Nabi Muhammad SAW (23), Awal Hijrah ke Madinah dan Reaksi Quraisy

hidup

Oleh : Yunahar Ilyas    

Menyadari Sa’ad ibn Ubadah menghilang, Muslimin Anshar langsung berunding untuk mencarinya, namun tiba-tiba Sa’ad muncul di hadapan mereka. Maka kafilah meneruskan perjalanan menuju Yatsrib dengan selamat.

Bai’ah Aqabah Kedua dikenal sebagai Bai’ah Aqabah Kubra. Penulis buku ar-Rahiq al-Makhtum, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menggambarkannya sebagai bai’ah dalam suasana penuh cinta, kasih sayang, saling menolong di antara sesama mukminin. Mereka melangkah dengan kepercayaan, keberanian dan keteguhan dalam meniti jalan ini. Maka seorang mukmin dari Yatsrib selalu merindukan saudaranya yang lemah di Makkah, mencintai mereka dan marah kepada orang-orang yang menzalimi mereka. Setiap sendi tubuh menggelorakan rasa cinta terhadap saudara mereka yag jauh itu. Demikian al-Mubarakfuri. (hal. 193)

Ikatan batin yang kuat dalam Bai’ah Aqabah Kubra itulah nanti yang menjadi modal besar persaudaraan antara Anshar dan Muhajirin di Madinah. Memulai babak baru yang sangat penting dan menentukan dalam sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW yaitu Hijrah ke Madinah.

Yatsrib atau Madinah terletak sebelah utara Makkah, berjarak sekitar 450 km. Kota Yatsrib lebih subur dari Makkah. Kebun-kebun kurma dan anggur dan peternakan onta dan domba menjadi sumber mata pencarian mereka. Penduduknya terdiri dari dua suku yang bermusuhan yaitu Aus dan Khazraj.  Di samping penduduk asli, tinggal juga di Yatsrib, orang-orang Yahudi.

Orang-orang Yahudi sebagai pendatang hidup eksis di Yatsrib, mereka menguasai pertanian dan perdagangan. Musuh orang-orang Yahudi adalah kaum Nashrani di Syam yang mengejar-ngejar mereka karena dianggap sebagai pembunuh ‘Isa.  Tetapi orang-orang Nashrani tersebut tidak berhasil mengalahkan Yahudi yang ada di Yatsrib. Supaya tetap eksis di Yatsrib, Yahudi melakukan politik pecah belah, memelihara dan menjaga tetap adanya permusuhan antara suku Aus dan Khazraj. Kadang-kadang mereka, orang-orang Yahudi itu mengancam suku Aus dan Khazraj bahwa kedatangan seorang Nabi sudah dekat. Nabi itu nanti akan memimpin mereka. Apabila saat itu sudah datang, suku Aus dan Khazraj akan dikalahkan.

Ternyata suku Aus dan Khazraj lebih dahulu bertemu dengan Nabi yang dijanjikan itu, dan melalui dua perjanjian di Aqabah mereka sudah membuat persekutuan untuk saling membela dan melindungi. Sementara orang-orang Yahudi, nanti setelah mengetahui bahwa Nabi yang ditunggu-tunggu itu ternyata dari bangsa Arab bukan dari Bani Israil, maka sifat dengki mereka segera muncul. Mereka menolak bahkan memusuhi Nabi dan orang-orang yang beriman kepada beliau.

Setelah dua bai’ah penting tersebut, Nabi mulai menganjurkan kepada para sahabatnya untuk mulai hijrah ke Yatsrib. Selama 13 tahun Nabi di Makkah sudah bertahan dan bersabar menghadapi tekanan dari Qurasy. Nabi dan kaum Muslimin hanya bisa bertahan, tanpa bisa melakukan perlawanan. Tetapi dengan hijrah ke Yatsrib, tidak hanya mereka dapat bebas beribadah dan menjalankan ajaran agama, tetapi juga dapat melindungi diri dari musuh. Suku Aus dan Khazraj yang berbai’ah di Aqabah kepada beliau sudah menyatakan akan membela Nabi seperti membela isteri dan anak-anak mereka. Mereka bersedia mengorbankan apa saja yang mereka miliki demi melindungi Nabi dan tentu saja kaum Muslimin yang telah menjadi saudara persekutuan mereka.

Nabi melihat peluang dan harapan besar untuk berkembangnya dakwah Islam jika mereka pindah ke Yatsrib. Mulailah Nabi menganjurkan kepada para pengikutnya untuk hijrah ke Yatsrib. Tapi berangkatnya jangan menyolok, harus sembunyi-sembunyi dan berpencar-pencar agar tidak mengundang reaksi dari Qurasy.

