YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pengertian mengenai keadilan tidak bisa dilepaskan dari keadilan hukum. Hal ini mengandung sebuah konsep bahwa keadilan hukum merupakan wujud konkrit daripada kristalisasi moral, etika, dan akhlak. Moral berbasis pada pandangan masyarakat tentang kebaikan. Etika, pandangan orang-orang yang suka berpikir secara konseptual, mendalam, kritis, serta radikal terhadap baik dan buruk. Sedangkan akhlak merupakan konsep kebajikan, kejujuran, kesetaraan, kedamaian yang langsung datang dari Allah SWT.
Busyro Muqoddas, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi Hukum dan HAM menyampaikan bahwa Indonesia merupakan buah dari gerakan-gerakan perlawanan terhadap imoralitas dan ketidakadilan, yang pada saat itu dilakukan oleh penjajah, Belanda. Menurutnya, situasi dan kondisi yang terjadi pada saat ini tidaklah jauh berbeda dengan situasi pada saat bangsa Belanda menjajah Indonesia, walaupun dengan cara yang berbeda. Dalam melihat serta menghadapi situasi saat ini, maka diperlukan komitmen kepada visi yang dulu pernah dilakukan dan contohkan oleh para founding father.
“Penjajahan di masa lalu dan masa kini memiliki subtansi yang sama. Inti dari penjajahan adalah untuk menggerogoti rasa kemanusiaan, sehingga timbul rasa ketidakadilan,” tutur Busyro dalam pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah dengan tema “Ramadhan Sehat dan Aman” (21/4).
Ia menambahkan bahwa banyak sekali fakta yang harus terus-menerus disyukuri. Bangsa kita memiliki banyak sekali tokoh teladan, terutama untuk generasi muda. Agar mereka tidak kehilangan arah untuk melangkah. Dan terus berupaya menghadirkan narasi berpikir yang elegan melalui kekuatan ruhani yang mendalam.
Di bidang penegakan hukum, keadilan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari keteladanan yang ditunjukkan oleh generasi pendahulu, para tokoh yang berkomitmen pada nilai-nilai keadilan. “Kita bersyukur di satu sisi, namun di sisi yang lain ada kekhawatiran dan beban. Bisakah para generasi muda mengambil keteladanan itu, dan kemudian direplikasi kepada dirinya secara individual atau kolektif. Saya yakin mereka bisa melakukannya, asal dilakukan dengan penuh kejujuran, kerja keras, cerdas, dan ikhlas,” ujarnya. (diko)