadiyah, dalam Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah, (16/4/2021).
Sebuah organisasi, kata Syafiq, memerlukan pewarisan dan penguatan budaya organisasi untuk kelangsungannya. Adanya budaya organisasi akan memandu organisasi tetap berjalan dalam garis perjuangan yang telah digariskan para pendahulu. Di dalam budaya organisasi, terkandung substansi dari sistem, nilai, norma, dan keyakinan yang dianut bersama dalam organisasi. “Kita tentu telah memiliki dokumen etika norma nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh seluruh warga Muhammadiyah.”
Menurut Syafiq Mughni, budaya fundamental yang menjadi karakter Muhammadiyah antara lain yaitu: bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah; mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya; dakwah amar makruf nahi munkar; ijtihad, tajdid, modernitas, puritanisme (anti-syirik, takhayul, khurafat, bid’ah, jumud, dan taklid); Islam berkemajuan; tidak bermazhab; gerakan pencerahan; keikhlasan yang tercermin dari kalimat “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Di luar itu, misalnya masih ada seperti jargon, “Fastabiqul khairat” atau “Sedikit bicara dan banyak bekerja.”
Dalam mengembangkan budaya organisasi, diperlukan upaya substansialisasi dan kontekstualisasi atas nilai-nilai budaya Muhammadiyah. “Tidak hanya memahami rumusan itu secara harfiah, tetapi menangkap pesan substansi di balik itu semua,” ujar Syafiq yang juga Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban.
Tanpa penguatan budaya organisasi, maka nilai-nilai yang tumbuh di Muhammadiyah akan melemah. Dalam pandangan Syafiq, dampak dari lemahnya pemahaman budaya organisasi adalah menurunnya militansi perjuangan, melemahnya disiplin organisasi, banyaknya konflik internal, hingga rendahnya partisipasi dalam organisasi. (ribas)