Hijrah ke Yastrib bukanlah perkerjaan ringan dan mudah, karena  kaum Muslimin Makkah harus bersedia meninggalkan tanah tumpah darah mereka, negeri tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Meninggalkan rumah, kebun, ternak dan harta yang mereka miliki. Pergi dengan sembunyi-sembunyi menempuh perjalanan yang jauh memaksa mereka tidak bisa membawa pindah harta benda yang mereka miliki. Mereka hanya bisa membawa perbekalan secukupnya. Belum lagi kalau kepergian mereka sampai ketahuan oleh orang-orang Qurasy, mereka akan disiksa dan dikurung agar tidak bisa pergi. Namun demikian, kaum Muslimin yang punya kemampuan untuk hijrah sudah bulat tekad  untuk mencari tempat baru dimana mereka bisa bebas menjalankan agama yang mereka yakini.

Reaksi Quraisy dan Rencana Jahat di Darun Nadwah

Walaupun hijrah ke Yatsrib sudah dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, hati-hati, berpencar-pencar tetapi pihak Qurasy tetap mengetahuinya. Mereka berusaha mencegah dan menghalang-halangi kaum Muslimin jangan sampai hijrah ke Yatsrib. Quraisy sudah membayangkan bahaya yang akan terjadi, jika kaum muslimin Makkah bersatu dengan muslimin dari Yatsrib. Apalagi nanti Muhammad ikut juga bergabung, mereka akan menjadi sebuah kekuatan besar yang pada suatu saat nanti akan membayakan kedudukan dan agama warisan nenek moyang mereka. Apa yang harus mereka lakukan?

Usaha Qurasy menghalangi kaum Muslimin hijrah ke Yatsrib tidak berhasil. Bujukan dan ancaman mereka tidak berhasil menghentikan kaum Muslimin hijrah. Dua bulan berlalu dari Bai’ah Aqabah Kubra, hanya sedikit kaum muslimin yang bertahan di Makkah. Nabi Muhammad SAW sendiri bersiap-siap sambil menunggu turunnya perintah Allah untuk meninggalkan Makkah. Sedangkan Abu Bakar dan Ali memang diminta oleh Nabi untuk tidak hijrah lebih dahulu. Sambil menunggu perintah hijrah, Abu Bakar menyiapkan segala sesuatunya. Beliau menyiapkan dua ekor onta yang diberi makan terbaik tiap hari sehingga onta-onta itu nanti kuat menjadi tunggangan Nabi dan Abu Bakar. Ali diminta Nabi untuk hijrah setelah Nabi untuk mengembalikan beberapa amanah penduduk Makkah yang masih belum dikembalikan.

Menyadari Muhammad masih berada di Makkah,  pemuka Quraisy segera melakukan pertemuan besar di Darun-Nadwah, balai pertemuan mereka. Mereka harus segera rundingkan tindakan apa yang harus mereka lakukan untuk menghentikan gerak laju dakwah Muhammad. Pertemuan kali ini sangat penting dan rahasia. Hanya utusan resmi masing-masing kabilah yang boleh mengikutinya.

Orang-orang kafir Quraisy sangat gundah membayangkan apa yang akan terjadi jika Muhammad dan kaum Muslimin bersatu dengan Aus dan Khajraj di Yatsrib. Mereka tahu betul kemampuan Muhammad mempengaruhi massa, ketabahan dan kepemimpinannya yang luar biasa. Dia akan memimpin Aus dan Khajraj yang sedang gencar-gencarnya mengusahakan persatuan di antara dua suku yang sudah bertahun-tahun itu bemusuhan. Jika Aus dan Khazraj bersatu dengan kaum Muslimin yang hijrah dari Makkah, mereka akan menjadi kekuatan besar mengancam tidak hanya keyakinan tetapi juga perekonomian Quraisy. Mereka tahu betul bagaimana strategisnya posisi Yatsrib sebagai jalur perdagangan Makkah ke Syam. Transasksi perdagangan Makkah tiap tahun mencapai  seperempat juta dinar tiap tahun. Jalur itu akan terganggu apabila situasi keamanan tidak stabil. Belum lagi jika ditambah dengan transaksi perdagangan Thaif ke Syam yang juga melalui jalur tersebut. Kaum kafir Quraisy sangat panik. Sebelum terlambat mereka harus segera hentikan Muhammad.

Berbagai usul muncul dalam rapat di Darun Nadwah itu. Ada yang mengusulkan supaya Muhammad ditangkap dan dikurung sehingga tidak bisa pergi ke mana-mana. Usulan ini ditolak karena bisa mengundang pengikutnya dari Yatsrib datang membebaskannya. Jika terjadi perang bencana juga akan menimpa mereka. Usul lain agar Muhammad dibuang jauh-jauh ke luar Makkah. Usul ini pun tidak diterima karena sama saja memberikan kesempatan Muhammad mempersiapkan kekuatan untuk suatu saat kembali ke Makkah menyerang mereka. Akhirnya usul yang disepakati adalah Muhammad harus segera dibunuh.  (bersambung)


Sumber : Majalah Suara Muhammadiyah Edisi 11 Tahun 2019

Exit mobile version